Yoon Gi masih manusia dan ia ingin berhenti berpura-pura. Menumpahkan segalanya di mana hanya ada dia dan bayangan dirinya.

Lelah hati lelah pikiran. Ia terlalu banyak menyimpan perasaan yang hanya ia simpan sendirian.

Menyedihkan? Entahlah.

Ia mengeluarkan sebuah kartu dan mencoba menempelkannya di knop pintu. Sedetik kemudian pintu itu berbunyi tanda sebuah respon. Namun ketika Yoon Gi mencoba membukanya, pintu itu masih terkunci.

Ia mencoba lagi, dan hal yang sama terjadi.

Untuk ketiga kalinya ia mencoba, hal yang didapat masih sama.

Sial, tubuhnya butuh istirahat dan pintunya tidak membiarkannya masuk. Hal macam apa lagi ini?

***

Pria itu masih disana. Terlihat terus mencoba membuka pintu. Beberapa pukulan kecil sempat ia arahkan, membuat suara gaduh yang hanya terdengar dari luar ruangan.

Tidak terlalu kentara, tapi apakah pria itu mencoba mencari perhatian di tengah malam?

Posisi pria itu berdiri berhasil membuat Seul Hee mematung. Dalam dadanya sendiri, pompaan jantung sudah berhasil membuatnya bergetar.

Gadis itu takut.

Bagaimana tidak, pria itu berdiri di depan pintunya dengan tangan terkepal dan terus mencoba menggedor pintu unit apartemennya.

Pikiran Seul Hee mendadak runyam tatkala satu hentakan kaki pria itu berhasil membuatnya terkejut setengah mati.

Tangan gadis itu terangkat pada mulutnya, ia hampir berteriak. Namun sepertinya akan buruk jika pria itu tahu seseorang tengah mengawasinya sejak tadi, jadi gadis itu memilih untuk berbalik, melangkah kembali menuju lift dan berusaha memanggil bantuan.

Jangan lupakan bahwa ia hanyalah gadis dua puluh tahunan yang tinggal sendiri di unit apartemennya.

Baru saja berbalik, Seul Hee langsung menggagalkan niatnya.

Lorong itu sudah kembali sepi seperti biasa, layaknya ia ketika pulang kampus setiap malam. Itu membuat Seul Hee mengerutkan keningnya bingung.

Hingga suara lirih itu menyapa pendengaran Seul Hee.

Seul Hee bingung, dahinya berkerut samar.

Suara itu lebih terdengar seperti sebuah isakan. Isakan pelan. Seul Hee tak yakin akan hal itu, tetapi seolah instingnya mengatakan ada hal aneh yang terjadi.

Sebuah masalah.

Seul Hee kembali menatap pria itu dari posisinya saat ini. Pria itu tengah menyender pintunya dengan helaan frustasi. Aura kriminalnya hilang entah kemana, Seul Hee tak merasakannya lagi.

Dapat keberanian dari mana, Seul Hee merasakan langkahnya yang mulai mendekat. Langkah kecil sekaligus pelan itu berangsur memerjelas setiap detail pada pria itu.

Tubuhnya semakin dekat namun ia masih tak dapat melihat wajahnya.

Setelah tersisa lima langkah, pria itu mengangkat kepalanya.

Dan dibalik tudung itu, mata Seul Hee bertemu dengan mata pria itu.

Pria itu terdiam dan Seul Hee hanya bisa terpaku.

Matanya tegas dengan garis kecil yang terlihat pudar. Seul Hee dapat merasakan betapa tajamnya tatapan yang pria itu lempar, tetapi mengetahui ada sesuatu di pelupuk matanya, Seul Hee hanya bisa bertanya dalam hati.

Banyak hal tersembunyi dari tatapan itu membuat Seul Hee makin hanyut. Berpacu pada waktu dan tak membiarkan satu detikpun mengganggu.

Keduanya masih bertaut dalam pandangan tak terjelaskan.

UnknownWhere stories live. Discover now