Chapter 5

1K 116 26
                                    

Hi, I'm back after one century! Feliz Navidad, everyone!!

"Aku mendengar suara hatimu, An"

Apa?

Laki-laki itu mendongak, melihat ke arahku.

"Bagaimana kau bisa--"

"Kau mengatakan bahwa aku tampan kan? Terima kasih banyak atas pujianmu"

"Apa? Aku sama sekali tak mengatakan bahwa kau tampan, Marc"

"Tak perlu gengsi untuk mengakuinya. Jutaan gadis di luar sana sudah ratusan kali mengucapkan hal itu"

"Dasar aneh"

"Kau yang aneh"

"Diam" Aku melangkah meninggalkan Marc.

"Andrea?"

"Apa lagi, Tuan Marc Márquez Alenta?" tanyaku sedikit membentak.

"Terima kasih, untuk topiku"

Apa aku tak salah dengar? Seorang Marc mengucapkan terima kasih? Kupikir laki-laki itu tak tahu bagaimana cara mengucapkan kata 'terima kasih'.

***

Perjalanan yang menurutku terasa sangat panjang dan membosankan akhirnya usai. Pesawatku sudah tiba di bandara tiga menit yang lalu. Max membantuku menurunkan barang-barang.

"Terima kasih"

Kami semua turun dari pesawat, hendak keluar dari bandara.

Wow, ada banyak orang di sini. Kurasa itu fans-fansku. Aww, aku sangat terharu dengan semangat mereka.

Kupikir memberi satu atau dua tanda tangan tak akan menjadi masalah. Aku berjalan mendekat ke arah kerumunan itu.

"ITU MARC! MARC!!"

"MARC! AKU MENCINTAIMU!!!"

"MARC, KEMARILAH! TOLONG TANDA TANGANI BUKUKU!"

"MARC!!!!!!!!!"

Namun justru jeritan-jeritan itu yang terdengar di telingaku. Marc menyeringai ke arahku lalu meladeni permintaan fansnya.

"Max, we go"

"Tunggu sebentar, An. Marc dan Alex masih meladeni fans mereka"

"Andrea! Boleh aku berfoto denganmu?" tanya seorang pemuda yang tiba-tiba datang.

"Tentu" jawabku dengan senyum yang sangat terpaksa.

CEKREK! CEKREK! *korban iklan*

"Terima kasih, An. Semoga beruntung di race!"

"Sama-sama dan terima kasih"

Pemuda itu pergi.

"Max, kita pergi sekarang. Ayo, aku sudah tak betah di sini"

"Tapi aku tak tahu alamat hotelnya"

"Kau ini bagaimana sih? Niat jadi asisten pribadiku atau tidak? Jika aku mau, aku bisa memecatmu sekarang!"

Max hanya terdiam mendengar perkataanku.

"Demi Tuhan maafkan aku, Max. Aku tak bermaksud seperti itu. Aku hanya sedang tidak dalam mood yang baik, dan harusnya kau mengerti. Aku hanya ingin kita pergi, sekarang. Kumohon"

Max mendengus.

"Baiklah, kita pergi"

Max berjalan mendahuluiku dan aku pun mengekor. Aku sempat menoleh ke arah Marc, yang masih sibuk meladeni permintaan gadis-gadis gila itu.

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang