9

1.1K 65 0
                                    

Aku masih menangis dalam pelukan hangatnya, bodoh jika saat ini aku menginginkan orang lain yang memelukku dalam dekapan yang paling dalam ini. Ia membaringkan badanku dikamarku yang tidak terlalu besar dirumah ibuku. Ia mengecup keningku lalu melangkah pergi dari hadapanku.

"Kau ingin kemana?" Tanyaku yang sesegukkan mencoba meraih tangan nya yang sudah berada diambang pintu.

"Mencari udara segar"

"Aku ikut, Sehun"

"Tidak"

Tatapan nya yang tegas memintaku untuk tetap tinggal dirumah. "Suasana hatimu sedang tidak enak, tenangkanlah dirimu." Ia berjalan kehadapanku kembali lalu mengelus pucuk kepalaku.

"Di sini, setidaknya hingga aku tertidur."

Ia bergumam menjawabku. Ia masih setia untuk menyentuh pucuk kepalaku dengan lembut, mengelusnya hingga aku terlena jauh hingga aku tertidur nyenyak.

Sehun's POV

Aku menatapnya dalam diam dari ambang pintu. Jongin sedang tertidur lelap, jujur aku masih terkejut bahwa ayahnya yang dulu sudah kembali. Aku masih mengingatnya perkataanya dengan menyebut ayahnya itu bajingan. Cukup berani, menurutku.

Ia yang sedari tadi menangis dalam dekapanku, aku mengerti bahwa ia sedang kacau setelah mendengar pernyataan yang mengejutkan itu dari ibunya. Ya, sebut saja keparat itu meninggalkan Jongin hingga besar, dan menyimpan hal yang membuat Jongin kesal setengah mati. ia merasa di ambang kerancauan yang sebenernya tidak diinginkan olehnya, tapi ini sudah terjadi hingga ia kembali mengeluarkan perasaan kecewa yang sangat terdalam. Sebut saja Jongin yang sudah tidak bersama dengan ayahnya dari dia kecil, lalu ayahnya kembali dengan mudah nya.

"Sehun, Jongin sudah tidur?"

"Ya" jawabku kepada ibunya. Jam menunjukan pukul sebelas malam, dan aku harus menyelesaikan urusanku dengan orang - orang yang tidak penting.

"Apa dia menangis?"

"Tidak" bohongku menunjukan wajah sedatar mungkin.

"Sungguh aku terkejut bahwa ia tidak membawa pacar nya untuk bertemu dengan ibunya, tetapi ia malah membawa seorang temen eksentriknya." Ucap ibu Jongin.

Aku menahan diri untuk tidak menjambak rambut wanita yang sedang berdiri di hadapanku. Jika ia tidak memiliki status anak dan ibu dengan Jongin maka aku sudah memukulnya sedari tadi.

"Maaf, jika kau menyesal melihatku."

Lagipula aku kesini bukan hanya untuk menemani Jongin untuk bertemu dengan ibunya, aku memiliki urusan yang harus ku selesaikan dengan bajingan - bajingan lain disini.

"Maaf sekali lagi aku harus pergi." Ujarku meninggalkan ibu jongin di depan kamar Jongin.

"Bawa motorku saja ke sini." Ucapku melalui telefon genggamku lalu mengucapkan alamat rumah ibu Jongin.

Malam mungkin tak bersahabat dengan ku karena si Kris keparat itu mengikutiku ke Arizona, Jacksonville. Apa ia ingin meneruskan  balapan yang kemarin malam tidak kuikuti. Persetan dengan balapan lagipula aku sudah malas mengurusi mereka yang kalah denganku jujur itu menguntungkan pemasukanku untuk kehidupanku setiap hari.

Tak lama kemudian motorku yang dikirim seseorang datang, lalu aku memberikan uang tip atas jasanya. Tanpa mengucapkan terima kasih aku langsung mengendarai motorku ketempat yang diminta Kris untuk menemuinya. Si keparat itu ingin apa lagi.

Jujur aku tidak suka menyuruh orang untuk mengantarkan motor kesayanganku ini, tapi bagaimana lagi menggunakan motor dari New York ke Arizona sangat jauh.

Friends with benefitWhere stories live. Discover now