4. Berburu Kira

267 14 1
                                    

*************
Hai wattys! Terima kasih sudah membaca Kutukan Puteri Kristal sampai sejauh ini. Maaf ya jarang update karena kemarin2 banyak tugas kuliah yang harus diseleseiin -_-"
Nah, kita udah sampai nih di bab  4 yg masih nyeritain di dalamnya Hutan Diamond. Tapi menurutku kayaknya.... Cerita ini bakal jadi panjang dan penuh petualangan, problematik perasaan, dan sebagainya.
Oke.. Selamat Membaca :)

*************

Kira terus mengikuti arah datangnya anak panah yang terus berdatangan padanya meski ia terus-menerus menghindar. Tubuhnya menelusuri semak-semak dalam hutan yang dapat menyamarkannya. Pemanah itu lihai bersembunyi dalam bayang-bayang pohon sambil berlari dengan cepat, memancing Kira untuk mengikutinya.

Pada saat pemanah itu telah sampai di tanah lapang yang hanya terdapat rumput dan lumut yang tumbuh, tak ada pohon yang dapat menyembunyikan sosoknya lagi. Meski cuaca mendung tetap menerpa, namun tak dapat menyembunyikan sosok lelaki tinggi, kekar, berkulit cokelat, terdapat banyak luka yang menjadi saksi hidupnya karena berhadapan banyak perang. Matanya yang hitam kelam namun tak mengurangi sosoknya yang tampan dan gagah. Yang kesemuanya itu hanya dimiliki oleh Patih Effond. Ya, ia terus mengikuti Puteri Lilian dan Pangeran Albert ke dalam hutan, termasuk menyaksikan mereka saat diserang oleh Kira. Namun Effond menahan diri untuk menolong langsung karena ingin memastikan sehebat apa kekuatan Pangeran Albert dalam melawan musuh.

Berdiri di tanah lapang itu dengan baju besi tanpa lengan sedikit membuatnya kedinginan. Lalu Effond memicingkan matanya, mengambil anak panah untuk segera diletakkan di busurnya, kemudian dilesatkannya. Terdengar bunyi geraman di kejauhan.

"Rrrr... Aaah... Sial! Pemanah itu tak juga berhenti. Lihatlah seberapa banyak panah yang menempel di tubuhku dan seberapa banyak luka yang disebabkannya. Sial! Ia tak tahu bahwa tubuhku ini sangat berharga bagiku!"

Pada saat Kira semakin kesakitan namun tetap maju untuk menemukan si pemanah, akhirnya ia sampai juga di tanah lapang itu. Dilihatnya di hadapannya berdiri Patih Effond yang bersiap memanahnya lagi.

"Cukup!"

"Enyah kau, ular!" tangan Effond telah melepaskan busur yang melesatkan anak panahnya kembali.

"Aaah... Ssss.... Kubilang cukup! Berhenti! Hadapi aku, pemuda!"

"Baiklah, jika itu maumu."

Effond menggantungkan busur panahnya ke bahunya. Kemudian segera menarik pedang yang berada di punggungnya. Ia melesat cepat, bahkan sebelum daun-daun bergerak oleh larinya yang membelah angin. Segera ia goreskan pedangnya ke leher dan perut Kira dengan cepat lalu kembali ke hadapan Kira.

Di tubuh Kira yang putih bersih itu, darah mengalir dari sayatan-sayatan pedang Patih Effond hingga tubuhnya saat ini dipenuhi bercak-bercak darah yang terus mengalir. Ia mendesis hendak melawan. Namun pada saat melihat Patih Effond hendak menyerang lagi, Kira segera mengibaskan ekornya membuat Effond terjerembab jauh. Saat Effond berlari untuk kembali melawan, ia melihat Kira melesat melewati semak-semak, semakin jauh tak terlihat lalu hilang di balik kegelapan hutan. Patih Effond mengejarnya namun ia telah kehilangan jejak.

"Rupanya ini saatnya untuk memburumu, Kira!" ucapnya penuh keyakinan.

***

Sementara itu Pangeran Albert memapah Puteri Lilian keluar dari Hutan Diamond. Kuda mereka telah berlari entah kemana sejak Kira datang di dekat Green Lake. Tak ada kata yang mereka ucapkan. Sepertinya mereka menyesal untuk membahayakan nyawa satu sama lain.

Ketika mereka sampai di istana, Raja, Ratu dan semua penghuni istana sangat panik melihat kondisi Albert dan Lilian yang sedikit lusuh dan mempunyai beberapa luka. Raja memerintahkan para penyembuh di istana untuk mengobati mereka berdua.

Pada saat wanita penyembuh sedang mengusap luka di dahi Lilian dengan air rebusan tanaman obat, Lilian menceritakan segala yang terjadi pada mereka selama di hutan Diamond kepada Raja dan Ratu. Kemudian ia terhenti dan bertanya pada Raja.

"Ayahanda, di mana Effond? Aku tak melihatnya sejak aku datang."

"Lho, ia belum datang sejak kau tak kunjung datang bahkan sampai kau datang. Apa kalian berpisah di perjalanan?"

"Aku menyuruhnya kembali sejak aku dan Albert hendak memasuki hutan Diamond. Apakah ia..." ucapannya terhenti, wajahnya terlihat cemas. Ia menggigit bibir bawahnya dan memikirkan berbagai kemungkinan yang dialami Patih Effond.

Tak lama kemudian utusan dari Raja Robert datang untuk menjemput Pangeran Albert. Setelah Raja berkata mengenai keadaan Albert dan Lilian, serta meminta maaf atas apa yang terjadi, utusan itu beserta Pangeran Albert berpamitan kepada Raja dan Ratu untuk kembali ke istana mereka. Albert juga menemui Lilian.

"Lilian, aku harus kembali ke istana. Kau tak apa? Maafkan aku, sekali lagi, tak dapat melindungimu dengan baik..."

Tatapan Lilian masih kosong memikirkan Patih Effond. Kemudian ia langsung sadar dan tersentak saat Albert mendekatkan wajahnya ke Lilian dan terus bertanya kau tak apa?

"Aku tak apa, Albert. Ini bukan salahmu. Maafkan aku yang mengajakmu berkuda ke hutan Diamond dan membuatmu terluka. Pulanglah."

Pangeran Albert kemudian berbalik dan segera keluar dari istana bersama utusan itu menggunakan kereta kuda dengan ukiran lambang-lambang istana Raja Robert di permukaannya.

Dalam kegelisahannya mencemaskan keadaan Effond, Lilian terus bertanya-tanya. Oh apakah yang terjadi dengan Effond? Masih bertahankah ia di dalam hutan? Astaga apa yang sebenarnya kulakukan hingga membuat orang-orang dalam bahaya. Semua ini salahku! Lilian, kau bodoh sekali!

***

Kutukan Puteri KristalWhere stories live. Discover now