The Last

1.7K 115 61
                                    

Ternyata selama ini Zea tertekan, kenapa dia tak pernah cerita, harusnya dia berkeluh kesah agar bebanya sedikit berkurang” ucapku dalam hati yang masih tak terima dengan semua ini.

Lembar berikutnya kubuka, isinya sangatlah singkat.

********

Aku menangis lagi, aku di pukul lagi.
Bulan ini aku dipukul 4 kali dan menangis hampir setiap hari,

Agustus 2014
ZEA

###########

Mama baru dimarahi, dia dipukul, aku menagis lagi.

September 2014
ZEA

###########

Aku sedih sekali, kenapa ini terjadi….?!!!... papa jahaaattttt……

Saat itu aku sedang malsanakan tugas alam di kamar mandi. Karena ini rumah lama, di luar kamar mandi yang terletak di dapur rumah baru kami itu masih ada sumurnya.

“Kalau kamu begini terus! Dan nggak pernah ngerti aku, aku bunuh kamu!!” dari balik pintu kamar mandi terdengar jelas suara bentakan papa yang mengancam mama.

“aaaaa…..” beberapa saat kemudian kudengar suara teriakan dan…

“blung…….” Suara sesuatu yang jatuh ke dalam air terdengar sangat keras.
Saat aku keluar dari kamar mandi kulihat papa berada di depan sumur, wajahnya ketakutan.

“Ada apa papa!?” aku memberanikan diri bertanya dengan nada agak keras pada papa.

Papa memandangi sumur, aku langsung mendekat ke sumur itu, dan kulihat didalam sumur mama lemas taksadarkan diri dengan kepalanya mengeluarkan darah, sepertinya terbentur.

“Mama………!!” Aku sontak kaget, dan berteriak.

“Papa jahattt…! Papa jahat!!” aku menagis sambil berteriak.

“Diam kau!!!” bentak papa.

“Aku akan telpon polisi, ini kecelakaan, jangan katakan pada siapapun yang sebenarnya!! Awas kau!!” papa menggertak dan mengancam.

Aku ketakutan, dan aku diam.
Jasad mama diangkat dan aku hanya bisa menangis. Iya  mama telah tiada. Lalu dia dikuburkan tanpa ada kecurigaan dari siapapun.

Aku benci papa!!!!! Aku akan balas dendam!!! Papa jahat!!!

Oktober 2014
ZEA

*******

Aku terdiam membisu seakan tak mampu berkata-kata lagi, saat tahu kenyataan bahwa ibunya Zea meninggal karena dibunuh ayahnya sendiri.

Air mataku tak terasa menetes di buku diariy merah milik Zea.
Aku bersyukur walau aku tak lagi punya ayah, aku bisa bahagia bersama ibuku.

Mungkin sudah takdir Zea mendapat cobaan seperti itu. Dan aku merasa malu karena sedikit masalah saja biasanya membuatku down dan putus asa. Padahal diluar sana masih banyak masalah yang luarbiasa kejamnya.

Bersyukur dengan apa yang terjadi sekarang adalah hal yang paling benar dan paling mudah dilakukan. nggak boleh seperti Zea yang kejam, aku juga harus belajar memaafkan.

END

Diary Merah (END)Where stories live. Discover now