SW - 11

8.1K 504 35
                                    

Jhon pov

"Silvi!!!!!!" Teriak seorang pria memanngil nama sweet ku dan kuyakini itu suara frans.

Benar saja, aku menoleh mencari sumber suara. Kulihat frans tengah berlari mengejar seseorang yang sudah terjatuh kelantai. Seperti adegan slow motion aku melihat wanita yang sudah terjatuh menggunakan dress yang dipakai silvi. Dan aku segera berlari menjatuhkan gelasku. Karena wanita itu adalah kekasihku.

"Vi..." aku pun mencoba menyadarkan silvi.

Tapi tetap nihil. Aku menggendongnya, dan segera membawanya kerumah sakit terdekat. Aku melihat wajahnya sangat pusat. Takut, iya sekarang aku sangat takut. Aku tidak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padanya.

Aku sempat berteriak keras kearah frans yang sedang mengendari mobil. Aku merasa dia sangat lambat mengemudikan mobilnya. Padahalal aku dapat melihat dia berusaha cepat membawa mobil, dengan menyalip kendaraan yang ada dihadapannya dan berkali-kali membunyikan klakson.

"Bagaimana keadaannya dok?" Tanyaku tidak sabar ketika dokter sedang memeriksa silvi.

"Kondosinya drop. Kami harus melakukan pemeriksaan selanjutnya agar tahu sumbernya.

"Tolong lakukan yang terbaik..."
Kataku memohon.

Kemudian dokter itu memanggil beberapa perawat untuk memasang infus dan mengganti pakaian pasien.

"Maaf, apa anda suaminya pak?" Tanya perawat itu padaku.

"Mmm....iya sus?"
Aku berbohong, karena aku yakin mereka akan meminta keluarga silvi datang. Sementara disini silvi sendiri.
Kemudian perawat itu memanggil
Dokter untuk melihat keadaan silvi.

Sial, perawat itu sudah membuka sebagian tubuh silvi walau bagian bawahnya ditutupi oleh selimut. Sebenarnya aku tidak bisa melihatnya tapi aku juga harus tahu keadaan silvi.

Aku melihat kulit putihnya ada bekas beberapa luka lebam yang sudah memudar.

"Pak...ada luka bekas lebam didaerah perut isteri anda."

"Sa--saya tidak tahu dok."

"Kita harus segera memeriksanya. Saya harap bapak bisa menunggu diluar.."

Aku berjalan keluar ruang IGD.

"Silvi kenapa jhon?" Tanya frans yang duduk disebelahku.

"Entah lah, ada beberapa luka lebam dibagian perutnya.."

"Kemarin kamu bilang dia diserempet dan cuma luka lecet..."

Aku menggeleng lemah, "dia pasti berbohong padaku saat itu." Aku menunduk dan tiba-tiba mataku sudah berkaca-kaca.

Frans menepuk pundakku, menenangkan diriku dan menyemangatiku.

"Kamu harus sabar jhon.."

"Bagaimana aku harus sabar, aku tidak tahu keadaanya sekarang. Dia menyembunyikan itu semua dariku." Aku mulai marah dengan diriku sendiri.

Silvi...kenapa kamu harus menyembunyikan ini semua dariku. Aku mulai menangis. Aku tak peduli semua orang melihatku saat ini.

"Tuan Jhon?"
Terdengar suara seorang perawat memanggilku.

Aku segera menghampiri perawat itu. Lalu aku dipersilahkan masuk. Aku duduk dihadapan dokter yang menangani silvi tadi. Dari raut wajahnya aku tahu ini pasti berita buruk.

"Isteri anda mengalami peradangan hebat diusus dan mendekati lambung. Dia harus segera dirawat intensif..."
Aku bagai disambar petir ketika mendengar penjelasan dokter tadi.

Suprise Wedding (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang