LIMA PULUH TUJUH : Aldrich Kesal

221K 16.3K 853
                                    

Kalau disuruh memilih, Aldrich lebih suka untuk kembali ke kehidupannya menjadi mahasiswa, mengurus beberapa bisnis kecilnya atau kembali bekerja sebagai model. Menjadi seorang penerus perusahaan Bale bukan keinginan Aldrich, karena itu sama saja dengan tali pengekang yang akan semakin menjauhkannya dari apa yang namanya kebebasan.

Jonathan tidak mau mendengarnya sama sekali jika Aldrich melayangkan protes tentang hal ini, dan yang membuatnya semakin kesal Jonathan selalu membawa-bawa Yura.

Aldrich tidak tahu mengapa Jonathan menjadi seberengsek ini. Beribu kali sebuah gagasan bahwa lebih baik Aldrich menghambisi laki-laki tua itu terlintas di kepalanya, tetapi urung dilakukan.

Aldrich menatap berkas-berkas di hadapannya dengan malas, dicampakkannya benda-benda itu dengan harapan Jonathan akan marah lalu membatalkan tujuannya menjadikan Aldrich sebagai pewaris. Meskipun rasanya itu mustahil, Jonathan memiliki prinsip kuat yang sulit digoyahkan. Bahkan oleh orang-orang di dekatnya.

Ibunya merupakan pengecualian. Hubungan Jonathan dan Amy memang tidak begitu baik, bisa diibaratkan hanya Aldrich lah tali penghubung antara mereka. Tetapi Amy tak segan mengungkapkan pendapatnya jika Jonathan ada di rumah. Beberapa kali membuatnya jengah akibat kata-kata pedas yang Amy ungkapkan.

Apakah itu yang membuat Jonathan tidak suka hingga tega membunuh Amy melalui anaknya sendiri?

Aldrich mendesah, ia mendongak ketika pintu dibuka dan Benjamin masuk dengan ekspresi wajah yang senantiasa menyebalkan. Wajahnya bagai terpahat dengan ekspresi wajah mengejek dan merasa tinggi.

Aldrich memalingkan muka, tetapi tidak beranjak dari duduknya.

"Sudah selesai?" tanya Benjamin, langkahnya mendekat.

"Gantikan aku saja dengan Lionel, aku tidak keberatan sama sekali."

Benjamin mendengus mendengar ucapan sejenis yang entah sudah berapa kali ia dengar dari mulut Aldrich. Ingin sekali Benjamin menyumpal mulut itu dengan kaus kaki kalau saja ia tidak ingat bahwa Aldrich adalah orang yang dipilih bosnya.

"Lionel tidak cocok untuk pekerja ini."

"Tidak cocok katamu?"

Benjamin mengangguk, memasukkan tangan ke dalam saku celana dan mendesah pelan karena merasa sedikit lelah. "Lionel tidak cerdas, hanya berambisi."

"Memangnya Jonathan cerdas?" sinis Aldrich.

"Tentu, kalau ayahmu itu dungu maka perusahaan Bale tidak akan menjadi sebesar ini."

"Aku tidak peduli dengan perusahaan Bale, atau menjadi pewaris tahta, menjadi pemimpin berikutnya lalu segala tetek bengek yang mengekor di belakangnya. Mengurus relasi hubungan dengan A, hubungan dengan B. Ini bukan kehidupanku. Bisakah kau mengatakan pada bosmu yang kau hormati itu untuk membiarkan aku hidup tenang?"

"Bersama dengan wanitamu? Menikah dan hidup bahagia selamanya, begitu?"

"Setidaknya terlepas dari Jonathan membuat hidupku tenang."

"Tidak, hidupmu mungkin akan menjadi tenang tetapi itu hanya sementara saja."

Aldrich mengangkat tangannya​, menyela. "Kau kan bisa menggunakan Charlie sebagai penggantiku, dia seorang dokter bedah dan sangat berguna dalam hal ini. Dia juga cerdas."

"Tapi Jonathan memilihmu, jadi aku tidak bisa berbuat banyak."

Aldrich berdecih, berdiri dan segera melangkah meninggalkan ruangan. Masa bodoh dengan perintah Jonathan untuk mempelajari segala hal sebagai penerusnya.

"Berbicara denganmu itu menyebalkan," desis Aldrich sebelum menutup pintu dengan setengah membanting.

Benjamin mengernyitkan dahi. "Memangnya aku senang berbicara denganmu?" serunya agak keras, berharap Aldrich bisa mendengarnya.

My Psychopath Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang