DEPRESSION (눈물병) - 6 - LUHAN

287 34 5
                                    

'Love pricks me

Only scars remain'

warning: fiksi dengan konten dewasa tapi tidak berniat untuk menyebarkan hal 'dewasa' dalam segi negatif. Fiksi ini dibuat semata-mata untuk membuka wawasan terhadap dunia malam mengerikan yang selama ini dipandang sebelah mata. Cobalah, melihat dunia 'mengerikan' itu dari sudut pandang yang berbeda.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author's Eyes...

Pernah ada pepatah berkata, kalau lelaki itu mencari wanita yang 'tidak baik' untuk hubungan yang penuh permainan, dan mencari wanita 'baik' untuk hubungan yang serius.

Tapi, Luhan agaknya tidak pernah tahu kalau wanita yang direncanakannya untuk dijadikan calon pengantin—Seo Joohyun—bukanlah wanita 'baik' seperti yang ia bayangkan.

Well, di balik penampilan innocent yang seringkali dipasang Joohyun sebagai perisai, sebenarnya dia tidak sebaik yang Luhan kira.

Setidaknya kalau masih ada cinta yang bisa dipertahankan, hubungan mereka mungkin masih bisa dipertahankan. Sayang, hubungan mereka rupanya hanya sekedar timbal balik untuk saling memanfaatkan.

"Kudengar kau akan menikah." Luhan tergelak kala mendengar kalimat itu lolos dari salah satu teman dekatnya, Sehun.

"Menikah? Lebih tepatnya, aku melarikan diri dari dunia malam mengerikan ini." Luhan menjawab sambil meneguk wine yang ada di gelas miliknya.

Sehun sendiri mengangkat bahu acuh.

"Aku sedikit merasa kasihan pada Joohyun. Dia seorang wanita baik-baik yang tidak tahu kalau setiap malam calon suaminya tidur bersama wanita jalang." Sehun berkata.

Tidak salah, memang pada kenyataannya Joohyun hanya dijadikan Luhan sebagai pelarian dari dunia gelap yang sedikit ingin ditinggalkannya saja. Siapa yang tahu, kalau keputusan Luhan menikahi Joohyun tidak juga akan membawanya keluar dari masalah?

"Bagaimana kalau sedikit bersenang-senang malam ini?" Sehun menawarkan, meski dia tahu esok pagi Luhan akan berdiri di altar dan mengikat janji sehidup semati dengan seorang wanita, tapi diberikannya juga tawaran lancang itu.

"Bukankah kau belum pernah 'bermain' di club ini? Kau harus coba sekali ini. Ada seorang pelacur bernama Seohyun yang sangat agresif di ranjang. Kujamin kau pasti menyukai permainannya." bak seorang mucikari, Sehun mendeskripsikan pengalamannya dengan wanita yang ia tawarkan pada Luhan barusan.

Sayang, gelengan pelan justru dia dapatkan sebagai jawaban.

"Tidak malam ini, Oh Sehun. Aku akan coba menahan diri untuk malam ini saja."

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

Seohyun, namanya kala larut menjelang. Make up menyala yang digunakannya tentu berhasil menyamarkan dandanan innocent yang selalu terpasang di tubuh kala ia menjalani kehidupannya sebagai seorang Joohyun.

Meski masih saja kentara, tapi sebaik mungkin Seohyun berusaha menutupi pekerjaan kotor yang dilakukannya untuk bertahan hidup. Ya, Seohyun harus bertahan hidup meski pekerjaannya sekarang begitu kotor.

"Apa yang kau pikirkan sendirian di sini, Seohyun?" sebuah sapaan terdengar masuk ke dalam rungu Seohyun, membuat gadis—yang sebenarnya tidak juga pantas disebut gadis—menoleh, dilepaskannya rokok yang sejak tadi bertengger di selipan bibirnya ke tepi asbak kaca yang ada di meja, sementara netra lelahnya menatap gadis yang berdiri di ujung pintu.

"Oh, Sana. Apa yang kau lakukan? Tidak ada janji dengan siapapun?" tanya Seohyun.

Sebuah gelengan pelan Sana berikan sebagai jawaban.

"Tidak, malam ini tidak. Bagaimana denganmu? Oh, bukankah kau akan menikah besok? Mengapa kau masih ada di sini? Tidak ada yang perlu dipersiapkan?" tanya Sana menaruh simpati.

Bisa dibilang, Seohyun beruntung karena seorang pengusaha kaya terpikat padanya dan pekerjaan sederhananya di toko perhiasan. Well, memang kalau make up mencolok yang Seohyun gunakan disingkirkan, wajahnya sudah cantik.

Sayang, meski cantik dia lebih suka menjual tubuhnya untuk dijamah para pria.

"Menikmati akhir kebebasan. Aku tidak yakin apa aku masih bisa ada di sini esok malam. Anggap saja hari ini aku mengucapkan selamat tinggal pada dunia malam ini." Seohyun berkelakar, hal yang kemudian membuat Sana tergelak.

"Ya, setidaknya kau punya seseorang yang kau cintai." Sana menggumam.

"Cinta? Cinta apa yang sedang kau bicarakan, Sana? Jangan kau pikir, aku mencintai calon suamiku itu. Cinta itu tidak nyata, bahkan kalau cinta nyata, yang ada hanya duri menusuk yang menyakitkan.

"Dia membutuhkanku untuk jadi pendamping hidup—karena pikirnya aku seorang wanita baik, dan aku membutuhkannya untuk menghapus imej mengerikanku sebagai 'Seohyun' dan menjalani hidup yang normal. Pernikahan kami hanya kamuflase, tidak ada sedikit pun cinta di dalamnya."

Sana mengangkat bahu acuh. "Menghapus imej mengerikan, katamu. Tapi bagaimana kalau suamimu nanti disibukkan oleh pekerjaannya? Kupikir kau akan berakhir di sini lagi." komentarnya.

Seohyun hanya tersenyum simpul tanpa ada niat untuk menyahut. Dia tidak sedang ingin membuang tenaga untuk berdebat. Lebih baik waktunya dia gunakan untuk memuaskan seseorang di atas ranjang.

"Ada yang ingin menghabiskan malam dengan tidur denganmu, omong-omong." Sana akhirnya mengutarakan tujuannya menemui Seohyun.

Ah, pucuk dicinta ulam pun tiba.

"Benarkah? Siapa namanya?"

Melihat reaksi antusias Seohyun sekarang, Sana akhirnya tersenyum tipis. Tidak ada bedanya pernikahan bagi seorang Seohyun. Dia tetaplah dirinya yang sama, yang mencintai dunia malam dan seks lebih dari dia mencintai dirinya sendiri.

"Seorang mahasiswa, salah seorang anak pengusaha kaya, tentu saja. Dia menyebut namanya Sehun, Oh Sehun."

Ya, siapa yang sangka kalau malan itu Seohyun akan menghabiskan malam dengan sahabat dari pria yang akan menikahinya esok hari?

FIN

IRISH's Fingernotes:

Psikolog di P3K dua minggu lalu pernah bilang 'hati-hati sama perempuan, kadang yang paling cantik itu yang paling mematikan' dan yeah, di kota metropolis kayaknya ungkapan ini ada benernya.

Meski tempat tinggal ane sendiri enggak bisa dibilang sebagai kota yang bener-bener 'besar' tapi kehidupan 'bebas' di sini juga begitu kentara. Ane sendiri hampir-hampir jadi seorang OCD yang kesana-kemari hobi cuci tangan dan hobi buang-buang tissue demi ngebersihin tempat yang mau ditongkrongin.

Siapa yang tau siapa yang sebelumnya bertengger di tempat-tempat itu? PFT.

Dan istilah 'yang cantik yang bahaya' ini emang bener adanya. Pernikahan berasas manfaat kayak Luhan-Seohyun ini juga bener ada, meski enggak seindah Luhan yang jadi pengusaha, enggak juga secantik Seohyun.

Intinya, ane selipin pesan untuk 'hati-hati' buat kalian semua. Pepatah orang-orang tua di Jawa yang bilang kalau bibit, bebet, bobot seorang pasangan itu penting, memang bener berguna kok. Ane bukan berniat menggurui tapi berpesan supaya yang masih muda-muda di sini pada bisa jaga diri. Ingetlah kalau HIV dan segala jenis penyakit menular itu berlari lebih kencang daripada larinya cinta kita ke bias :v

Sekian dariku. Duh, ane pikir series mantan enggak akan keluar, tapi ternyata keluar juga. WKWKWK. Salam kecup, Irish.

DEPRESSION (눈물병) - EXO [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang