1. Awal Sebuah Kutukan

803 30 4
                                    

Sejak dulu, Puteri Lilian memendam perasaannya terhadap Pangeran Albert. Namun sayangnya Pangeran Albert tak merasakan hal yang sama.

Semua terjadi sepuluh tahun yang lalu saat Puteri Lilian berjalan-jalan sendirian di Hutan Diamond mencari Peri Gula Kristal. Ia masih kecil namun berani keluar rumah sendiri sore itu untuk satu tujuannya, agar ia cantik! Di tengah perjalanan ia tak sengaja menyenggol Kira, ular putih yang sedang tertidur.

Puteri Lilian berlari dikejar oleh Kira hingga ia tercebur ke dalam Green Lake. Di seberang danau ada pangeran Albert tengah berburu rusa yang sedang minum. Pangeran melihat Puteri Lilian lalu menyelamatkannya.

Kira berhasil lari meloloskan diri karena takut pada pedang yang dibawa Pangeran Abert. Melihat kegagahan Pangeran Albert, Puteri Lilian jatuh hati.

"Terima kasih..." kata Lilian.

"Sama-sama. Bahaya pergi sendirian di hutan ini. Mari saya antar pulang..."

"Bolehkah?"

"Tentu saja. Puteri... hmm?"

"Lilian"

"Saya Albert. Mari Puteri Lilian,"

"Panggil Lilian saja..."

"Oh tentu. Panggil juga saya Albert."

Saat itu Lilian masih kecil. Sejak menginjak usia remaja ia baru sadar bahwa ia jatuh hati kepada Albert. Namun Sang Pangeran tak mencintainya.

Puteri Lilian tahu satu cara bagaimana Albert bisa mencintainya. Hal ini juga alasan mengapa ia pergi ke hutan sepuluh tahun lalu, yaitu mencari Peri Gula Kristal

Hari ini tepat usianya 17 tahun. Saat semua keluarga kerajaan merayakan pesta ulang tahunnya, Lilian berniat kabur ke Hutan Diamond lagi untuk menemukan Peri itu. Rencananya pun berhasil. Ia berlari ke hutan. Perjalanannya juga tak diganggu oleh Kira.

Lilian sampai di depan Green Lake. Dilihatnya bayang wajahnya di air yang tenang itu. Lalu ia berkata:

"Peri... bantulah aku. Peri... datanglah. Peri Gula Kristal... Kumohon... Datanglah!"

Tak ada apapun yang berubah. Hanya tanaman yang bergerak-gerak tertiup angin dan langit yang semakin mendung. Lalu rintik hujan, lalu semakin lebat.

Lilian berlutut lemas merasa semua usahanya gagal. Di tengah hujan itu ia menangis. Matanya melihat sekeliling tapi hanya buram yang terlihat. Tiba-tiba ada cahaya gemerlap muncul di celah-celah hujan itu. Hati Lilian langsung bangkit kembali. Samar-samar ia melihat wanita cantik seperti batu es yang bercahaya, memakai gaun panjang dengan kelopak mawar sebagai hiasannya.

"Siapa engkau?" tanya peri.

"Saya Lilian, peri... Bolehkah saya meminta sesuatu padamu? Kudengar kau bisa mengubahku menjadi lebih..."

"Indah?"

"Ya... peri bisakah kau?"

"Tak semudah itu Puteri Lilian,"

"Lalu saya harus bagaimana?"

Tangan Peri Gula Kristal mengarah pada bunga teratai di tengah danau. Seketika itu muncul mawar putih di tengah danau.

"Ambil mawar itu. Hirup baunya saat kau ingin menjadi lebih indah!"

"Iya peri. Terima ka.." Lilian menoleh tapi Peri Gula Kristal telah pergi meninggalkannya.

Saat ini Lilian kebingungan bagaimana cara mengambil mawar itu. Jika ia berenang, ia akan basah kuyup, tenggelam, atau digigit buaya danau. Ia mencari sampan tapi tak ada. Namun ia melihat sepatu kaca di pinggir danau. Ia memakainya lalu mencoba menginjak air danau. Ia dapat melangkah menapaki air danau.

Lilian membawa pulang mawar itu. Setiba di istana, Ratu mencemaskannya. Ratu melihat puterinya basah kuyup dan menanyakannya pada Lilian sambil mengusapinya dengan handuk.

"Aku hanya bermain, Ibunda... Di tengah perjalanan aku kehujanan..."

"Sayang, tak ada hujan disini sejak kau menghilang. Kemana saja kau Lilian?"

"Aku bermain Bu... Lalu... tercebur di danau..."

"Astaga Lilian, mengapa kau bermain sejauh itu di hutan?"

"Maafkan aku Bu... Tadi aku hanya mengejar kelinci dan tak sadar sudah masuk ke dalam hutan..."

Dengan berbagai alasan Lilian menjelaskan pada Ratu tentang kepergiannya ke Hutan Diamond dan Green Lake. Ratu akhirnya menyuruhnya segera berganti pakaian dan beristirahat. Pesta ulang tahunnya juga telah usai.

Lilian segera berganti pakaian. Dikeluarkannya setangkai mawar putih itu dari saku bajunya yang basah. Senyumnya mengembang. Di antara gelap malam, Lilian bercermin dan mencoba menghirup mawar putih itu.

Seketika seluruh kulitnya bersinar, rambutnya yang sedikit keriting juga bertambah panjang, wajahnya lebih merona daripada biasanya. Lilian berkaca. Ia melihat segala yang ada pada dirinya telah berubah menjadi lebih cantik, lebih mempesona, lebih indah. Seketika datang sekumpulan cahaya gemerlap hingga Lilian silau saat melihatnya. Itu Peri Gula Kristal.

"Kau telah berubah menjadi lebih indah, Puteri,"

"Ya, peri. Aku senang sekali," sambil berputar memainkan roknya.

"Namun ingatlah Puteri, keindahanmu hanya bertahan sampai esok fajar. Namun kau dapat menghirupnya kembali. Tetapi mawar istimewa itu hanya bisa bertahan hidup dalam sebulan. Setelahnya, mawar itu akan layu. Dan jika dalam sebulan kau tak mendapatkan cinta dari Sang Pangeran, maka kau akan membeku menjadi kristal. Namun jika hatimu penuh dendam dan kedengkian, maka kau akan membeku menjadi batu. Lalu apakah kau sanggup?"

"A-aku sanggup peri..." terbata-bata Lilian berkata karena ia terkejut oleh persyaratan yang diucapkan peri.

"Baiklah kalau begitu. Kuharap kau tak salah menggunakannya dan kuharap kau mendapatkan cinta dari Sang Pangeran."

Peri pun pergi beserta cahayanya. Tinggal Lilian yang duduk lemas bingung bagaimana ia dapat membuat Sang Pangeran jatuh cinta terhadapnya.

"Toh aku sudah berubah menjadi lebih indah. Dia akan jatuh hati padaku. Hihihi.."

Lilian merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dingin menerpa namun ia tak peduli. Dilihatnya jendela yang terbuka. Di kejauhan terlihat istana tempat pangeran tinggal. Lilian tersenyum. Esok ia akan memulai rencananya.

***

Kutukan Puteri KristalWhere stories live. Discover now