9. ʜᴇʀ ᴇx-ʟᴏᴠᴇʀ

Start from the beginning
                                    

"Cepatlah sedikit. Aku tidak ingin beliau menunggu lebih lama lagi."

Setelah menelepon dan mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa datang tepat waktu, Anha langsung menyeret si Park itu untuk lekas berjalan. Jemarinya memegang lengan Jimin erat bak seorang ibu yang enggan berpisah dengan sang anak. Bibirnya yang berpoles lipgloss itu terus menggerutu; tentang Jimin yang berjalan lambat, gerimis yang masih menyertai langkah, pula genangan air yang memercik kala terinjak tak sengaja.

Park Jimin yang berada di belakang rupanya tidak terlalu peduli. Hamparan bintang seolah telah berpindah tepat pada netranya yang kini berbinar tatkala melihat alam bebas yang selama ini ia rindukan teramat sangat. Seoul benar-benar berubah, pikirnya. Ada banyak yang semula tidak pernah ia lihat, tapi sekarang tiba-tiba ada. Tentu ini bukan karena sentuhan magis, tapi karena memang Jimin yang terlalu lama berada di rumah sakit itu.

Aroma udara bebas adalah satu dari sekian banyak yang ia rindukan. Jimin benar-benar muak kala mengingat ia selalu menghirup udara yang sesak; khas rumah sakit. Petrikor juga samar-samar menggelitik, membuat pemuda itu kembali menarik napas dan menyemburkannya perlahan. Sempurna.

Sebuah taksi berhenti di hadapan mereka. Anha lekas membuka pintu bagian belakang untuk Jimin. Namun saat si Park itu naik, Anha menepuk keningnya. Rupanya ia telah melupakan sesuatu yang bisa dibilang cukup penting.

"Astaga, aku lupa membawakanmu sepatu."

Jimin lekas tersenyum kalem; menenangkan. "Tidak masalah. Aku masih punya sandal ini." Ia berucap demikian dengan nada sumringah. Membanggakan sepasang sandal jepit berwarna kuning yang melapisi telapak kaki mungilnya. Anha ingin protes sebab bagaimana pun benda tersebut tidak menunjang penampilan Jimin saat ini bisa dikatakan lumayan keren.

Melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan, nyatanya Anha tidak bisa lagi untuk sekadar kembali ke apartemen guna mengambil sepasang sepatu milik Taehyung yang sudah ia letakkan di dalam kardus, ataupun singgah ke toko sepatu. Waktu yang mereka miliki tidak banyak. Alhasil Anha hanya bisa menghela napas pasrah seraya membiarkan Jimin untuk duduk di kursinya.

Sepanjang perjalanan dengan jalanan yang cukup padat kendati hujan baru saja mengguyur, Jimin tak melewatkan satu detik pun untuk berdecak kagum. Tangannya ia tempelkan di kaca dengan wajah yang serta-merta mendekat. Embus napas pemuda itu membuat kaca jadi berembun. Anha jadi berpikir, bagaimana kalau Jimin ini sebenarnya adalah tarzan? Kau tahu, semacam manusia yang tumbuh di hutan dan dibesarkan oleh binatang. Tapi, bukankah itu terlalu konyol? Anha makin terkikik geli saat melihat gambar hati yang tengah Jimin buat di kaca yang berembun itu.

"Gambaranku bagus tidak?"

"Lumayan," balas Anha.

"Kalau begitu, gambar ini untukmu."

Anha terdiam. Ia berusaha keras untuk memproses kalimat yang baru saja Jimin lontarkan padanya. Gambar ini untukmu. Maksudnya, hati tersebut untuk Anha atau bagaimana? Batin wanita itu berkecamuk dengan berbagai persepsi yang ada dalam benaknya, sedang sang pelaku nampak kalem saja sembari tangannya yang menekan tombol agar jendela turun dan ia bisa menghirup udara bebas untuk yang kesekian kalinya (Jimin bahkan cuai saja saat sang sopir meliriknya lewat kaca spion yang menggantung).

Dua puluh menit taksi tersebut membelah ramainya jalanan kota Seoul, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Anha lekas turun setelah membayar ongkos dan berniat untuk membukakan pintu untuk Jimin. Akan tetapi, pemuda itu tahu-tahu saja sudah berada di luar dengan pandangan yang menyapu pada bangunan sederhana yang terapit oleh toko roti dan salon.

Anha merogoh tas selempang miliknya dan lekas mencocokan nama tempat di papan yang menancap dengan yang ada di kartu. Prof. Albert Kree Sp. KJ. Benar, dua-duanya sama. Melirik ke samping dan menemukan Jimin yang juga tengah menatapnya, Anha lekas bersuara, "Ayo."

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now