Chapter 5: Keisya

Mulai dari awal
                                    

Setelah itu aku mendahului Keisya meninggalkan perpustakaan, setelah aku keluar dia pun menyusulku keluar dan kemudian mengunci pintu perpustakaan. Kami berjalan turun dari perpustakaan dalam diam. Namun, sesampainya di pertigaan lantai 5 dia pun berkata, "Aku duluan ya Anthea, aku ada urusan yang harus kuselesaikan sengan temanku dulu." Pamitnya. "Tentu"

Setelah aku mengiyakannya, dia pun segera berlari menuju lorong yang berbeda denganku dia bahkan tidak menoleh. Apakah urusannya begitu mendesak? Entahlah...,

Aku meneruskan berjalan ke depan untuk menuju lift di lantai ini saat tiba - tiba terdengar suara jeritan seseorang. Aku terkejut sekaligus khawatir terlebih saat aku melihat ke sumber suara jeritan itu yang ternyata adalah lorong yang tadi Keisya lewati.

Aku bingung harus berbuat apa? Apakah aku harus melihat keadaan di sana? Aku benar - benar dalam dilema sekarang ini. Aku pun memutuskan untuk kembali dan melihat keadaan di sana dari pada aku terus memikirkan hal negatif yang belum tentu menimpa temanku itu.

Aku berjalan sangat pelan supaya tidak terdengar suara langkah kaki di lorong sepi seperti ini, mengantisipasi jika ada orang yang berniat jahat di lorong sana. Aku bersembunyi di balik dinding lorong. Aku mengintip ke arah lorong yang tadi Keisya masuki.

Deg....

Dugaanku ternyata benar....

Mataku membulat sempurna, rasanya hatiku teriris - iris melihat peristiwa yang terjadi di lorong di depanku. Aku kehabisan kata - kata untuk menjelaskan semua ini.

Terdapat lebih dari 10 orang laki - laki yang berpakaian hitam berada di dekat Keisya. Mereka terlihat seperti kelompok. Salah satu dari mereka menyiksanya dengan sangat kejam.

Dia menarik rambut Keisya kasar dan melepaskannya dengan sangat kasar sehingga gadis itu jatuh tersungkur dan kepalanya hampir saja menatap dinding. Setelah melakukan itu dia langsung saja menginjak rambut panjangnya sampai helaian - helaian rambutnya berceceran di lantai. Kemudian laki - laki itu pun memaksanya berdiri, dan mencengkeram dagunya dan kemudian memojokkannya ke dinding. Aku tidak bisa melihat wajah mereka semua, termasuk laki - laki yang menyiksa Keisya karena tertutupi oleh kerudung. Aku hanya mengandalkan siluet tubuh untuk mengetahui jenis kelaminnya.

"Di mana 'dia'? Dan apa kekuatanmu?!" Tanyanya pelan bahkan hampir menyamai bisikan. Aku masih bisa mendengarnya karena jarakku bisa di bilang dekat dengan tempat Keisya disiksa. Aku merasa makin bersalah karena meskipun aku melihatnya dari dekat aku tetap saja tidak bisa berbuat apapun.

Memang apa lagi yang bisa kulakukan? Jika aku pergi ke sana itu hanya akan menambah masalah karena aku bahkan belum bisa menggunakan sihir san tidak mungkin aku terbang di lorong yang sempit ini. Dan bisa saja dia ikut menculikku dan tidak ada yang tahu tentang kami.

Keisya pun hanya bisa menggeleng menanggapi pertanyaan lelaki itu.

"JANGAN BERBOHONG!" Kali ini dia berteriak, Keisya pun menutup matanya saat lelaki itu berteriak tepat di hadapannya. Aku yang berada 3 m di jauhnya bahkan takut sampai memeluk erat - erat buku yang tadi kupinjam."Ak-aku sung...sungguh tidak tahu," Suara Keisya benar - benar bergetar.

"Kau berbohong, mana mungkin kau tidak tahu kekuatanmu sendiri," Ucapnya sambil melemparkan tatapan sinis ke arah Keisya. "Ak-aku animalis imperium," Kekuatan apa itu?

Aku melihat jelas sorot mata ketakutan Keisya. "Baiklah, sekarang katakan di mana 'dia'!"

Keisya bahkan sudah hampir menangis, butiran - butiran bening itu sudah terkumpul di pelupuk matanya, hanya saja dia belum menumpahkannya. "Jawab!"

Mendengar lelaki asing itu berteriak dan menyiksa seorang gadis yang tidak bersalah (Dan kalau pun Keisya bersalah seharusnya dia tidak menyiksanya seperti itu 'bukan'?) aku pun sungguh ingin membela Keisya tapi rasanya hal itu yang mustahil sekarang ini.

AntheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang