CHAPTER 2

2.1K 364 13
                                    

In Yeri's Eyes..

Tak banyak pembicaraan tercipta saat kami ada didalam rumah. Aku memilih menyibukkan diriku disatu-satunya kamar yang ada di dalam rumah, sementara Baekhyun sibuk dengan seperangkat komputer diruang tengah, entah apa yang begitu membuatnya sibuk, aku tak ingin mengusiknya.

Keadaan canggung ini tercipta setelah aku selesai menceritakan hidupku padanya. Ia tampaknya, seolah tak percaya bahwa Humanoid bisa membuat sebuah keluarga hancur, tentu saja, karena Ia adalah Humanoid yang malah terbuang karena Ownernya memilih keluarga.

Aku dan dia sama-sama terbuang, hanya penyebabnya saja yang saling bertolak belakang. Aku tau, di sisinya, Ia percaya bahwa manusia bisa melakukan hal buruk, tapi disisiku, aku percaya bahwa Humanoid lebih bisa menciptakan alasan bagi manusia untuk melakukan hal buruk.

Diam-diam aku merasa tak enak. Karena ceritaku pasti menciptakan memori buruk lagi baginya. Ia sudah tampak sangat terpukul karena ingatannya tentang Ownernya, dan aku malah memberinya memori lain tentang apa yang bangsanya bisa lakukan.

Ugh.

Sudahlah Yeri, dia seorang robot, dia seharusnya tak bisa—

"Kau robot yang sekarang bisa berpikir sendiri dan memiliki kontrol atas tubuhmu sendiri.."

Sekarang aku kembali teringat kalimat yang pernah kukatakan padanya. Aku merasa diriku begitu bodoh karena pemikiranku berusaha mengingkari ucapanku.

Tak tahan dengan keadaan canggung yang mungkin bisa berkepanjangan ini, aku beranjak dari sofa kecil yang ada di dekat jendela, dan melangkah keluar kamar.

Kudapati Baekhyun tengah berbaring di sofa panjang berwarna peach yang ada diruang tengah, sementara kabel perak terhubung ke pergelangan tangannya dari komputer di ruang tengah.

Dengan penasaran aku melangkah mendekati komputer yang layarnya tampak begitu sibuk, rasa ingin tahuku begitu membuncah tentang Humanoid ini. Bagaimana Ia bisa menjadi Humanoid yang bebas, apa benar-benar karena Ia tak lagi mempunyai Owner, atau alasan lainnya.

Sepertinya Ia tengah mengunduh sesuatu dari komputer ini, aku tak begitu bisa memahaminya karena aku sama sekali tak pernah menghadapi kecanggihan teknologi seperti ini.

"Jangan menekan apapun disana,", aku tersentak saat tiba-tiba saja mendengar suara Baekhyun, dengan segera aku berbalik, menatapnya.

Ia sudah duduk disofa, dan tatapannya lekat tertuju padaku.

"Tidak, aku tidak menyentuh apapun.", ucapku menyadari bahwa Ia sedari tadi hanya terbaring dengan memejamkan mata.

Tadinya kupikir Ia mungkin tertidur.

"Apa yang sedang kau lakukan?", tanyaku saat ekspresinya sudah tampak lebih rileks.

"Mengunduh program terbaru.", sahutnya sambil sedikit membenarkan kabel perak dipergelangan tangannya.

Aku memutuskan untuk melangkah mendekatinya, dan duduk disebelahnya.

"Terima kasih,", ucapku membuatnya menatapku

"Untuk apa?"

"Karena kau sudah menyelamatkanku, tadi kau bilang bahwa aku tak berterima kasih dengan tulus, jadi.. kurasa sudah seharusnya aku kembali berterima kasih padamu."

Baekhyun tersenyum.

"Ya, sama-sama Yeri,"

Beberapa saat aku terdiam, sampai aku menemukan bahan pembicaraan lain. Aku ingin bicara tentang bagaimana aku merasa tak nyaman karena cerita buruk masa laluku mungkin sudah membuat memori buruk lain untuknya, tapi aku tau jika Ia benar-benar merasa tak nyaman karena pembicaraan itu, Ia akan semakin merasa tidak nyaman saat aku membicarakannya lagi.

One and Only [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang