3 | ikatan

116K 9.3K 398
                                    

Terimakasih pada hari hujan kemarin yang membuat Suci harus kembali bertemu dengan Arka. Seperti yang ia katakan sebelumnya, gadis itu berharap tidak akan pernah lagi berinteraksi bahkan bertatapan dengan sosok Arka.

Arka tidak menyeramkan. Sama sekali tidak. Namun sesuatu dalam dirinya menyalakan tanda bahaya ketika mata tajam Arka menatapnya. Tatapan Arka seolah memiliki emosi yang tak bisa Suci baca.

Suci memeluk erat paper bag di pelukkannya. Dia akan memberikan jaket Arka dan setelahnya mereka akan kembali seperti sedia kala. Tidak mengenal satu sama lain. Suci berharap demikian.

Ketika angkot yang ia tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah, Suci turun bersamaan beberapa siswa sekolahnya.

Dia menatap pakaiannya ketika hampir semua orang menatapnya ketika memasuki kawasan sekolah. Suci mengerjapkan mata, kebingungan. Ia memastikan apa yang salah darinya, namun ia sama sekali tidak menemukan apapun.

"Dia pacar Arka 'kan?"

"Iya, nggak nyangka, ya."

Bisikkan itu terdengar ketika Suci melewati lorong. Keningnya berkerut dalam. Pacar Arka? Siapa? Dia?

Dan bisikkan seperti itu banyak ia dengar sampai hingga ke kelas. Semua teman satu kelasnya menatap Suci saat dia memasuki ruangan itu, mereka berbisik.

Sejak dulu Suci tidak suka menjadi pusat perhatian dan saat ini ia benar-benar tak nyaman.

Merasa disudutkan, gadis itu membawa paper bag ditangannya keluar. Dia akan menemui Arka dan menanyakan apa maksud orang-orang tentang dirinya.

Arka memang jarang bicara, namun atensinya jelas kuat mengingat keluarga dan pengaruh laki-laki itu di sekolah. Yang Suci tidak mengerti kenapa saat ini ia disangkut pautkan dengan laki-laki itu.

Begitu didepan kelas Arka, rombongan siswa yang duduk didepan kelas mendadak berbisik lagi.
"Dia 'kan?"

"Iya,"

Suci merasa makin kesal.

"Cari Arka, ya?" tanya salah satu perempuan disana.

Suci mengangguk kecil. "Iya."

Perempuan itu hendak memanggil Arka, namun laki-laki itu sudah lebih dulu menunjukkan diri. Arka menjulang tinggi didepannya, menatap Suci dengan tatapan datar khasnya.

"Arka, ada yang mau aku omongin," ucap Suci pelan ketika orang-orang disana makin tertarik menatap mereka.

Arka seolah tau hal ini akan terjadi, hanya menangguk lalu berjalan mendahului Suci. "Ayo."

Arka membawanya ke taman belakang sekolah. Taman ini jarang disinggahi siswa karena tempat disini digadang-gadang angker. Suci sedikit takut menatap sekelilingnya, namun seketika lupa akan takut itu saat Arka menyentuh bahunya.

"Ada apa?" tanya laki-laki itu.

Suci mengelak dari sentuhan Arka. "Sebelumnya, aku mau tanya, Ka."

Arka diam, hanya mendengar.

"Hampir semua orang berbisik kalau aku pacaran sama kamu, aku bingung, Ka. Sebenernya apa yang terjadi? Kenapa nama aku dan kamu disebut-sebut orang?"

Bukannya menjawab, Anda malah memberi sebuah pertanyaan lain. "Memangnya kenapa?" matanya menelisik tajam.

"Karena... Itu ngebuat aku kurang nyaman lagipula kita nggak punya hubungan apa-apa jadi aneh rasanya-"

"Siapa bilang?"

Suci mengernyit bingung. "Orang-orang?"

"Bukan, siapa bilang kita nggak punya hubungan apa-apa?"

"Kita memang nggak punya hubungan apa-apa, Ka." mendadak Suci benar-benar heran dengan sosok didepannya.

"Kita pacaran, itu hubungan kita." ucap Arka tenang.

Gadis itu melongo beberapa saat. "Apa? Kita bahkan baru kenal kemarin?" tanyanya tak mengerti.

"Terus apa salahnya? Kita sudah pacaran dan semua orang tau ltu." mata Arka dengan dalam menatap gadis didepannya tajam.

Mendadak Suci merasa kesal. "Kamu aneh tau nggak? Kenapa kamu seenaknya bilang begitu? Kita nggak punya hubungan apa-apa. Kamu tau itu. Aku nggak kenal kamu bahkan aku nggak suka sam kamu dan secara tiba-tiba kita pacaran. Ini aneh. Seharusnya kamu membantah ucapan orang-orang!"

Arka menghela nafas berat, tampak marah. "Itu yang aku inginkan, lalu kamu mau apa?"

"Aku nggak mau! Aku tinggal bilang kesemua orang kalau kita nggak punya hubungan apa-apa," Suci hendak pergi namun mendadak tubuhnya terhempas pada sisi tembok.

"Nggak bisa, kamu milik aku." tekan Arka. Laki-laki itu meremas kedua bahu Suci, membuat gadis itu ketakutan melihat mata Arka yang menatapnya tajam.

"Arka, lepas!"

"Nggak, cukup lama aku menantikan ini. Kamu seenaknya bilang begitu!" tangan Arka bergerak menuju pipi Suci. "Kamu cuma milik aku."

Suci merasakan paru-parunya menyempit saat Arka mendekatkan wajahnya.

"Mulai sekarang, cukup kamu ingat kamu punya aku," mata Arka menatapnya seperti orang gila. "Dan kamu juga harus ingat. Aku Arka, apapun bisa aku lakukan jika kamu berusaha menghilang dari aku."

Suci merasakan ketakutan mengikatnya. "A-aku nggak mau!" ia masih melawan walau badannya melemas.

Arka mencengkram dagunya. "Terserah kamu, semakin kamu menolak maka aku pastikan satu-satu persatu kebahagiaan dihidup kamu akan hancur!" ancamnya.

"Kamu nggak akan bisa!" Suci terisak.

Arka tersenyum dingin. "Aku bisa jika aku ingin."

Dan senyum percaya diri Arka membuat Suci makin ketakutan. Akhirnya yang bisa ia lakukan ada menangis dan pasrah. Semuanya mendadak berubah dalam satu hari. Bayangan kehidupannya yang normal menghilang digantikan sosok didepannya.

Tubuh Suci melemas, Arka mendekat, mendekap tubuh itu kuat. "Dari awal memang seharusnya begini, kamu sadar bahwa kamu hanya milikku." bisik Arka dalam.

***


Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Arka[√]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon