Hancur

40 5 10
                                    

Adriel dengan gesit mengambil pistol yang ada di celana satpam tersebut. Ia menodongkan pistolnya ke arah walkers yang sudah terlalu dekat. Adriel memejamkan matanya, tangannya bergetar, namun kemudian...

DORR!!

Pistol yang Adriel pegang menimbulkan suara yang sangat jelas terdengar. Pistol tersebut sedikit terlempar karena tangannya belum terlalu kuat untuk memegangnya. Gabe dan Clementine melihat ke arah Adriel. Peluru yang ditembakannya tepat mengenai walkers yang tadi berjalan ke arahnya. Lalu kemudian, sebuah tangan menggenggam tangan Adriel dan menariknya masuk ke dalam mobil. Rupanya ia di tarik oleh Daniel. Mobil yang ia tumpangi pun mulai melaju kencang keluar dari sekolah yang sudah menjadi "angker" tersebut. Semua mata tertuju pada Adriel, terkecuali Gabe yang melihat ke arah depan sambil sesekali melirik Adriel karena sedang fokus menyetir.
"Bagaimana caramu melakukannya?"
Tanya Daniel memecah keheningan.
"A-aku tidak tau! Aku hanya melakukan apa yang bibi Ariana katakan!"
Ucap Adriel. Semuanya terdiam. Gabe dan Clementine berpandangan sambil menaikan sebelah alis.
"Kau... diajarkan menembak oleh Ariana?"
Tanya Gabe. Adriel terdiam, lalu kemudian menutup mulutnya.

~

"Memangnya kenapa? Bukankah kau sudah tau bahwa aku adalah seorang guru pembelaan diri?"
Tanya Ariana saat dirumah. Mereka menceritakan semua yang terjadi di sekolah. Termasuk apa yang dilakukan Adriel.
"Dengar, aku tau kalian pasti belum siap untuk memperlakukan Adriel seperti ini, tetapi ini pasti juga berguna untuknya, apalagi dengan keadaan mencekam seperti sekarang,"
Tambah Ariana sambil mengambil riflenya lalu mengisinya dengan peluru. Clementine manggut-manggut.
"Sekarang apa yang akan kita lakukan? Bagaimana jika... bagaimana jika makhluk-makhluk itu menggigitku?"
Tanya Daniel cemas. Clementine mengusap kepala Daniel.
"Tidak akan terjadi. Ibu janji,"
Ucap Clementine sambil tersenyum. Tak lama kemudian, Gabe datang dengan sejumlah koper dan tas besar.
"Semuanya sudah siap. Kalian pergilah menuju mobil, aku harus menyiapkan sesuatu,"
Ucap Gabe yang langsung pergi ke lantai dua rumahnya. Clementine dan Ariana berpandangan kemudian mengangguk satu sama lain. Mereka mengantar Daniel dan Adriel keluar rumah.

~Gabe's Place~

Gabe tampak sedang duduk di depan sebuah meja dengan 4 foto berbingkai yang dikelilingi beberapa lilin dan beberapa bunga. Gabe tersenyum.
"Paman--maksudku ayah, aku tau, aku tidak pernah memanggilmu ayah, tetapi kau akan selalu menjadi ayahku juga,"
Ucap Gabe dihadapan sebuah foto seorang laki-laki yang memakai helm kasti dan membawa tongkat baseball berwarna putih. Javier Garcia merupakan nama yang tertera pada foto tersebut. Nama itu dicetak rapi pertanda bahwa laki-laki tersebut pernah membawa nama baik tim baseball-nya.
"Aku akan pergi dari sini. Dari rumah yang bertahun-tahun lalu telah melindungi kita semua dan menjauhkan kita dari kenangan buruk dahulu kala. Sayangnya, rumah ini tak lagi seperti dulu,"
Gabe menghela napas.
"Tolong jaga rumah ini dengan baik. Demi diriku, Clementine, anak-anak...,"
Lalu ia tersenyum.
"Dan demi kalian. Ibu, Tripp, Eleanor. Kalian merupakan orang-orang terbaik yang pernah aku temui,"
Seperti yang dikatakan Gabe, foto Kate, Tripp, dan Eleanor terpampang jelas menemani foto Javi. Gabe mengganti lilin-lilin yang sudah memendek akibat terlalu lama terbakar dengan lilin yang baru. Lalu, ia menuruni tangga untuk menemui Clementine yang sudah menunggu diluar.

~

Mobil van milik Gabe berhenti di tengah jalan karena kehabisan bahan bakar.
"Kalian jangan pergi kemana pun, aku akan memeriksa sekitar apakah ada yang dapat membantu kita,"
Ucap Ariana kepada Daniel. Ariana pun keluar dari dalam mobil dan mulai berjalan menjauh. Clementine dan Gabe sudah pergi duluan untuk mencari bahan bakar. Daniel melirik ke arah Adriel yang sedang tertidur pulas di sebelahnya. Lalu ia menoleh keluar jendela, menatap jalanan yang masih dilewati oleh beberapa mobil walaupun tak seberapa. Namun tiba-tiba, Daniel mendengar suara erangan dari arah belakang. Ia pun melihat ke belakang, matanya terbelalak.

~Bersambung~

Y sekolah is frustating

Higher Than The Sky (FTAD Sequel)Where stories live. Discover now