SW - 5

9.5K 391 7
                                    

Aku berjalan lunglai kearah dapur. Aku akan membuat teh hangat agar mengembalikan moodku. Aku melihat sekeliling dapur yang sudah lengkap dengan semuanya.

Aku duduk dimini bar menikmati teh hangat. Dan tiba-tiba suara pintu diketuk. Aku berjalan malas menuju pintu.

"Hai vivi.." sapa ibu meri sipemilik apartemen yang aku sewa. Dia lebih senang memanggilku namaku dengan sebutan vivi. Dan dia datang ditemani oleh dua orang perempuan.

"Oh hai juga bi..silahkan masuk."
Kemudian aku membuka pintu lebar agar mereka bisa masuk.

"Wah...vivi, apartemennya sudah kamu isi furniture..." kata bi meri kagum ketika sudah masuk kedalam.

Lalu aku mempersilahkan mereka duduk.

"Sebentar ya bi, saya buat teh dulu..." kemudian aku kedapur membuat tiga gelas teh hangat.

"Vi...bibi senang jika apartemen ini kamu rawat dengan baik.." kata bi meri ketika aku menghidangkan teh kearah mereka.

"Iya bi, vivi akan rawat.."

"Oya vi, bibi perhatikan barang-barang ini bagus dan harganya juga mahal lho. Kamu dapat kiriman?" Tanya bi meri penasaran.

"Mmm....tidak bi, kebetulan tempat vivi bekerja atasannya baik. Jadi vivi bisa ngambil barang-barang ini dengan potongan gaji perbulannya..." kataku bohong.

"Oh ya, bagus dong vi. Karena setahu bibi dimana-mana perusahaan tidak akan memberi pinjaman pada karyawan baru masuk."

"Entah lah bi. Mungkin ini rejeki. Oya bi, bibi ada perlu apa?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ya ampun bibi sampai lupa vi, kenalkan ini siska dan ini ida." Kata bi meri padaku memperkenalkan. Lalu kami daling kenal.

"Vi...mereka ini sebenarnya mencari kontrakan. Karena vivi sendiri..maksud bibi, apa vivi berkenan jika mereka juga tinggal disini. Biar vivi tidak terlalu berat bayarnya nanti.." kata bi meri mengutarakan maksudnya. Aku masih berpikir sejenak.

"Mereka ini juga dari Indonesia, makanya bibi bawa kesini..." sahut bi meri lagi.

Aku tersenyum, lalu mengangguk.

"Iya bi, tidak masalah. Tapi untuk kasur dikamar satu lagi hanya ada satu kasur ukuran single.."

"Itu tidak masalah vi, nanti kasurnya bibi tambah lagi.."

"Ya sudah bi, tidak masalah."

"Kalau untuk urusan pembayaran apa dideal kan sekarang vi? biar tidak ada kesalah pahaman nanti.." kata bi meri memberi usul.

"Mmm...gimana ya bi, kalau mbak siska dan mbak ida tidak keberatan. Kita bagi tiga aja bayarnya. Apartemen, listrik dan air. Gimana?"

"Saya setuju aja..." jawab ida diikuti anggukan siska.

"Ahhh...syukurlah, bibi senang. Kalau gitu bibi tinggal dulu ya. Biar nanti kasur satu lagi dan koper kalian dianterin sama anak bibi..."

"Iya bi, hati-hati..."

Setelah bi meri pergi, aku menunjukkan kamar untuk siska dan ida. Kamarnya cukup luas untuk dua orang. Kemudian aku pamit untuk istirahat sebentar.

***

Tok...tok...

"Vi..." terdengar suara siska memanggil.

Aku mengerjapkan mata berlahan, ternyata aku tertidur tadi.

"Vi..." panggil siska lagi.

"Iya ka, sebentar..."
Kemudian aku berjalan dan membuka pintu.

"Sorry ya vi ganggu. Kamu uda makan malam?"

Suprise Wedding (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang