Chapter 4

1.1K 128 66
                                    



"Kau?"

Ia menutup mulutku dengan tangannya lalu mendorongku masuk. Dalam satu gerakan, ia menutup kamarku lalu bersandar di pintunya.

"Ada apa?"

Nafasnya masih belum teratur, lalu aku mengambilkannya segelas air.

"Feel better?"

Ia mengangguk.

"Mereka mengejarku. Gadis-gadis gila itu. Mereka memintaku menandatangani bra mereka"

Seketika itu juga aku tertawa keras.

"Kenapa kau menertawakanku? Apa itu lucu?"

"Tentu saja sangat lucu! Bayangkan saja bra mereka akan bertuliskan 'Dani Pedrosa'. Lucu, kan?"

Aku tertawa lagi.

"Ternyata kau menyebalkan. Kukira kau keren"

"Kau mengatakan aku keren?"

"Eh? Tidak, tidak. Bukan seperti itu"

"Tak perlu gengsi mengakui. Aku memang keren" kataku percaya diri.

"Tunggu, apa itu?" tanyanya sambil bergerak mendekati meja di dekat ranjangku.

Tangannya bergerak mengambil sebuah bingkai foto di sana.

"Eitttsssss" aku menarik bingkai foto itu ke dalam pelukanku.

"Siapa yang ada di sana?"

"Seseorang yang tak perlu kau ketahui. Sudahlah, aku mau keluar dulu"

"Kau mau ke mana, An?"

"Mau ke cafétaria. Cepat keluar dari kamarku"

Ia menuruti perkataanku. Aku mengambil jaket kulitku yang tergantung lalu memakainya.

"Kau mengikutiku? Sana, kembalilah ke kamarmu sendiri"

"Aku takut jika monster berambut panjang itu mengikutiku lagi dan menyuruhku hal-hal aneh, seperti menandatangani bokong mereka"

Aku memutar mataku.

"Ayo"

***

"Silahkan menikmati"

"Terima kasih"

Pelayan itu pergi meninggalkan aku dan Dani. Aku pun langsung menyantap makananku.

"Aku masih penasaran dengan siapa yang ada di bingkai fotomu tadi"

"Sudahlah, suatu saat kau akan mengetahuinya. Mungkin"

Aku terkekeh.

"Hai, boleh aku bergabung?"

"Danny? Tentu saja"

Itu Danny Kent, bocah baru di Moto2.

"Kau sudah pesan makan?"

"Belum, aku sedang tak berselera makan"

"Nih, makan saja punyaku. Aku kenyang"

"Dasar kau tukang modus" Dani mencibir Danny.

Dasar D kuadrat. Mending sih daripada aku, Dovi dan Ian? Trio Andrea. Haha.

"Terkadang aku iri padamu, An" kata Dani tiba-tiba.

Sontak aku menghentikan aktivitasku--makan, dan menatap Dani.

"Apa maksudmu?"

"Kau satu-satunya rider perempuan. Kupikir kau sangat beruntung bisa memilih rider-rider lain yang tampan"

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang