DELAPANBELAS : DIJALAN

10.3K 667 14
                                    

Abel mengucek matanya. Perlahan matanya terbuka menyesuaikan cahaya yang datang dari sang mentari. Mata Abel beberapa kali mengerjap. Tangannya meraih ponselnya yang berada di bawah bantalnya. Lalu menghidupkan layar ponselnya.

07.45 AM

Abel membelalakan matanya begitu melihat jam pada ponselnya. Abel langsung duduk lalu kembali terdiam. Rasanya bangun langsung duduk itu pusing. Abel duduk sebentar untuk meredakan rasa pusingnya.

"Anjir pake lupa nyetel alarm segala sih! Bego" gumam Abel meruntuki dirinya sendiri.

Abel langsung ngibrit mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi. Abel mandi bebek agar cepat selesai. Seusai itu Abel memakai baju putih bertuliskan 1997 dan memakai celana jeans berwarna biru gelap.

Abel menyisir rambutnya lalu mengucir kuda rambutnya. Abel memakai bedak tipis dan lipgloss agar bibirnya tak pucat. Abel mengambil ponselnya dan dompetnya. Setelah usai, Abel langsung pergi dari kamarnya.

"MAMA ABEL PERGI DULU" pamit Abel seraya berjalan.

"MAU KEMANA?"

"JALAN eh, MAEN MA"

"HATI-HATI"

"IYA"

Abel berteriak karena malas untuk ke dapur. Seperti biasanya, mama Abel sibuk berkutat dengan dapurnya. Entah masak untuk sarapan atau makan malam, entah mencoba resep dari buku.

Melati yang sedang sibuk dengan ponselnya sambil duduk di sofa melirik Abel sebentar. Tidak biasanya Abel bangun jam segini. Jika hari libur Abel akan bangun jam sepuluh.

"Mau kemana lo dek?" tanya Melati curiga.

"Jalan"

"Sama Davin?"

"Sama Fajar. Ah udahlah lo kepo mulu kek Dora"

Melati mengerutkan kening heran. Bukankah Abel dan Fajar sedang bermusuhan? Atau jangan-jangan Fajar yang datang kesini malam-malam dan memberi Abel sebuah kotak yang entah isinya apa. Yang pasti itu membuat pipi Abel bersemu. Melati mengangkat bahunya acuh lalu melanjutkan chatnya dengan Iger.

Abel berjalan keluar. Dilihatnya Fajar sedang bersenderan di mobilnya sambil mengutak-atik ponsel. Cowok itu mengenakan celana jeans hitam dan baju putih yang ditutupi dengan hoodie yang dikenakannya. Karena mendengar derap suara Abel, pandangan Fajar beralih pada Abel yang berdandan simple tapi manis.

"Udah lama?" tanya Abel membuka pembicaraan seraya berjalan ke arah Fajar.

"Enggak kok. Yaudah ayo masuk mobil" perintah Fajar. Fajar memasuki mobil begitu juga dengan Abel.

Dimobil, Fajar menyetel musiknya. Terdengarlah suara dentingan piano yang mengalunkan musik Stay in Memori dari Yiruma. Fajar bukanlah seperti kebanyakan cowok yang menyukai musik rock. Fajar lebih suka musik yang menenangkan seperti dentingan piano Yiruma.

"Musiknya enak didengar ya" komentar Abel.

"Beda tipis sama lo" balas Fajar mengundang teka-teki.

Abel tak paham akan yang dimaksut oleh Fajar. "Maksutnya?"

"Musik Yiruma enak di dengar. Kalau lo enak diliat"

Pipi Abel blushing.

"Kampret lo buaya darat" maki Abel berusaha menghindari kelakuan salah tingkah pada dirinya.

"Lah kok lo ngatain gue buaya darat?"

"Berapa banyak cewek yang lo baperin. Modal tampang terus ceweknya gonta-ganti" cibir Abel.

"Lo stalking gue?" Senyum Fajar mengembang.

Abel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Yee, pede gila lo"

"Lo cemburu gue gonta-ganti cewek?"

"Enggak lah. Ngapain cemburu sama kutu kupret kayak lo"

"Jaim lo" goda Fajar.

"Enggak ya" balas Abel.

Sepanjang jalan Fajar menggoda Abel. Menurut Fajar, Abel lucu jika marah. Sedangkan Abel terus saja menyangkal godaan Fajar bahwa dirinya telah suka pada cowok itu. Mereka saling meledek hingga akhirnya mereka ternyata sudah sampai ke mall. Mengapa ke mall? Karena di mall tidak hanya ada bookstore tapi juga tempat makan dan lain-lain. Jadi tidak perlu pergi ketempat lain jika ingin makan atau sekedar bermain di timezone.

Hate but Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang