Chapter 2

1.4K 130 73
                                    

Sekali lagi makasih banyak buat ka sfdlovato yang uda spam comments di chapter 1! It meant everything to me, ka!
  
    
   
 
Hari ini aku kembali berlatih di circuit milik Honda. Aku harus berlatih lebih keras, minimal aku harus menyamai kecepatan Marc tiga minggu sebelum race.

"Hey, Will"

"Hai. Tumben datang pagi-pagi"

"Kau lupa soal menyamakan-diriku-dengan-Marc yang menjadi misiku?"

Ia terkekeh.

"Baiklah, terserah padamu. Motormu akan siap dalam lima menit"

"Okay"

***

Lima laps. Aku tak terlalu buruk juga, ternyata. Haha.

"Jika kau ingin menang, jangan pernah pakai gaya start seperti itu"

Marc? Tumben sekali dia berbicara.

"Ini ciri khasku, aku juga selalu menggunakan gaya ini saat di Moto2"

Marc tertawa sarkasme.

"Kau ini anak baru sudah berlagak sok tahu. Dengarkan aku, gaya start seperti itu memang masih mungkin dilakukan di Moto2, tapi saat di MotoGP, bisa dipastikan kau akan finish di nomor belasan"

Oh.

"Terima kasih atas saranmu" balasku ketus.

"Aku memberimu saran bukan karena aku ingin kau menjadi lebih baik, aku hanya tak ingin nama Honda dipermalukan"

"Hello? Aku seorang Andrea Roxanne, dan--"

"Aku seorang Marc Márquez, juara dunia kelas MotoGP tahun 2013 dan 2014"

"Berhenti mencelaku. Aku tak akan mempermalukan timku sendiri. Lihat saja nanti, pada race pertama musim depan aku akan menempati tiga posisi teratas podium"

Marc kembali terkekeh sarkasme.

"Coba saja jika kau bisa" katanya diiringi langkahnya mendekati motor nomor 93 miliknya.

"Kutantang kau besok, di circuit ini pukul setengah delapan pagi. Jika kau terlambat, kuanggap kau takut melawanku"

Seriously? Marc mengajakku balapan? Yang benar saja! Sudah pasti aku kalah, huh.

Aku benar-benar lesu setelah mendengar tantangan dari Marc. Jika aku sudah selevel dengannya, aku pasti akan menerima tantangannya dengan senang hati. Tapi sekarang, levelku masih sedikit berada di bawahnya.

"Ada apa?"

"Marc mengajakku balapan besok"

"Woo, kabar bagus!"

"Apanya yang bagus? Kau tahu kan Marc jauh lebih cepat dariku?"

"Memang, tapi setidaknya kau butuh motivasi untuk meningkatkan kecepatanmu, kan?"

Max benar juga.

"Oh ya, soal kontrakku dengan tim Repsol Honda tahun depan, apa sudah beres semua?"

"Tentu saja sudah beres, sayang"

***

"Andrea!"

Yang dipanggil menoleh.

"Alex! senang bertemu denganmu! Aku sangat merindukanmu" kataku sambil memeluknya.

"Me too, love" ia mencium puncak kepalaku.

Itu Alex Márquez. Kuulangi, itu Alex Márquez, adik Marc. Sifat kakak beradik yang satu  ini memang jauh sekali dari kata 'mirip'. Aku jauh lebih menyukai Alex dibanding Marc.

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang