8. Hujan Lebat

443 9 3
                                    

"Puteri!"

"Ah, ya?"

Panggilan Effond benar-benar melenyapkan lamunan Lilian tentang rencana yang harus mereka lakukan nantinya.

"Kita lanjutkan saja perjalanan kita berburu Kira..."

"Hmm... Menurutku juga begitu, Effond. Setidaknya kita harus menyingkirkan pengganggu kita yang akan menghambat penjelajahan kita mencari ketiga penyihir dan simbol itu."

"Baiklah. Ayo kita bergegas, Puteri. Sebelum gelap datang."

Mereka segera berkemas. Lilian memasukkan buku itu ke dalam tas perbekalannya. Dipandanginya baju besi yang disenderkannya ke dinding.

"Biarlah itu kita tinggalkan disini saja. Tak kan muat dalam tas perbekalan.." ujar Lilian sambil mengacungkan telunjuk ke arah baju besinya.

Tiba-tiba Lilian dan Effond terkaget oleh suara kuda yang meringkik keras. Itu suara Wishley, mereka berkata dalam hati sambil terus bertatapan. Kemudian mereka segera berlari ke luar perpustakaan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Wishey yang diikatkan pada sebuah pohon beringin muda terus meringkik. Kakinya terus bergerak ke arah berlawanan dari pohon. Ia minta segera dilepaskan dari ikatan itu. Mata Effond dan Lilian langsung menangkap adanya sesosok makhluk putih yang teramat besar dan panjang sedang menjalar hendak memasuki pagar.

"Astaga itu Kira!" teriak Lilian.

"Puteri, pedangmu!" Effond segera melemparkan pedang yang kini milik Lilian. Lilian segera menangkapnya dan mengeluarkan pedang itu sebagai perlindungan. "Aku akan melawan Kira. Bisakah Puteri bebaskan Wishley dulu?"

"Tentu saja!"

Effond segera berlari menghampiri Kira.

"Hiaaaa!" Effond segera menyerang Kira dengan pedangnya namun tentu saja Kira terus menghindar. "Kita bertemu lagi, Kira! Sudah lama aku memburumu. Sudah lama pedangku ini haus akan darahmu! Aku tak perlu lagi bersusah payah mencari jejakmu. Oh astaga, luka dari panahku cepat sekali sembuh. Kau mau merasakannya lagi?"

"Sialan kau, pemuda! Diam kau! Kau tak akan menang melawanku."

Effond terus mengarahkan pedangnya sambil sedikit berlari bila Kira datang menyerang. Untunglah Kira bukanlah naga yang akan menyemburkan api saat Effond berlari. Dan untunglah Kira bukanlah ular berbisa yang bisa menyemburkan racunnya. Namun Kira bisa menggigit dan menelan manusia bulat-bulat jika ia mau.

Sementara itu Lilian sedang melepaskan ikatan Wishley. Ia segera menggiring kuda itu ke pagar belakang perpustakaan.

"Pulanglah Wishley... Tak aman jika kau berada di sini..." ucap Lilian sambil mengelus kepala kudanya itu. Wishley memejam sambil menggerakkan kepalanya manja kemudian segera berlari meninggalkan Lilian.

Setelah melihat Wishley menjauh hingga lenyap dari pandangan, Lilian segera berlari ke pagar depan menyusul Effond. Dilihatnya Effond jatuh terjerembab oleh kibasan ekor Kira.

"Kesini kau, makhluk jelek!"

Teriakan Lilian itu memancing perhatian Kira untuk mengejarnya. Dengan pedang yang diberikan Effond ia mencoba melawan. Sementara Effond segera bangkit lalu mengambil busur dan anak panahnya. Matanya menyipit dan mencoba membidik.

"Aaaaah" Kira mengerang kesakitan karena panah Effond menancap ke perutnya.

"Terima ini ular sialan!"

Slaash. Pedang Lilian menggores hidung hingga mulut Kira. Namun luka seperti itu tak akan membuatnya lengah. Kira segera melesat ke dalam hutan. Lilian mengejarnya, Effond juga berlarian sambil tak henti-hentinya memanah Kira.

Sementara itu langit semakin mendung, awan hitam bergerumul di atas Hutan Diamond. Petir menyambar-nyambar. Gerimis datang perlahan melewati celah-celah pohon dalam hutan untuk membasahi seluruhnya.

Lilian dan Effond terus mengejar Kira yang melesat cepat. Entah berapa lama mereka berlari. Mereka tak peduli dan tetap fokus ke arah ular putih itu. Namun saat mereka sadar akan cuaca yang semakin gelap dan gerimis yang makin membesar, perhatian mereka sedikit terganggu. Mereka berhenti di sebuah tempat yang pohon-pohonnya teramat lebat yang akan membuat mereka menebas tanaman di sekeliling mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Hujan telah turun dengan derasnya. Effond segera menarik Lilian ke bawah pohon yang rindang.

"Ah, Kira tak kelihatan lagi." keluh Lilian.

"Sebaiknya kita mencari tempat berteduh dulu, Puteri.. Dibawah sini pun tak akan bisa menepis hujan selebat ini."

Mereka mencoba melihat sekeliling ditengah penglihatan mereka yang semakin buram oleh hujan lebat yang tetesannya tak henti-hentinya masuk ke dalam mata mereka.

"Lihat, Effond! Sebuah gua!" teriak Lilian sambil menunjuk ke arah sebuah gua di ujung tempat lebat itu.

"Kita berteduh di sana saja dulu."

Mereka berlarian menuju gua itu. Sesampainya di sana mereka menggigil kedinginan.

"Ca...carilah lenteraku, Effond... S...setidaknya bisa menghangatkan kita dengan panasnya."

Mereka duduk di dekat mulut gua yang cukup lebar dan tinggi itu. Effond segera mencari lentera di dalam tas perbekalan Lilian. Segera dinyalakannya lentera itu hingga cahaya oranye menguar membuat bayangan Lilian dan Effond nampak besar. Mereka segera mendekatkan tangan mereka pada kaca lentera. Kehangatan menjalar dari tangan mereka. Setelah cukup hangat, Lilian duduk dan memandangi hujan turun. Ia tak dapat melihat dengan jelas pemandangan di depan sana yang memburam karena lebatnya hujan. Sementara Effond tetap waspada alih-alih Kira datang menyerang. Effond melihat kiri-kanan memastikan semuanya aman. Namun saat ia melihat Lilian, ia terdiam lama, gadis itu amatlah manis di matanya. Ia melihat Lilian memandangi hujan dengan polosnya, sementara cahaya lentera memantul di mata Lilian, jingga, hangat. Apalagi rambut Lilian yang basah karena hujan. Dalam warna hitam dan jingga yang berguncang karena kobaran api, ia telah terpesona oleh gadis yang berada di hadapannya, Sang Puterinya.

Ada hasrat dalam diri Effond yang juga tak kalah oleh kobaran api. Semakin lama ia memandangi Lilian, semakin hasrat itu berkobar. Lilian yang jenuh melihat hujan akhirnya menoleh padanya.

"Effond, ada apa?" tanya Lilian.

Perkataan Lilian membuat Effond memperhatikan bibir Lilian yang berucap. Astaga, aku kenapa?, tanya Effond dalam hati. Kenapa saat ini aku... ingin sekali menciumnya?

***

Kutukan Puteri KristalWhere stories live. Discover now