D U A P U L U H

10.9K 569 41
                                    

Woessshhhh, selamat pagi! Udah part 20 nih wkwk, nggak kerasa udah segini aja :v sooooo enjoy guys! :3

---

“Dara pulang!” seruku sambil membuka pintu rumah. Tanpa melepas sepatu, jaket, dan tasku, aku melepaskan semua penatku dengan berbaring tengkurap di atas sofa.

“Ra, tadi mamanya Dika kesini, ngasih undangan.” ujar bunda saat menyadariku sudah datang di rumah.

Aku terperanjat bangun dari tidurku, “Hah? Undangan? Undangan apa?”

“Nggak tahu, amplopan kok. Coba kamu buka aja,” kata bunda sambil menyodorkan amplop putih kepadaku, lalu bunda duduk disampingku, “Nanti habis asar kamu disuruh ke rumahnya Dika sambil bawa baju secukupnya sama kebaya satu setel.”

Aku membuka amplop putih itu dengan hati-hati. Setelah amplop benar-benar terbuka, aku melihat secarik kertas cukup tebal dihadapanku. Aku tersenyum-senyum sendiri tanpa henti.

“Undangan apa?” tanya bunda sedikit ingin tahu.

“Acara Praspa, Bunda.”

Bunda menggeleng, mengisyaratkan bahwa bunda tidak tahu, “Hah? Praspa?”

“Praspa itu Prasetya Perwira, acara kelulusan sama pelantikan TNI-POLRI, bunda. Nanti, calon lulusan dari Akmil, AAL, AAU, sama Akpol dilantik jadi perwira di Istana Negara.”

“Oh, gitu,” ujar bunda sambil manggut-manggut, “Mandi dulu sana. Cepetan berangkat ke rumahnya Dika.”

Dengan semangat, aku segera pergi ke kamar untuk mengambil handukku. Melepas sepatu, jaket, dan tasku. Berhubung besok sudah libur karena sudah menjelang liburan kenaikan kelas, aku bisa berangkat ke sana tanpa mengurus cuti. Kebetulan di sekolah tempatku mengajar, di saat murid sedang libur, kami juga libur mengerjakan merekap nilai di rumah, kecuali guru jaga.

Setelah mandi, aku keluar dari kamar mandi dan mengganti bajuku. Aku dikirimi pesan dari Ratih bahwa nanti malam menginap di rumah Dika dan harus segera tidur karena kami akan berangkat pagi untuk menghindari macet. Untuk acaranya, aku diminta membawa setelan kebaya dari rumah. Bunda juga sudah mengabari Ayah, dan Ayah memperbolehkanku menginap bersama keluarga Dika untuk menghadiri acara Prasetya Perwira di Istana Negara.

Aku mengemasi barang-barang bawaanku dengan tas yang aku bawa. Setelah sudah siap, aku berpamitan dengan Bunda dan berangkat sendiri naik ojek online, karena Ayah tidak sempat bisa mengantar dan aku malas untuk mengendarai motor di sore yang macet ini.

Dengan kelihaian mas ojek mencari celah dari kemacetan, aku turun di depan rumah Dika. Pintu dan gerbang rumahnya tertutup. Aku hanya bisa mengabari si Adik agar membukakan pintu untukku. Kedatanganku disambut dengan Bu Asri—Ibunya Dika.

“Nanti tidur sama Ratih ya. Soalnya kamarnya Dika dikunci, kuncinya kebawa sama Dika di Surabaya.”

Aku meletakkan barang-barangku di kamar Ratih. lalu, aku pun membantu untuk membereskan rumah.

***

Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap-siap perjalanan ke Istana Negara dengan menaiki mobil milik saudara Bu Asri yang ada di Jakarta. Meskipun dalam satu kota, rasanya terasa sangat jauh. Untung tidak terlalu macet saat itu.

Aku sudah siap mengenakan kebaya berwarna putih dan jarik sepanjang lututku. Untung saja Bu Asri tahu di mana penjual bunga di dekat sini, jadi kami tidak perlu repot membeli bunga untuknya.

Kami tiba di Istana Negara dengan suasana yang cukup ramai. Kami berempat memutuskan untuk mencari tempat duduk yang ada di sekitar sana. Pak Hermawan yang tampan mengenakan kemeja putih, berdasi, bercelana kain dan mengenakan jas hitam membalut beliau. Lalu, di sebelah Pak Hermawan ada Ratih yang mengenakan kebaya warna merah dan jarik sepanjang lutut, rambutnya tergulung rapi menyisakan poninya. Di sebelahnya lagi ada Bu Asri mengenakan kebaya merah muda dan mengenakan kerudung yang senada dengan warna kebayanya. Mereka begitu anggun dan tampan hari ini.

SANDARANDIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang