After The Wound [Ending]

1K 28 7
                                    


Maizi POV

Disinilah aku sedang berfoto dengan Priskiyah yang tengah memakai kebaya berwarna pink dan rambutnya yang ditata sedemikian rupa, sangat cantik memang tapi aku berbalik memikirkan Ramona yang berpenampilan seperti itu

Sesi pembagian medali dan beberapa kenang-kenangan dari sekolah telah usai, Sany mengajak kami untuk berfoto bersama, dia lain dari pada yang lain karena sejak kelas XI semester 2 dia pindah sekolah

"ayo sih foto lagi!" rengek Sany kepada aku dan Priskiyah, berdirilah aku disebuah tempat yang memiliki angle lumayan indah karena dihiasi berbagai karangan bunga yang indah

Kami akhirnya kembali ke tempat tongkrongan favorit yaitu di kantin, aku teringat saat pertama kali kami menjadi sahabat dan kantin adalah tempat yang paling ditunggu saat libur sekolah atau weekend

Senyuman Ramona selalu menghiasi suasana saat kami beristirahat, Sany dan Priskiyahpun demikian, Priskiyah selalu menundukkan pandangannya tapi Sany berusaha mencegah rasa harunya dengan meminta kami berfoto bersama

"ciee yang bentar lagi aniv 1 tahun, semoga langgeng sampe ke pelaminan yaa!" sindir Sany membuat Priskiyah tersipu, asal kalian tahu selepas beberapa hari kepergian Ramona aku langsung menembak Priskiyah untuk menepati janji yang Ramona berikan padaku

"kalian ngerasa sepi ngga sih tanpa kehadiran Ramona?" tanyaku sambil melamun, Sany berdeham pelan dan Priskiyah merubah senyumannya menjadi sebuah ekspresi kesedihan

"Maizi semua orang pasti akan menemukan ajalnya jadi lo jangan galau gitu dong, cepat atau lambat lo juga bakalan ketemu sama Ramona ko!" ujar Sany dengan semangat lalu "yah walaupun akhirnya pasti akan berbeda" lanjutnya dengan lesu

"eh aku punya ide, bagaimana kalau habis pulang dari sini kita ke pemakaman? Ajak Mona seneng-seneng juga, setuju ngga?" tukas Priskiyah dengan memaksakan dirinya untuk tersenyum

"permisi ka! Maaf ganggu, ini dari ka Mona, dia ngasih ini sebelum hari kematiannya" doppelgangger si Aoki memberikan kami secarik kertas yang dibalut amplop dengan rapi

"kak Mona berpesan semoga kakak-kakak semua bisa sekolah dengan baik dan lulus dengan nilai yang memuaskan, kak Mona juga bilang ka Priskiyah sama ka Maizi langgeng terus dan ka Sany semangat nyari doi, kak Mona akan menunggu kalian disana, di dalam surga" jelas Marrie adiknya Aoki mampu membuat hatiku bergetar ingin rasanya ku luapkan semua benak di dalam hati namun apa daya aku harus menjaga imageku saat ini

Marrie meminta ijin lalu berlalu dari kami bertiga, baru kali ini aku melihat si gaco alias gadis cowo atau sebut saja Sany menangis seperti itu, sungguh pengalaman pahit yang pernah kurasakan

Saat kami hendak menuju ke lapangan serbaguna aku melihat Efforst tengah terduduk sendirian, ku dekatilah dia, mungkin saja dia sedang mencari teman curhat kemudian aku duduk di kursi kosong sebelahnya

Dia terus menerus menunduk dan mengusap kepalanya seperti orang frustasi, aku senantiasa melihatnya dengan tingkahnya yang tak biasa itu

"gue tahu ini salah kenapa tidak sejak pertama gue menyadarinya, dia gadis baik dan gue selalu mengacuhkannya tanpa membelanya saat dibully, gue sangat bodoh!" ucapnya kalut

"lo ngga perlu nyesel ini udah takdirnya, doakan saja yang terbaik untuknya, gue juga sama ngerasa sangat kehilangan dia tapi apa dayanya kita, takdir tidak dapat dibantah" tukasku menenangkan

"maafin gue kalo gue yang ngebuat dia tertekan seperti itu" ujarnya lagi dengan nada sedikit memohon. "ayolah! Ini bukan salahmu, salahku, atau yang lainnya, ini sudah menjadi jalan hidupnya lo ngga perlu minta maaf" balasku lalu Efforst mengangguk

Jepret!

Flash kamera milik Sany mengaggetkanku, aku dan Efforst segera melihat ke arah sumber suara dan flash tadi, Sany nyengir kuda ke arah kami

"sorry bro, gue cuma lagi kuker lagian gue ga akan lama disini, kalian tahulag guekan bukan orang sini lagi" ungkapnya seraya menarik kursi didekatnya lalu menumpuk kakinya satu sama lain dan mengutak atik kameranya, kamipun terheran tidak biasanya dia seperti itu, biasnya Sany berkelakuan seperti anak laki-laki pada umumnya

Efforstpun bangkit lalu merebut kamera yang tengah dipegang oleh Sany dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga Sany meloncat untuk mendapatkannya, rengekan Sany dan kelakuan Efforst mampu membuatku tergelak

Priskiyahpun menghampiriku lalu tersenyum dengan sangat manis kepadaku dan ku balas senyuman yang tak kalah manis juga untuknya

Author POV

Maizi, Sany juga Priskiyah sampai ditempat pemakaman dengan membawa karangan bunga yang sangat indah nan wangi, baginya bunga tersebut sangat cocok untuk Ramona yang kini harus beristirahat panjang

Pandangan Maizi tertuju pada seorang pria western yang berdiri didekat makam Ramona, mereka bertiga berdiam diri sejenak dari beberapa langkah menuju makam Ramona

Tanpa mengatakan sepatah katapun pria western itu langsung meninggalkan tempat Ramona disemayamkan, pria itu menatap satu persatu sahabat-sahabat Ramona dengan kalut

Maizi, Priskiyah, dan Sany kembali berjalan dan duduk disamping kuburan Ramona, Maizi meletakkan sebuah bunga mawar yang sangat indah di atas gundukan tanah itu

"gue beri lo temen biar ngga kesepian, terimalah sahabatku" ujar Priskiyah sembari meletakkan boneka tedy bear yang amat imut di depan makam Ramona dan Sany hanya meletakkan sebuah foto dari kamera polaroidnya yang di dalamnya terlukis wajah-wajah ceria mereka ber-empat

"maafin gue kalo sering ceplas ceplos sama lo, baik-baik disana!" ucap Sany sambil tersenyum simpul kepada foto yang tadi dia letakkan didekat boneka milik Priskiyah

"seperti yang kamu minta aku dan Priskiyah akan bersatu dan sekarang aku ingin memberitahumu kalau kami sudah hampir satu tahun menjalaninya" ungkap Maizi yang sedang duduk nongkrong disamping Ramona tertidur

"ini surat dari lo dan sekarang gue mau bacain, makasih masih inget sama kita" bibir Sany mencuat ke atas dan membuat wajahnya menyipit lalu melanjutkan membaca surat dari Ramona

"sahabatku, Maizi, Priskiyah, dan Sany tentunya kalian yang terbaik yang pernah ku miliki, terima kasih atas kehadiran dan kasih sayang yang kalian curahkan, tanpa kalian aku tidak akan menjadi Ramona yang sebenarnya, aku sangat-sangat minta maaf harus meninggalkan kalian dengan cara seperti ini, aku emang pengecut dan ngga patut buat dibela. Namun kalian selalu hadir disaat aku membutuhkan dan tidak meninggalkan disaat aku kesusahan, kalian yang paling baik dari yang terbaik setelah Aoki hehehe. Selamat menempuh hidup cerah kalian, dari dulu hidupku sudah hancur untuk apa aku harus berumur panjang? Aku tidak mau merepotkan kalian lebih banyak lagi, cukup sampai disini pertemuan kita. Sampai bertemu di surga, aku akan selalu menunggu kalian dan menyambut kedatangan kalian disini bersamaku di tempat yang seharusnya kalian kembali. Good luck guys! "

Salam manis,
Ramona AG

Setelah isi surat tersebut dibacakan oleh Sany mereka segera menoleh ke arah Ramona istirahat mentapnya penuh luka seolah kini Ramona sedang tersenyum dan menenangkan mereka

Karena hari sudah semakin larut dan mentaripun telah mencapai puncaknya kembali pada tempat tinggalnya, dengan berat hati mereka bertiga meninggalkan tempat pemakaman

Ramona senantiasa tersenyum seperti yang ada di dalam foto yang Sany berikan, dia tidak akan mudah untuk dilupakan, dan dia yang menciptakan suasana baru mulai dari duka dan lara, cemas dan was was hingga tawa dan bahagia. Mereka bersyukur pernah memiliki sahabat yang bernama Ramona Anastashia Grimmykey



















Yuhuuuu... Akhirnya nyampe ending juga! Terima kasih yang sudah support sampai akhir. Last but not least, I just wanna say Thank u so much again. Jangan lupa vote terus BTIS!! Big hug online 💕💓

Jangan lupa nantikan terus cerita baru lain yang lebih menarik tentunya
-mona_san-

BULLY (Terror In School)√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz