BAGIAN 7

3.6K 602 62
                                    

Ketika misteri itu terpecahkan,
Disanalah aku menyadari apa yang telah terjadi..

.
.

Hari telah berlalu dengan begitu cepat, dua hari Haneul menutup matanya, dan kinilah saatnya membuka mata. Dimanakah dia? Apa ia sudah mati? Ia mencoba beranjak dari tidurnya tetapi rasanya sangat menyakitkan. Seseorang tiba-tiba membantunya. Ia melihat siapa orang itu. Matanya memanas melihatnya, bahkan secara tak sadar ia menjatuhkan air matanya.

"Kenapa menangis hn? Aku tak akan menyakitimu. Tenanglah." Ujar Changwook seraya menghapus air mata Haneul.

"Mengapa kau disini? Pergilah. Aku membencimu." Ujar Haneul kembali berdusta. Changwook hanya tersenyum dan meraih tangan Haneul dan mengecup lembut tangan tersebut.

"Berhentilah membohongi perasaanmu. Tidakkah itu sangat menyakitkan? Berhentilah. Ku mohon." Haneul menunduk dan menepis kasar tangan Changwook.

"Aku tidak berbohong. Pergilah. Aku hanya seorang manusia. Lebih parahnya aku adalah keturunan sang pengkhianat."

"Aku tahu. Kau manusia dan pengkhianat. Aku tahu itu. Tetapi faktanya aku mencintaimu. Sangat."

"Tetapi aku tak pernah mencintaimu." Ujar Haneul tanpa menatap Changwook. Tangannya mengepal menahan rasa sakit akan dustanya. Changwook melihat itu.

"Katakan kau tak mencintaiku dengan menatapku." Ujar Changwook. Haneul hanya diam.

"Katakan padaku Haneul-ah!" Bentak Changwook. Haneul masih diam dan memalingkan wajahnya kembali, Changwook pun sedikit kesal dan menarik tangan Haneul yang terluka tanpa ia sadari. Haneul hanya memekik sakit membuat Changwook merasa bersalah.

Haneul menatap Changwook dan mengeluarkan air matanya.
"Kau menyakitiku Changwook-ah. Hiks."

"Maaf. Maaf." Changwook menarik tubuh Haneul dan memeluknya. Ia merasa bersalah. Haneul menangis.

"Aku membencimu. Hiks aku membencimu." Ujar Haneul menyembunyikan wajahnya di dada Changwook, bahkan tangannya mencengkeram kuat pakaian Changwook. Kini Changwook tahu, Haneul sangat mencintainya. Ia tak akan pernah melepaskan Haneul kembali. Tak akan pernah.

.
.

Di lain tempat. Kyuhyun menatap tangannya yang terus memucat dan memudar. Ia menghelakan nafasnya.

"Kau disini? Ada apa memanggil?" Tanya Changmin yang datang menghampiri Kyuhyun. Kyuhyun menatap Changmin. Ia menarik tubuh Changmin dan mencium Changmin. Changmin hanya terkejut mendapati aksi Kyuhyun yang tidak biasanya. Changmin hanya memeluk pinggang Kyuhyun dan membalas lumatan demi lumatan pada bibir manis sang kekasih. Setelahnya Kyuhyun melepaskan tautan pada bibir mereka. Ia tersenyum.

"Tubuhku perlahan memudar. Kau tahu maksudnya bukan? Perjalananku menjadi seorang Dandelthia sesungguhnya akan dimulai. Beberapa waktu kedepan aku akan menghilang meninggalkanmu Min. Berjanjilah kau cepat menyusul dan menemuiku." Rasanya begitu berat mendengar ini semua. Ia belum siap berpisah dari Kyuhyun.

Kyuhyun memeluk tubuh Changmin.
"Jangan nakal. Aku akan menunggu sang pangeran terlahir." Changmin hanya diam tak mampu berkata. Mengapa tidak bersama mereka menghilang? Tidak seharusnya mereka berpisah dahulu. Tetapi, bagaimana pun ini harus mereka lewati.

Changmin memeluk Kyuhyun erat. Ia mengecup lembut kepala sang kekasih.
"Tunggu aku. Berjanjilah." Kyuhyun hanya mengangguk di dada Changmin. Ia pun menangisi akan perpisahannya kelak.

Dandelthia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang