D-3

189 32 124
                                    

"KINOOOOO!!! CD GUE MANAAAA!!!"

Teriakan Niki menggelegar dari lantai atas rumah bertingkat dua itu. Kino, adik Niki satu-satunya yang saat ini sedang serius menatap layar komputer di kamarnya, sibuk bermain games. Tangannya lincah memainkan mouse.

"YES! Woohoo!" serunya sambil mengepalkan tangan. Tiba-tiba pintu kamarnya menjeblak terbuka, dan Niki berderap masuk.

"No, CD gue jangan diembat gitu do—anjir, lo main The Sims, dek?"

Niki berdiri di belakang Kino. Masih mengenakan seragam sekolahnya, ia mengangkat kedua alisnya heran. Kino mengacuhkan pertanyaan kakaknya, sama sekali tidak menoleh atau terganggu dengan keributan yang disebabkan Niki.

"Iya, kenapa? Nggak boleh?" tanya Kino. "Udah berhasil woohoo nih Sims gue."

"Yeee, permen kunyah! Jorok ah, lo. Bilangin Mama nih mainannya ginian."

Kino langsung menoleh, wajahnya cemberut. Dia paling nggak suka dipanggil 'permen kunyah' sama Niki. Iya sih, dia tahu namanya sama dengan merk permen yang terkenal itu. Tapi tetep aja, Kino sebel kalo dikasih panggilan gitu. Kenapa juga sih, Mama ngasih nama aneh-aneh?

"Apaan sih, mbak? Gue kan juga udah ngerti, woohoo doang gini mah nggak seru. Orang nggak keliatan apa-apa," jawab Kino. Niki, antara geli campur kesal hanya bisa mengelus dadanya.

"Astagfirullah, adek gue udah gede.. Lagian lo muka garang gini mainannya The Sims. Nggak cocok banget. Main ini kek, apa tuh, yang bunyinya reload reload gitu. Yang lebih manly. Koleksi sih Gundam, Hot Wheels. Mainannya masih aja bikin rumah sama jodoh-jodohin orang."

"Ck, berisik lo mbak," Kino mengibaskan tangannya, memilih mengabaikan celotehan kakaknya. "Ada apaan kesini? Kangen?"

"Ogah," Niki memeletkan lidahnya. "Ituuu, CD gue mana? CD BTOB yang kemaren lo pinjem. Balikin ih, gue mau ngehafal lagu nih."

"Ya ampun mbak, kan ada di hape juga kan lagu-lagunya. Ribet bener sih," omel Kino tapi dia bangkit juga dari duduknya untuk mencari CD kesayangan kakaknya itu, meski dengan ogah-ogahan.

"Lagi di charge hape gue. Ntar rusak kalo sambil dengerin lagu. Udah, mana cepet! Tiga hari lagi nih konsernya," Niki mengulurkan tangannya dengan tidak sabar.

"Iye, iye, sabar dikit, ya Gusti. Lagian mau nonton konser masa baru ngapalin lagunya sekarang? Fans karbitan lo ya?"

"Bawel! Gue sih udah hafal, cuma biar lebih yakin aja. Siapa tau kalo pelafalan Korea gue bagus, mereka bisa notice gue terus gue diseret ke panggung gitu, terus—"

"Terus bangun deh lo, ternyata cuman mimpi," potong Kino membuat Niki manyun. Kino membuka lemari di bawah rak bukunya, dan menarik keluar satu kotak berukuran sedang berwarna silver. "Yang mana mbak? New Men?"

"Lah, emang di elo ada berapa?" tanya Niki mengerutkan keningnya.

"Ada New Men, Complete sama Feel'eM," jawab Kino polos. Niki melotot.

"YAAAA, KOK NGGAK BILANG?!" Kino menutup telinganya mendengar teriakan kakaknya itu. Niki menghampiri Kino dan melongok ke dalam lemarinya. Benar saja, tiga album kesayangannya ada di dalam sana.

Cepat-cepat Kino mengeluarkan semuanya, tahu kalau tidak segera diberikan, lemarinya pasti sudah berantakan diacak-acak Niki. Niki mengambil ketiga album itu, wajahnya masih kesal. Kino cengengesan.

"Awas lo, ini barang berharga gue tau nggak! Kalo pinjem tuh bilang. Sampe lecet dikiiit aja, gue bakar koleksi Gundam lo!" ancam Niki, matanya membara saking emosinya. Ia lalu berjalan keluar kamar Kino, sementara si pemilik kamar cemberut hebat mendengar ancaman itu.

D-Day! ✔Where stories live. Discover now