10. Lorong-Lorong Gua

178 4 1
                                    

Lilian dan Effond masih berada di mulut gua. Hujan masih turun dengan derasnya. Lilian tak ingin bertanya lagi tentang cinta pertama Effond, hal itu akan mengingatkannya pada Albert. Effond pun terdiam karena mengingat perasaannya yang tak pernah padam itu.

Di tengah suara derasnya hujan dan angin yang melaju kencang, Effond mendengar suara desisan dari jauh.

"Puteri, kau dengar itu? Kita harus waspada!"

Mereka berdiri dan berkemas. Effond mengajak Lilian mundur dalam lorong gua sekedar menyembunyikan diri dalam kegelapan gua. Lentera mereka menerangi lorong gua dengan api kecil yang redup. Mereka melangkah dan terus melangkah. Suara desisan dan gesekan semak-semak semakin terdengar mendekat. Dan pada suatu detik yang hening, Effond dan Lilian menghentikan langkah dan mengangkat lentera mereka. Di depan mereka terlihat lorong gelap yang entah akan menuju kemana, Effond berbalik dan mengangkat kembali lenteranya. Tepat di belakang mereka, dari arah mulut gua sudah nampak kepala Kira yang terlihat besar memenuhi lorong gua.

"Aaaaaaarrrrggghh !", teriakan Lilian melengking tajam.

Effond segera menggandengnya untuk berlari, sementara Kira terus mengejar mereka.

"Akhirnya kutemukan kalian berdua, kalian tak akan lolos dari gua ini! Hahahahaa...", Kira mengatakannya penuh kemenangan.

"Kita ke arah mana, Eff?", tanya Lilian ketika mendapati lorong gua itu bercabang menjadi dua bagian.

"Ke mana saja yang masih bisa kita lewati! Sebelah sini!", Effond mengajaknya melintasi lorong yang sebelah kanan.

Mereka berlari hingga merasa cukup jauh dari Kira yang tak terlihat mengikuti mereka lagi. Effond mengeluarkan pedangnya, demikian juga Lilian.

"Dengar dan rasakan kehadiran ular sialan itu..."

"Ya.."

Kini mereka saling memunggungi. Ada celah cahaya dari atas gua yang membuat mereka bisa melihat sekitar tanpa menggunakan lentera.

"Sssssshhhhh"

Kira melaju dengan cepat entah di lorong yang mana yang melintas di sekitar mereka. Lilian dan Effond masih siaga dan memandangi sekeliling.

"Ssssssshhhhh"

Slash

Pedang Effond telah mengenai kepala Kira yang hendak menyerangnya.

"Hiaaaa", Lilian mencoba menggoreskan pedangnya pada bagian perut Kira.

Kira masih menggerak-nggerakkan tubuhnya dan terus menyerang Effond. Lilian berusaha mendekati tubuh Kira dan melompat di atas kepala Kira. Ia hendak menusukkan pedangnya pada kepala Kira, namun dengan cepat Kira mengibaskan kepalanya hingga Lilian terjerembab jauh menatap batu dan dinding gua.

"Ah!", kini kepala, lengan, dan kaki kirinya berdarah.

"Puteri!" Effond berlari pada Lilian.

"Kau tak apa, puteri?"

"Tak apa, Effond. Tak perlu menghiraukanku, lawanlah Kir...a.."

Kira yang juga terluka akibat sayatan pedang mendesis dan menggeliat, lalu ia terdiam.

Cyam Harvalo Lowiz Niberu

Terdengar sebuah mantra yang mendengung di dinding gua, seketika cahaya melingkupi tubuh Kira dan melenyapkan luka-lukanya.

"Kau lihat? Itu mantera si penyihir!"

"Benar, puteri. Kemungkinan ia juga ada dalam gua ini."

"Ayo kita pergi, Eff. Sebelum Kira menjadi semakin kuat dan kita tak mampu bertarung dengannya lagi."

Effond segera menggendong Lilian di punggungnya dan berlari.

"Kau mau kemana anak muda?", Kira yang menyadari kepergian mereka terus melesat mengejar dari belakang.

"Eff, Kira semakin dekat!"

"Aku tahu, puteri! Aku akan berusaha terus berlari semampuku."

Dengan menelusuri lorong yang tak habis-habisnya seperti labirin dalam gua itu, Effond kebingungan dan resah akan kondisi Lilian. Hingga ia melihat seberkas cahaya di depan sana.

"Lihat, puteri! Ada cahaya!"

"Kau benar, mungkin itu jalan keluar!"

To be continued...

Kutukan Puteri KristalWhere stories live. Discover now