6. Perpustakaan Tua (Part 2)

174 10 5
                                    

*******************

Hai, wattys.... Karena hari ini lagi semangat-semangatnya update mangkanya bisa nulis dua kali. Hehehe ^^

Makasih buat yang terus mendukung, makasih buat yang rajin ngasih vote pas selesei baca...

Love u all ❤

Dan...
Hanya ini yang bisa kupersembahkan, yaitu:
lanjutan ceritanya

-Diyeeng-

Hahaha

Enjoy it :)

*******************

Effond melihat buku tua bersampul coklat tua dengan judul 'Triquetra' di sampingnya di antara buku-buku yang lain di atas sana. Tangannya menggapai-gapai tapi ternyata tak sampai. Begitupun Lilian yang mencoba loncat-loncat untuk meraihnya tapi tak sampai jua. Akhirnya Lilian angkat bicara,

"Effond, cepat gendong aku.."

"Apa!?" seketika wajah Effond bersemu merah. Untung saja Lilian tak melihatnya karena sedang fokus ke arah buku tersebut.

"Iya, angkat saja aku agar sampai meraihnya," tangan kanan Lilian menunjuk pada buku triquetra tersebut.

"T...tapi Puteri, kita fikirkan cara lain."

"Kamu kelamaan, Effond!" kedua tangan Lilian kini merentang pada Effond agar segera diangkatnya.

"Tunggu, Puteri. Saya ada ide."

Effond segera berlari menuju ke dekat jendela tempat yang sepertinya biasa digunakan untuk membaca buku, kemudian kembali kepada Lilian dengan membawa sebuah kursi kayu yang sepertinya cukup berat.

"Jadi mungkin lebih berat aku daripada kursi itu, ya kan Effond?"

"T...tidak Puteri, saya tidak bermaksud begitu..."

"Yasudahlah... Pegang kursinya ya, Eff."

Puteri Lilian telah naik di kursi itu. Akhirnya ia bisa menggapai buku tersebut. Namun saat menariknya agak susah. Mungkin karena itu buku lama apalagi sampulnya agak lembab dan lengket pada buku di sampingnya. Lilian mencoba menariknya terus.

"Apakah saya saja yang melakukannya, Puteri?"

"Tidak usah, Effond. Aku bis...sa"

Saat Lilian berhasil menarik buku tersebut, kakinya tergelincir karena sepatunya masih sepatu besi dan di balik celah buku tersebut keluar seekor kelelawar yang membuat Lilian bertambah panik.

"Aaaaah!"

Braaaakkk

Lilian terjatuh. Saat terjatuh ia menutup matanya. Dan saat ia hendak membuka mata, ia mendengar suara degup. Dag.. dig.. dug.. dag.. dig.. dug.. Perlahan ia membuka mata. Ternyata ia jatuh menindih Effond. Ia bersandar pada dada Effond. Ia melihat Effond memandangnya. Wajah Effond memerah. Demikian pula wajah Lilian. Ia merasakan panas di wajahnya.

"Effond... aku bisa mendengar..."

Effond diam dan bersiap mendengarkan perkataan Lilian.

"...degup jantungmu." Lilian melanjutkan.

Seketika Effond bangkit dan mundur lalu tangannya merentang untuk membantu Lilian berdiri.

"M..maaf Eff, aku terpeleset dan menyusahkanmu."

"Tak apa. Sudah, kita baca dulu saja bukunya, Puteri."

"Ah, iya." Lilian mengambil buku yang masih tergeletak di lantai.

"Dan sejak kapan Anda memanggilku 'Eff' ?"

"Hahaha... Itu lebih mudah daripada mengeja 'Ef-fond'. Jika 'Fond' akan terdengar seperti... Font tulisan buku-buku istana yang biasanya ditanyakan Paman Cornald saat hendak mengetiknya. Paman Cornald suka mengetik. Ia suka bunyi 'Tiing' di mesin ketik dan suka bentuk kipas di deretan besi berhuruf timbul itu."

"Hahahahaha..."

Mereka lebih leluasa dan terhindar dari ketegangan tadi.

"Mmm... Effond." Lilian merunduk mengamati dirinya sendiri lalu menatap Effond.

"Ya, Puteri?"

"Sepertinya aku harus berganti baju sebelum baju ini menyulitkanku.."

Effond mengamati Lilian dengan takjub. Sedari ia menemukan Wishley memasuki hutan dan dikendarai oleh Lilian, ia melihatnya menggunakan baju besi. Sempat ia mengira itu adalah seorang prajurit yang diutus dari istana.

Lilian menghampiri tas perbekalannya dan mengeluarkan gaun yang dibawanya. Gaun itu tak seberapa panjang. Hanya selutut dan terbuat dari bahan yang ringan.

"Kau tunggu di sini ya, Eff. Aku ke balik rak sana dulu untuk berganti.."

"Ya, Puteri."

Beberapa puluh menit kemudian Lilian telah kembali dengan menggunakan gaun biru sewarna langit di hari cerah. Lilian memegangi bagian dada gaunnya hingga seleher.

"Effond, bisa bantu untuk membenarkan ini?"

Lilian berbalik dan di punggungnya yang terbuka masih menjuntai tali gaunnya yang harusnya bersilangan dan dipita di akhir polanya. Effond memperhatikan bahwa tangan Puteri Lilian tidaklah bisa menjangkau punggungnya sendiri untuk menalikan itu semua. Biasanya di istana Puteri akan dibantu oleh Betty. Karena itu Effond segera membantunya. Melilitkan kedua tali satu persatu ke dalam lubang kain secara bersilangan membuat jantungnya kembali berdegup kencang, wajahnya memanas dan merah. Untung saja Lilian tak berhadapan dengannya saat ini. Di akhir pola ia segera membentuk pita kemudian berkata,

"Sudah selesai, Puteri." kemudian segera bergegas menuju jendela untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah sambil melihat ke arah luar sana.

"Terima kasih, Effond."

Lilian segera membereskan baju besinya dengan menyenderkannya ke dinding. Kemudian ia membenarkan rambutnya yang terurai karena tak sempat dikepangnya.

"Nah, ayo kita baca buku ini, Eff!"

***

To be continued...

Kutukan Puteri KristalWhere stories live. Discover now