Bloody

2K 127 32
                                    

“A…kira…kamu… hu..jan hujan gini nga..pain..?” kataku terbata-bata dan kaget melihat akira hujan-hujanan datang kerumahku.

“Kau harus mati!!!!” gertak Akira yang hendak mengayunkan samurai yang dipegangnya.

Aku tak tau kenapa ia begitu. Langsung saja..
brak…
aku membanting pintu dan berlari kedalam. Akira mengejarku!.

“Kenapa Akira… kenapa?” teriakku pada Akira yang terus mengejarku hingga kami naik ke lantai atas.

“Zea… papa pulang?” panggil papa keras-keras padaku. Kontan aku menengok ke belakang dan kulihat Akira berbalik menuruni tangga, aku pun segera menyusulnya.

“Papa…. Awas…!!” teriakku pada papa dari tangga karena Akira akan mendekati papa. Namun….

Crokk…

Akira mamenebas kepala papaku dengan samurainya.

“Oh tidak! Papa…..” teriakku dengan berlari menghapiri jasad papa yang terpisah dari kepalanya.

Saat aku mendatangi papa, Akira malah duduk diam dan tertunduk di sofa dengan tubuhnya yang basah kuyub dan rambutnya terurai panjang.

“Papa…hiks..hiks…hiks..”
Dengan berani aku mendekati Akira sambil berlinangan air mata.

“Akira! Apa kamu sudah gila! Ha!?” tanyaku membentak-bentak Akira.
Dan tiba-tiba saja Akira beranjak dari duduk nya dan…

Crokk….

Akira menebas kepalaku. Semuanya jadi gelap, aku tak dapat melihat apapun, namun perlahan setitik cahaya mendekatiku dan akupun keluar dari kegelapan.

“hmmm… rupanya mimpi lagi” desahku lirih…

Aku masih berbaring diatas sofa sembari menatap langit-langit ruang tamu.

“ahh… bau anyir apa ini?” tanyaku pada diri sendiri.

Akupun bangun dan melihat banyak puncratan darah disekelilingku.

Diary Merah (END)Where stories live. Discover now