2

6.6K 819 160
                                    

Tangannya terangkat untuk memakaikan tudung jaket di kepalanya. Yoon Gi tak bergeming. Berkali-kali Tae Hyung menawarkan diri untuk mengantar. Namun tidak. Yoon Gi ingin sendirian.

Sengaja memilih malam hari, Yoon Gi benar-benar ingin menenangkan diri. Tidak ingin ketahuan, bahkan berniat untuk menghilang. Tapi itu bukanlah jalan keluar. Ia harus tetap bertahan.

Setidaknya menenangkan diri cukup untuk saat ini. Terdiam setiap harinya tanpa memikirkan apapun. Apapun. Ia ingin benar-benar beristirahat. Ia percaya Tae Hyung memilihkan apartemen yang tepat. Ia harap begitu.

Yoon Gi menyalakan mesin mobilnya dan berjalan dengan tenang. Keluar dari dorm, Yoon Gi sudah me-non aktifkan ponselnya. Tak ingin diganggu, atau mengganggu.

Tiga jam perjalanan nonstop, Yoon Gi akhirnya tiba di depan apartemen. Tak ramai. Namun Tae Hyung mengatakan apartemen ini sangat menjaga privasi.

Yoon Gi menyukai itu.

Ia tidak menyangka Tae Hyung memilihkan apartemen yang benar-benar pas atas kebutuhannya. Bahkan dongsaengnya itu telah mempersiapkan studio kecil di dalam apartemennya.

Ini akan menjadi tempat sempurna sebagai tempat persembunyiannya.

Setelah sampai pada lantai apartemennya, pria itu sedikit melonggarkan maskernya. Memberi jalan untuk oksigen bebas masuk mengisi paru-parunya.

Yoon Gi memperhatikan setiap pintu yang berada di sisi kanannya. Setidaknya ia mulai berhenti di salah satu pintu. Tae Hyung bilang ruangannya ada di ujung.

Tubuh kecil Yoon Gi sudah terasa pegal dan ia ingin segera mandi. Mengistirahatkan diri. Dan berhenti berpura-pura.

Lelah hati lelah pikiran. Ia terlalu banyak menyimpan perasaan yang hanya ia simpan sendirian.

Ia mengeluarkan ID Cardnya dan mencoba menempelkannya di knop pintu. Sedetik kemudian pintu itu berbunyi tanda sebuah respon. Namun ketika Yoon Gi mencoba membukanya, pintu itu masih terkunci.

Ia mencoba lagi, dan hal yang sama terjadi.

Sial, tubuhnya butuh istirahat dan pintunya tidak membiarkannya masuk. Hal macam apa lagi ini?

***

Seul Hee Pov

Pria itu masih disana. Terlihat terus mencoba membuka pintu. Beberapa pukulan sempat ia arahkan, membuat suara gaduh yang hanya terdengar dari luar ruangan. Dan suara itu terdengar sangat mengerikan.

Apa yang sedang pria itu lakukan? Pria itu mengincarku? Apa aku harus memanggil security??

Pikiranku hampir kacau. Melihatnya berdiri di depan pintuku saja aku sudah gemetar. Oh, sungguh, itu menakutkan. Jika memungkinkan aku lebih memilih berteriak.

Aku tak ingin ambil resiko, aku berbalik, mencoba kembali ke lobi dan memanggil pertolongan. Sebelum akhirnya aku melihat pria itu menyender lemah di pintu. Desahan nafasnya terdengar sampai ke telingaku. Aku terdiam.

Suara itu lebih terdengar seperti sebuah isakan. Isakan pelan. Aku tak yakin akan hal itu. Tapi seolah instingku mengatakan ada hal aneh yang terjadi.

Sebuah masalah.

Aura kriminalnya hilang entah kemana. Aku tak merasakannya lagi. Dan langkah kakiku berangsur mendekat ke arahnya.

Tubuhnya semakin dekat namun aku masih tak dapat melihat wajahnya.

Setelah tersisa lima langkah, ia mengangkat kepalanya. Baru menyadari kehadiranku.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang