Part 13

39.5K 2.9K 31
                                    

Samarinda, 7 sept 2017

PART 13

Sepanjang hari Viona bekerja dengan perasaan suram mengingat harus mencari tempat tinggal baru dalam waktu singkat.
Dan sore harinya, saat akan pulang kerja, kesuraman sepanjang hari berubah menjadi kenyataan yang paling buruk. Viona ingin menangis setelah menerima panggilan tak terduga dari sepupunya. Dinie dengan suara sangat menyesal meminta maaf dan mengatakan kalau pembelinya esok hari sudah menginginkan kondominium tersebut. Sepupunya itu merasa bersalah. Bahkan menawarkan menginapkannya di hotel untuk sementara waktu. Namun Viona menolak dengan halus dan berbohong kalau ia sudah mendapatkan tempat tinggal baru. Viona tidak mau merepotkan Dinie yang sudah sangat baik kepadanya selama ini.
Dengan wajah muram Viona meninggalkan kantor. Sepertinya tidak ada pilihan lain, ia harus tinggal di rumah orangtuanya untuk sementara waktu sampai menemukan tempat tinggal baru yang nyaman dan dekat dengan tempat kerjanya.
Tadi pagi Navia sudah mengabarinya bahwa di tempat tinggalnya tidak ada lagi kamar kosong yang bisa disewa. Viona kecewa. Namun akhirnya pasrah.
Dan sepertinya berita dari Dinie belum cukup membuatnya harinya buruk, karena saat keluar dari menara dan akan berjalan kaki menuju halte bus, mobil sportberwarna merah berhenti di dekatnya, dan dengan suara tegas Christian memaksanya untuk masuk.
Viona sudah tak punya tenaga untuk berdebat atau menolak. Lagi pula ia harus buru-buru pulang untuk menyelesaikan pengemasan barang-barang dan segera angkat kaki.
Mobil bergerak perlahan dalam padatnya lalu lintas. Waktu terasa berjalan lamban. Perjalanan menuju aprtemennya serasa berabad-abad bagi Viona. Akhirnya begitu tiba, ia segera mengucapkan terima kasih kepada Christian dan keluar dari mobil.
Kali ini ia membiarkan saja Christian mengikutinya. Ia benar-benar sedang tidak dalam suasana hati ingin berbicara, bahkan sepatah kata pun.
Begitu masuk ke kondominium, Viona segera menyiapkan segelas kopi, berikut dua potong cake cokelat. Setelah mempersilakan Christian menyantap cake dan meminum kopi buatannya, tanpa banyak omong, Viona meninggalkan Christian dan masuk ke kamar. Dengan muram ia mulai mengeluarkan semua pakaiannya dari lemari.
Dada Viona sesak. Ia menerima kenyataan jika harus pindah dari kondominium yang sejak lama ia huni. Yang membuatnya sedih adalah waktu yang ia miliki terlalu singkat. Ingin Viona memaki si pembeli yang benar-benar tak punya etika dan perikemanusiaan, tapi siapa pembelinya, Viona tidak tahu. Dan jika pun tahu, Viona tak mungkin berani melakukan hal itu, pastinya.
Pintu kamarnya yang terbuka membuat Viona menoleh. Terlihat Christian berdiri di ambang pintu.
"Maaf sedikit lancang. Aku hanya merasa bosan duduk sendirian," kata Christian dengan senyum tipis.
Viona meninggalkan lemari pakaiannya dan berjalan mendekati Christian. "Maaf aku tidak bisa menemanimu mengobrol, Christian. Aku ..., aku harus pindah malam ini, jadi aku harus segera mengemas semua barang-barangku," kata Viona dengan suara tercekat. Ia benar-benar ingin menangis saat ini. Sedih, kesal, semua melebur di dalam dada.
"Tinggal di kondominium milikku saja, Vi," tawar Christian dengan suara lembut.
Viona menghela napas berat. Ia menatap Christian ragu.
"Teman-temanku juga sering tinggal di kondominiumku. Terkadang semingu, sebulan, bahkan pernah setahun. Seperti yang kubilang, aku punya banyak kondominium, jadi tidak masalah."
"Tapi ...."
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi. Malam ini juga kau boleh langsung tinggal di kondominiumku itu. Kebetulan aku memiliki dua kondominium di sana. Kita tinggal bersebelahan. Lebih mudah, bukan? Kita bisa pergi dan pulang kerja bersama-sama."
Viona terdiam ragu. Tentu saja tawaran Christian saat terdesak seperti ini berubah menggiurkan. Jika sebelumnya Viona sama sekali tidak ingin menerima tawaran itu, tapi malam ini berbeda. Ia benar-benar butuh tempat tinggal atau pilihan lainnya ia harus pulang ke rumah orangtuanya. Jaraknya sangat jauh untuk ke kantor jika ia tinggal di sana.
Lelah berpikir, akhirnya Viona mengangguk. Di dalam hati ia meyakinkan diri bahwa  ini hanya untuk sementara waktu. Pelan-pelan ia akan mencari tempat tinggal baru. Apartemen sederhana dengan sewa terjangkau, misalnya.
 
***

bersambung...

suka? vote dan komen yang cetar yuk...

makasih

Instagram/Youtube: evathink

Ebook tamat tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & KARYA KARSA

ORDER VERSI PDF pada EVATHINK: WA 08125517788


Taming The PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang