Prologue

372 51 71
                                    

Niki menatap sekali lagi pantulan dirinya di cermin. Atasan berwarna biru muda, celana jeans selutut, serta sepatu kets favoritnya. Ia merapikan sedikit rambut panjangnya yang digerai seperti biasa. Niki tersenyum lebar melihat bayangannya sendiri yang menurutnya... sempurna.

"Sip! Perfect banget emang deh gue." Niki mengacungkan jempolnya dan tertawa geli. Nggak, Niki belom gila. Kalaupun iya, jangan hari ini deh.

Karena hari ini spesial banget. Harapan Niki buat hari ini cuma satu: semoga semuanya berjalan lancar sampai akhir. Jangan sampe ada gangguan-gangguan, sekecil apapun itu.

"NIKIIII! JADI PERGI NGGAAAK?" teriakan Mama dari bawah membuat Niki tersadar. "Ini udah jam berapa, katanya harus pagi-pagiii!"

"IYAAA, NIKI TURUUUN!" serunya keras sambil menyambar tas selempangnya dan menyampirkannya di pundak. Sebelum benar-benar turun menemui Mamanya, Niki mengecek sekali lagi barang yang ia bawa.

"Hape udah, lightstick udah, tiket udah, kamera udah.. Hah, apaan ini?" Niki mengeluarkan sepasang kaos kaki buluk berwarna hitam—eh, mungkin tadinya putih sih—dari dalam tasnya.

"Anjir, ini pasti kerjaan Kino! Dasar permen kunyah!" Niki ngomel-ngomel menyebut nama adik satu-satunya itu. Ia melemparkan kaos kaki itu ke sudut kamarnya, dan langsung meluncur turun.

"NIK—" Mama hampir berteriak lagi ketika Niki sudah berdiri di hadapannya persis, menyunggingkan senyum lebar tanpa rasa bersalah.

"Hampir aja Mama suruh Kino buat nyeret kamu ke bawah. Lama banget sih, kamu mau nonton konser aja siap-siapnya kayak mau kondangan," Mama nyerocos panjang lebar, membuat Niki manyun. Sementara Kino sendiri cuma menggerutu nggak jelas karena masih asyik main PS di ruang tengah.

"Ih, Mama. Kan biar anaknya cantik, mau ketemu calon suami masa buluk sih?" ujar Niki sambil mencomot brownies chocochip di atas meja. Hmm, enak banget. Pasti mamanya abis masak banyak nih. Diam-diam, Niki mengambil plastik dan membungkus beberapa potong brownies. Siapa tahu dia lapar pas ngantri di venue nanti.

"Calon suami dari Hongkong??" seru Mama, berkacak pinggang. Niki menggoyang-goyangkan satu jarinya sambil memutar kedua bola matanya.

"Bukan dari Hongkong, Mama, tapi dari Korea. Ko-re-a. Okay?" Niki menenggak orange juice di hadapannya sekali tandas. "Udah ah, Niki berangkat dulu ya?"

"Ati-ati ya kamu, jangan capek-capek. Mama udah titip Farrel sama Kiran jagain kamu. Kalo ngerasa capek atau badannya nggak enak langsung bilang mereka ya. Awas kalo bandel, nanti semua album kamu Mama bakar." Niki meringis mendengar ultimatum dari Mama.

"Ih, Mama. Ngeri banget mainannya bakar-bakaran. Iya Ma, iyaaa. Doain supaya anak Mama ini pulang ya! Siapa tau kan Niki khilaf terus ngikut mereka ke Seoul," ujar Niki, matanya berbinar. Cubitan dahsyat Mama mengalihkan khayalan Niki.

"Terus aja, terus. Udah sana, kasian Farrel sama Kiran nunggunya kelamaan itu lho!" Mama menuding ke pintu depan, dimana Farrel dan Kiran sedang menunggu di teras.

"Iyaaa, ini berangkat nih. Kinooo, berangkat dulu gueee! Assalamualaikum!" Niki mencium kedua pipi Mamanya dan berlari ke teras, melewati ruang tengah dan mengacak-acak rambut adiknya yang masih serius berkutat dengan stick PS.

"MBAK, IHHH!!!" Niki tertawa-tawa mendengar seruan jengkel Kino dan menghilang di pintu depan.

"Waalaikumsalam.." jawab Mama pelan sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya, geli melihat tingkah anak gadisnya itu.

"KIRAN!" seru Niki melihat sahabatnya yang menunggu di teras. Senyumnya mengembang lebar sampai nyaris menyentuh telinganya.

"NIKI!" Kiran melompat berdiri dan ikut berseru. Ekspresinya tidak jauh berbeda dengan Niki.

Keduanya saling berteriak heboh. Farrel, yang terang-terangan diabaikan, cuma menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pasrah melihat cewek-cewek fangirl ini. Kiran dan Niki sudah berpegangan tangan dan melompat-lompat senang.

"GILAAA, AKHIRNYA! KITA BAKAL KETEMU BTOB!"

***


Haaaaii! Kembali lagi bersama penulis favorit kalian semua, yuhuuu /dikeplak/
Yash, jadi inilah dia. Sekelumit prolog dari work terbaru aku. Cerita ini emg agak beda sama ceritaku sebelumnya, genrenya pun bukan fanfiction. Aku kepikiran bikin ini udah lama, dan baru bisa terealisasi skg :')

Aku mendedikasikan cerita ini untuk para Melody Indonesia yang masih dengan sabar menanti kedatangan abang-abang ke negara kita. Guys, semangat! Semoga penantian kita ngga sia-sia yah!

Sambil nunggu, ikutin dulu aja kisah Niki, Melody yang cintanya untuk BTOB juga nggak kalah besar dengan Melody lainnya! Vote and comment-nya ditunggu yaaaw :3
Talangeeek❤❤❤

D-Day! ✔Where stories live. Discover now