4

2.3K 92 3
                                    

Aku berjalan keluar dari perpustakaan, di tinggal oleh Sehun setelah kejadian tersebut. Hati ingin mencari Sehun. tapi aku yakin tidak mungkin. Lelaki gila kontrol itu pasti sudah pergi, karena kejadian ciuman kami yang telah diketahui oleh orang lain. Dan orang itu mungkin adalah mahasiswa baru di sini, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya di perpustakaan, kurasa dia orang yang cerdas. Karena biasanya yang mendatangi perpustakaan di sini, mahasiswa – mahasiswa yang unggul.

Berjalan di lorong kampus yang tidak terlihat begitu banyak mahasiswa yang berhilir mudik di sini. Mungkin sekarang aku mulai menyukai suasana di NYU yang seperti ini, karena biasanya NYU akan terus berisik meski hari libur sekalipun, mungkin orang – orang akan sibuk dengan perayaan Thanks Giving nanti.

Aku ingin bertemu dengan ibuku di Jacksonville jika mengingat perayaan Thanks Giving, aku hanya ingin berkangen ria dengannya sejak kami ditinggal oleh ayah, ibuku bekerja keras untukku. Aku menyayanginya.

Tak berselang lama, kemudian aku bertemu dengan Sehun yang sedang bersenda gurau dengan perempuan yang memiliki postur tubuh tinggi semampai, aku bisa melihat kakinya yang jenjang, lalu rambutnya yang panjang dengan warna hitam nan legam bak langit malam yang bersinar terang di tengah – tengah sinar sang rembulan. Aku iri dengannya, tapi hatiku tertawa miris melihat mereka. Aku itu hanya sebagai teman oleh Sehun, tidak lebih.

Ingin hati memanggil namanya, tapi apa daya hati, tidak mungkin. Sehun tidak suka diganggu oleh orang lain, jika ia sedang berbicara dengan orang lain, apalagi ia bisa member senyuman simpul yang jarang Sehun berikan kepada orang lain. Meski setiap aku dengan Sehun bertemu ia selalu tersenyum dengan sangat tipis, tapi aku berpikir senyuman itu hanya untuk diriku seorang, tapi jika dibalikan lagi kami hanya sebatas teman di tempat tidur.

Sehun dengan perempuan duduk tidak jauh di dekat diriku berdiri, mereka seperti sedang memiliki dunia sendiri. Berdua berbicara layaknya sahabat atau lebih.

"Mereka terlihat cocok." Ucap seorang dari belakang diriku. Dia, seorang yang melihat kami. Melihatku dan Sehun. Melihatku dengan Sehun sambil berciuman, sambil bercumbu ria dengan ganasnya, lalu laki – laki mata lebar ini datang menghancurkan suasana panas kami.

Tatapannya mengarah kepada Sehun dan gadis nan cantik tersebut, aku tidak dapat di samakan dengannya. Sebut diriku bodoh yang selalu jatuh dalam perangkap serigala yang sedang kelaparan.

"Hm." Aku bergumam menjawabnya lalu membawa diriku pergi.

Ia menyentak lengan tanganku, menarik diriku ke depan hadapannya. Aku sedikit mengangkat kepalaku, mendongak melihat tatapan matanya yang tajam.
Rambutnya yang aku yakin ia mewarnainya, hidungnya seperti manekin, dengan lekukan sempurna, mata lebarnya yang menatap tajam.

Bingung dengan apa yang terjadi, mengapa aku merasakan dirku sedang terperangkap. Aku masih tidak mengerti bagaimana ini semua terjadi. Jika saja aku bukan titik lemah dari semua kejadian ataupun tempat. Aku yang tidak bisa mengerti diriku sendiri, maka dari itu aku tidak bisa hidup berdiri sendiri. Sama seperti dengan pelajaran Geografi yang mengatakan bahwa, Geografi adalah mata pelajaran tidak bisa berdiri sendiri, maka mata pelajaran lain harus membantunya. Lalu bagaimana dengan diriku yang terlihat melankolis, yang terkadang begitu pesimis dengan keadaan.

"Kau terlihat lelah, bagaimana kita pergi ke kedai kopi di dekat kampus."

Ia menarik lenganku, menuruni tangga ke lobby kampus. Terlihat seperti perintah dengan perlakuannya yang kasar seperti tadi.

Lalu kami berjalan melewati beberapa mahasiswa, dan tadi aku juga melihat Mark yang masih bersama dengan pacarnya. Aku harap ia tidak kembali ke apartemen kami sementara, aku ingin sendirian. Sendirian dalam arti ditemani oleh seseorang.

Lelaki yang benar – benartak kuketahui namanya terus menggenggam jemariku dengan kuat, takut aku akan pergi dari genggamannya.

Sesampainya kami di kedai kopi, lalu lelaki ini memilih tempat duduk di bagian pojok yang bisa terlihat langsung jalanan dengan bangungan – bangungan menjulang, terlihat santai jika menatap tempat ini.

Lalu tak lama kemudian pelayang datang mencatat pesanan kami.

"Apa kalian memiliki teh?" Tanya lelaki di hadapanku.
Pelayang tersebut mengangguk.

"Aku ingin Yorkshire tea."

"Oke, tuan."

"Lalu, kau?" ia bertanya kepadaku dengan menendang sedikit kakiku.
"Frappuccino with caramel shot." Ucapku singkat.

Pelayang tersebut pergi lalu menjelang sedikit ke canggungan di antara kami. "Kau dari Inggris?" tanyaku.

Ia mengangguk. "Bagaimana kau tahu?"

"Minumanmu. Kau meminta Yorkshire tea, tadi. Teh itu kan hanya berasal dari Inggris, memangnya mau dari mana lagi." Ujarku dengan acuh tanpa menatap dirinya.

"Aku Park Chanyeol, salam kenal. Kau?"

"Kim Jongin, Kai. Kau bisa menyebutku, Kai."

"Kim Jongin…"

Aku menyesap kopiku yang tadi di antar. "Kurasa aku pernah mendengar nama itu sebelumnya." Ucapnya dengan menyipitkan matanya seperti sedang berpikir keras. Hati seperti sedang mewanti –wanti sesuatu yang tak terduga yang akan keluar dari dalam mulutnya.

"Kau kuliah di mana, ku rasa kau adalah seniorku."

Ia hanya berdeham, lalu tertawa sebentar. "Aku dari Brunel University."

Tubuhku menegang, tersentak mendengar perkataannya. Saraf – sarafku melemas ku harap yang ia ucapkan tidak benar, aku juga tidak yakin ia kenal dengan Ezra. Brunel University tempat Ezra kuliah di Inggris. Aku menatap kosong ke arahnya, aku memikirkan bagaimana nasib diriku jika ia tahu semua, kurasa ia tidak mengenal Ezra. Aku tidak ingin menanyakan dirinya terlalu jauh.

Jika ingin dikatakan bahwa aku sangat takut sekarang, bisa jadi Chanyeol adalah teman Ezra. Meski Ezra tidak pernah terlalu detail menceritakan temannya, dan Ezra juga tidak pernah mengatakan bahwa temannya akan pindah ke Amerika. Aku takut, jika Ezra marah denganku. Ezra memang sepantasnya marah dengan apa yang diriku lakukan di belakang dirinya. Tidak seharusnya aku bermain di belakangnya, tidak seharusnya aku juga masih mencintainya dan bimbang dengan perasaanku kepada lelaki gila control itu.

Sebut diriku gila dengan ini.

"Kai, kau tidak sedang sakit, kan. Wajahmu pucat.?" Tanya Chanyeol.

Jelas sekali wajah diriku yang berubah menjadi pucat, mendengar pernyataannya. Aku tidak yakin ia akan kenal dengan Ezra, karena Ezra orang yang cukup anti sosial dengan lingkungan sekitar. Ezra denganku bisa berpacaran karena kekaguman kami pada satu sama lain. Aku kagum dengannya yang selalu dipercaya oleh para dosen, karena ia giat mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Ia hanya menyukai diriku yang sedikit canggung tidak bisa dengan mudah beradaptasi, yang kikuk dengan orang sekitar. Aku yang berlagak kalem jika bertemu dengan orang baru. Aku memang orang yang sangat canggung dan polos. Tapi itu berubah saat aku berada di NYU. Aku bertemu Sehun, lalu ia menarik diriku ke dalam kehidupannya. Dan aku hidup dengan lelaki gila kontrol bernama Oh Sehun. Lalu kami dekat dan aku masik ke dalam perangkap singannya. Aku kecanduan bersama dirinya, aku terlalu bingung dengan apa yang terjadi dengan diriku.

"Chanyeol, aku ingin pulang." Ucapku.

"Ya, kau harus beristirahat. Kurasa pacarmu sedang sibuk dengan perempuan barunya." Ucapnya menyeringai kepadaku.

Kepalaku pening jika mengingat kejadian Sehun dengan gadis yang tidak kuketahui namanya. Mereka terlihat serasi di depan orang lain.

Penglihatanku mengabur, aku ingin cepat pulang. Tak ingin mengingat tentang Sehun ataupun Chanyeol, lelaki yang baru berkenalan denganku.

Lalu kami pulang bersama, Chanyeol mengantarku sampai ke flatku. Aku langsung merebahkan diriku di tempat tidur. Sepi dan sunyi suasana, lalu tak lama kemudian tertidur.
.
.
.
.
TBC

Sorry kalau cerita gue ga seru :D maklum gue cuman ngisi kejenuhan wkwkwkwk :D

Friends with benefitWhere stories live. Discover now