7

1.4K 69 1
                                    

Kami masih dalam perjalanan ke tempat festival yang dikatakan Sehun. Ia mengendarai mobilnya, tidak biasanya ia menggunakan mobil biasanya ia selalu memakai motornya yang bisa dikatakan sebagai kekasih klisenya. Sehun sangat menyayangi motor balapnya itu, yang selalu ia pakai untuk mengantarku.

Perjalanan kami terlihat lancar, aku hanya menatap keluar jendela menikmati jalanan kota New York. Tidak sejauh yang aku kira untuk mencapai festival itu berlangsung. Hanya belasan kilometer. Kami hanya menghabiskan waktu setengah jam untuk sampai ke tempat tujuan.

Aku turun dari mobil Sehun. Tempat ini terlihat begitu ramai, banyak penjual yang menjual kebutuhan sehari – hari seperti sayur – sayuran, buah, dan kebutuhan lainnya. Terlihat seperti pasar malam, tapi ini masih sore. Mungkin kalau malam pengunjung akan lebih banyak dari pada sekarang. Aku menggandeng tangan Sehun untuk berkeliling melihat – lihat apa yang di tunjukan festival musim gugur ini. Aku berpikir bagaimana jika malam, festival ini pasti akan seru.

Sehun hanya mengikutiku dari belakang, padahal dia sendiri yang mengajaku untuk ke sini. Mengapa sih, dengan anak itu?

"Sehun," panggilku.

"Hm." Ia bergumam. Inginku gunting mulutnya, jika ia menggunakan mulutnya hanya untuk bergumam saja. Aku mendengus kesal, kenapa harus aku yang bingung untuk apa kita ke tempat ini, padahal Sehun yang mengajakku ke sini.

"Jadi mengapa kita ke sini?" tanyaku untuk memulai.

"Aku hanya ingin saja mengajakmu ke sini."

Aku kira alasannya karena bosan. Tidak biasanya ia mengajakku ke tempat seperti ini. Seperti pasangan yang sedang kencan.

"Bagaimana kalau kita main itu?" Sehun menunjukan permainan tembak – tembakan. Permainan yang menggunakan pistol isi air untuk menjatuhkan kertas penunggang kuda. Terlihat mudah tapi aku tidak percaya kalau Sehun akan melakukan permainan itu. Oh, lihat saja pria bertato di seluruh badanya itu bermain permainan anak – anak, aku tak percaya. Ini bisa dikatakan sebagai tujuh keajaiban dunia yang terjadi dalam kehidupan Kim Jongin.

Aku terkekeh kecil mendengar penuturan Sehun yang seperti anak kecil. "Aku tak percaya kau akan menang."

"Jongin, bagaimana aku bisa memenangkannya lalu mendapatkan boneka beruang itu?" ia berbisik di ceruk leherku. Napas hangatnya membuat diriku merinding bergetar seketika.

Aku menaikan satu alis, meremehkannya.

Sehun memberi satu lembar dollar kepada sang penjaga permainan. Permainan di mulai.

Percobaan pertama, ia memulai permainan itu dengan serius, aku senang melihat wajah seriusnya. Seperti anak kecil yang polos, aku ingin menggigit pipinya. Aku tertawa dalam hati melihatnya. Percobaan pertama gagal. Mungkin dewi fortuna sedang berpihak kepadaku. Ekspresi Sehun yang kesal karena kegagalannya.

Ia tidak menyerah lalu mencoba permainan itu ke dua kalinya. Ia memulai dengan wajah seriusnya, menyatukan kedua alisnya. Aku bisa melihat alisnya yang bertautan seperti garis tebal. Matanya yang tajam menatap sang koboi yang harus ia tembak, jika ia ingin memenangkan permainan itu. Mungkin karena terlalu serius,Sehun gagal lagi untuk mendapatkan boneka beruang besar yang sebesar tubuh orang dewasa.

"Pacarmu pekerja keras." Ucap sang penjaga permainan.

Aku terkekeh mendengar penuturan si penjaga permainan ini. "Kami tidak pacaran."

"Lalu kalian suami – istri?" tanya si penjaga ini. Aku hanya menggelengkan kepala malu.

Kami tidak berhubungan sama sekali, meski sudah pernah membuat kejadian di tempat tidur untuk berkali – kali.

Friends with benefitWhere stories live. Discover now