DEPRESSION (눈물병) - 11 - LAY

199 26 2
                                    

'It's hard to erase you

How come it's so hard?'

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author's Eyes...

Malam tak pernah jadi menyenangkan bagi Hana. Ada dua alasan yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang, yang jadi alasan Hana membenci malam. Tapi bagi Hana, dua alasan itu adalah alasan yang menghancurkan hidupnya.

Alasan pertama adalah gelapnya malam, dan alasan kedua adalah dinginnya malam.

Gelapnya malam itu mengingatkan Hana pada sosok pria yang ditemuinya empat tahun silam, si pria bermarga Zhang yang begitu rupawan dan berhasil membius Hana hingga membuat si gadis jatuh cinta dan menyayangi pria itu dengan sepenuh hati.

Alasan kedua adalah dinginnya malam yang kerapkali menyakiti Hana. Sejak kecil, Hana tak suka dingin, sebab dingin itu mencubit kulitnya dan membuat Hana merasa kesakitan. Tapi sejak ia bersama dengan Zhang Yixing, batas sakit yang dicipta dingin tak lagi sering muncul, sebab saat dingin datang, lengan Yixing selalu merengkuh tubuh Hana, melindunginya dari cubitan dingin tersebut.

Tapi itu semua hanya kenangan saja, sebab keduanya sekarang telah berpisah. Dan bagi Hana, malam sekarang mengingatkannya pada kesakitan baru yang masih membekas bagai luka. Saat malam tiba, Hana terus teringat Yixing dan eksistensi si pria yang selalu mendominasi.

Keduanya hidup bersama selama hampir empat tahun, dan bukan kepalang rindunya Hana pada pria itu setelah si pria meninggalkannya empat bulan lalu. Angka empat agaknya jadi angka tidak beruntung buat Hana sekarang.

Karena dia tempo hari juga mengakhiri hubungannya dengan Yixing di tanggal empat.

Hana sekarang sudah punya Hongbin di sisinya, menemani dalam sepi dan meramaikan kesendiriannya. Tapi Hana tidak lantas bahagia. Dia masih rindu pada Yixing, dia ingin merengkuh Yixing, dia begitu rindu pada sentuhan jemari Yixing di tiap inci kulitnya yang selalu terasa membakar menyakitkan namun penuh adiksi.

"Sudahlah Hana, kau tidak perlu mengingat Yixing lagi." Hongbin berkata, menghibur Hana dalam sepi yang lagi-lagi ingin mengubur. Hari ini adalah tanggal empat ke-empat yang Hana lalui tanpa Yixing, dan hati Hana empat kali lipat sakitnya dibandingkan empat bulan lalu.

"Aku tidak bisa melupakannya, Hongbin. Begitu sulit, dia ada di tiap ingatanku. Dia bahkan ada dalam hembusan nafasku. Bagaimana aku bisa menghapusnya dari ingatan sementara melupakannya adalah hal yang tak mungkin?" Hana berkata frustasi, ingin dia marah pada diri sendiri, sebab ia telah biarkan dirinya menjadi pribadi lemah yang tak bisa lupakan sosok seorang pria.

Namun, melupakan Yixing memang bukan perkara mudah. Kesempurnaan pria itu terlampau membuai. Ingatan tentang tiap tutur lembutnya terlanjur melekat. Serpih kenangan tentang waktu yang Hana lalui bersama dengan Yixing sudah melekat erat dalam benak.

Hana sedang patah hati, tapi Hana tidak ingin sembuh.

"Sampai kapan kau mau menyiksa diri begini?" tanya Hongbin kemudian, mengingatkan Hana bahwa sudah empat bulan ini ia mengucilkan diri dari kehidupan, ia biarkan dirinya terpuruk di sudut kehidupan sementara waktu terus berjalan.

Hana agaknya berharap jika waktu bisa dihentikan, namun tentu harapannya sia-sia. Waktu tidak begitu baiknya untuk mau repot-repot berhenti hanya demi kepentingan Hana seorang. Waktu bahkan tidak mau menengok barang sejenak untuk mengkhawatirkan Hana dan hatinya yang sekarang meringkuk kesakitan, sekarat.

"Aku rindu pada Yixing," vokal Hana bergetar mengatakannya, kemudian waktu pun sejenak menghentikan langkahnya, hanya sejenak saja, tak sampai satu detik. Waktu hanya ingin melemparkan satu ingatan pahit Hana empat bulan lalu.

Ingatan tentang dirinya yang menangis bak orang kehilangan akal sehat di depan peti mati seorang Zhang Yixing. Hana memang orang asing di keluarga Yixing, sebab hubungan keduanya tak pernah mendapat restu.

Tapi sampai hembusan nafas terakhir si pria, Hana adalah cinta terakhir yang dia miliki. Bukan cinta pertama memang, tapi Hana patut bangga karena bisa jadi yang terakhir. Sebab beberapa tahun lagi, mungkin Hana sudah punya cinta lain yang berhasil menggeser eksistensi Yixing dalam memori.

"Kalau begitu ayo temui dia, Hana, kau katakan kau akan mengunjunginya setiap bulan. Tapi sudah empat bulan berlalu dan kau masih belum mengunjunginya sama sekali." Hongbin berkata, sementara Hana masih terpekur.

"Aku tidak sanggup menemuinya, bagaimana kalau aku menangis seperti orang gila lagi? Memangnya aku salah, ya? Kalau menangisi kepergian orang yang aku cintai?" Hana bicara sendiri, tapi toh Hongbin menyahutinya juga.

"Tidak, Hana, tentu saja Yixing tidak akan berpikir begitu. Yixing mungkin juga sedang sangat merindukanmu sekarang. Asal kau datang dan mengunjunginya, dia pasti tidak akan peduli bahkan jika kau menangis seperti orang kehilangan akal. Dia akan tetap suka, karena dia mencintaimu. Bukankah begitu?"

Untuk pertama kalinya, Hana punya keinginan untuk bangkit dari kepedihan yang sudah ia biarkan mencabik dirinya selama empat bulan. Patah hati tak pernah terasa semenyakitkan ini sebelumnya, dan Hana tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya hati Yixing.

Pria itu tidak lagi bisa menemui Hana, hanya bisa menonton Hana yang akan hidup bahagia kemudian. Bangkit dari rasa sakit yang selama beberapa waktu mengurung sebelum dia terlahir kembali sebagai gadis sempurna yang siap untuk dicinta.

Tapi Yixing selamanya sendirian. Dan sekarang Hana merasa kasihan pada pria itu.

"Iya, Yixing pasti kesepian di sana kalau aku tidak mengunjunginya. Ayo Hongbin, kita temui Yixing sekarang."

FIN

DEPRESSION (눈물병) - EXO [finished]Where stories live. Discover now