8

34 1 0
                                    

Adrien kembali ke rumahnya saat hari sudah gelap. Dia masuk ke dalam dan melihat Williamtengah duduk di sofa sambil melamun. Adrien mendekat dan menyentuh bahunya.

“Apa yang sedang  kamu pikirkan?”

“Tu-tuan selamat datang. Aku tidak memikirkan hal yang sangat serius.”

“tapi kau melamun.”

“Aku hanya memikirkn hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Bukankah ini terlalu tenang? Kapan mereka akan menyerang?”


“Sudahlah, kamu terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Tunggu saja. Aku yakin mereka akan segera bergerak.”

“Aku mengerti.”

“Aku akan kembali ke kamarku.”

Tanpa menunggu apapun, Arien berlalu ke kamarnya. Kamarnya gelap tanpa cahaya. Saat dinyalakan kamarnya bernuansa hitam emas. Bed cover, lantai, dan beberapa furniture berwarna hitam. Untuk beberapa furnitur kayu berwana keemasan. Kamarnya terasa suram namun ada jendela besar yang menghadap ke kota.

Adrien masuk dan segera membersihkan diri. Kemudian ia duduk di tepi tempat tidur keika selesai mandi. Mata gelapnya sejenak memandang kosong kearah dinding, namun tak lama kemudia kembali seperti semula. Ia duduk diam selama beberapa saat hingga terdengar sura ketukan dari luar.

“permisi, tuan. Ini aku.”

“masuk, Will.”

“Ada surat datang untuk anda. Berasal dari rumah. Kurir bilang untuk segera dibalas.”

“Hm. Berikan padaku.”

William menyerahkan surat itu dan segera pergi tanpa diperintah. Adrien menatap surat sejenak untuk memastikan apakah benar surat itu dari keluarganya. Kemudian ia membacanya


|Semua semakin buruk. Cepat akhiri dan urusi semua yang ada disini.|

Dengan melihat saja, ia tau jika disana tidak berjalan dengan baik. Tapi ia tidak bisa gegabah untuk mengambil tindakan disini. Karena ia tidak tahu siapa musuh dalam gelap yang tengah ia hadapi. Kemudia ia menulis balasan dan membakar surat yang dikirim padanya.

Adrien memasukkan sedikit kekuatannya agar hanya ayahnya yang bisa membaca surat itu. Hal itu demi mencegah bocornya informasi kepada lawan. Ia kemudian memberikannya kepada William agar segera tiba di sana.
William kembali ketika ia memastikan kurir itu sudadh pergi dengan aman. Ia melihat Adrien tengah duduk di sofa.

“Tuan, kurir itu sudah pergi. Tidak akan butuh waktu lama untuk sampai.”

“Hmm.”

“Apakah ada hal buruk yang terjadi? tuan lama sepertinya tidak akan mengirim surat dengan gegabah jika semua baik-baik saja.”

“emm, di sana tidak terlalu baik. Orang-orang bodoh itu mulai bergerak. Jumlah mereka meningkat sejak terakhir kali, wajar jika yang ada di sana kewalahan. Sekuat apapun ayah, jika dia harus melawan 1000 orang lemah kemungkinan akan kalah jumlah. Pada kondisi saat ini jumlah juga menentukan kemenangan.”

“lalu apakah anda memberikan solusi pada beliau?”

“Tentu aku tidak akan membiarkan bangsaku jatuh ke tangan orang-orang busuk itu. meskipun tidak membunuh mereka paling tidak itu membuat mereka mundur sejenak dan memikirkan kembali rencana yang mereka susun.”

“syukurlah kita masih punya cukup waktu untuk mendapatkan kristal itu. kita masih bisa terus berhati-hati dan wapada.”

“Kamu benar, tapi mulai sekarang aku akan bergerak terlebih dahulu. Kita lihat apa yang akan terjadi. sudahlah., kembali beristirahat. Aku akan tidur.”

“Baik.”

Mereka kembali ke kamar masing-masing dan beristirahat. Menanti apa yang akan menghampiri mereka jika berusaha mendapatkan kalung itu secara paksa. Siapa yang akan menunjukkan wajahnya lebih dahulu. Dia atau musuh dalam gelap yang terus memperhatikan pergerakannya tanpa melakukan tindak lanjut.

TBC

The Nine Tails (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang