1. Prolog

5.7K 486 7
                                    

Seorang gadis sedang berdiri di tepi danau menanti sang mentari muncul. ia sangat menyukai fajar, karena di setiap fajar hadir ada sebuah kesempatan untuk hidup kembali dapat di nikmatinya.

Cahaya yg muncul malu malu membuat nya tersenyum sendirian, fajar hampir sama seperti dirinya, sama sama pemalu kalau menampakkan diri didepan banyak orang.

Tuhan begitu baik menyediakan pemandangan seindah ini untuk manusia seperti dirinya yg begitu memiliki banyak dosa. terkadang ia harus malu pada keagungan Tuhan menciptakan kebahagiaan yg tak ada habisnya.

Menikmati sinar fajar ini adalah hal rutin yg setiap hari ia lakukan, ada ketenangan sendiri yg di rasakan gadis ini saat wajahnya diterpa sinar cantik nan hangat itu. semangatnya akan kembali tinggi ketika menatap fajar.

Saat sedang damai menatap fajar, handphone miliknya bergetar di saku kemeja yg dikenakan. gadis itu mendengus pelan dan menatap layar pipih itu, tertera nama sahabat terbaiknya disana. gadis itu tersenyum sebentar sampai akhirnya menggeser tombol hijau pada layar handphonenya

"iya, kenapa?"

"jangan lama lama di danau, hari ini deadline ngejar"

"iya, sebentar lagi ke kantor"

"hati hati"

"oke"

Setelah pembicaraan singkat itu berakhir, gadis berpakaian kantor itu tersenyum sekali lagi menatap matahari yg mulai meninggi sebelum meninggalkan tempat kesukaan nya.

Perjalanan menuju kantor bukan hal yg membosankan bagi gadis ini, karena ia akan menemui banyak hal baru di jalanan. seperti membantu nenek ringkih ini menyebrang jalan

"ayo nek, saya bantu"

Dengan lembut ia merangkul bahu nenek tua itu dan menuntunnya menyebrangi jalan yg padat dan macet.

"terima kasih ya neng" lirih nenek tua itu

"sama sama nek" setelah berucap, gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya.

Tak hanya berhenti pada satu nenek tua itu, setelahnya ia akan melempar candaan pada anak anak pedagang asongan yg dilewatinya, bahkan sesekali ia akan membeli sekedar air minum atau permen untuk menambah pendapatan mereka.

"kakak cantik!" seru seorang anak lelaki berlarian ke arahnya

"iya, ada permen rasa baru?"

"ada dua kak" anak itu mengambil sesuatu dari dalam balok persegi panjang yg ia gendong dengan tali melingkar di lehernya "rasa blueberry sama cokelat, kakak mau yg mana?"

Gadis itu berfikir sejenak "kalau keduanya, boleh?"

"bolek kak, boleh!"

Dengan senyum yg mengembang gadis itu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dari saku kemejanya kemudian bertukar dengan permen berbentuk persegi dengan warna ungu dan cokelat.

"terima kasih kakak cantik!"

"sama sama, semangat ya jualan nya"

"oke kak, daaa!"

Anak itu kemudian berlari menghampiri teman temannya yg lain, sedangkan gadis itu masih berdiam di tempatnya menyaksikan bagaimana senyum anak anak pekerja keras itu menikmati hidup mereka.

Tak ingin membuang waktu lebih lama, ia segera melanjutkan perjalanannya menuju ke kantor nya yg tak begitu jauh.

***

"iya Ma, aku lagi di jalan mau ke kantor ini"

"beneran ke kantor? nggak keluyuran?"

"astaga Ma, ini masih pagi banget, mau keluyuran kemana? diskotik belum buka jam segini"

"tuh kan! kamu pasti suka ke diskotik ya tiap malem?"

Helaan nafas terdengar dari bibir lelaki berdasi yg sedang mengendarai mobil ini "Mama, listen to me! aku gak suka kaya gitu Ma, Mama kenal aku kan?"

"Mama kenal kamu, tapi Mama khawatir kamu terjerumus ke pergaulan yg kaya gitu. kamu baru tiga bulan di Jakarta aja udah jarang ngabarin Mama"

"aku janji sama Mama gak akan masuk ke pergaulan aneh aneh Ma, aku disini juga kan sibuk kerja"

"makanya, kamu udah tua, cari calon istri biar ada yg ngurusin"

"Ma! aku masih 26 tahun, belum tua!" geram lelaki dewasa itu

Terdengar tawa kecil di ujung telfon sana "udah 26 tapi kok gak pernah Mama denger kamu pacaran. umur 26 udah terlalu tua untuk pacaran loh"

"terserah Mama deh, nanti kalau aku udah dapet calon istri, aku gak mau bilang bilang sama Mama"

"loh? kok gitu? jangan gitu dong! restu Mama paling penting loh buat pernikahan kalian"

"astagfirullah Ma, calon nya aja belum ada udah mikirin restu nikah aja"

"lagian kamu duluan yg bilang mau nikah"

"iya sabar ya Ma, sabar"

"sabar terus, sabar juga ada batasnya"

"yaudah, aku kerja dulu, ini udah sampai di kantor. Mama take care di Sydney sama Papa ya"

"kerja aja terus gak usah cari istri, kekayaan kamu gak akan habis 10 turunan"

"10 tanjakan habis dong Ma?" candanya

"gak ada tanjakan, difikir jalan ke puncak"

"hahaha.. yaudah nanti aku cari istri ya Ma, daa Mama, i love you"

"ngeles aja terus. i'm not loving you"

"i love you more Mama"

Lalu lelaki itu mengakhiri pembicaraan mereka dan melepas wireless earbuds yg ada di telinganya. ia kemudian meraih jas serta tas kantor yg ada di kursi sebelahnya dan turun dari mobil.

Ia berjalan dengan wibawa serta senyum yg ramah memasuki area kantor KHADAR Comp.

KOMOREBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang