Chapter 4: Wings

691 58 7
                                    

  Aku ingin sekali bertanya kepada seseorang tentang cara untuk terbang, tapi di sini tak ada seorang pun yang mengenalku. Sekarang harus bagaimana lagi aku? Aku tidak mungkin membuang - buang waktu di sini tanpa ada kemajuan apa pun 'kan'? Lagi pula aku sangat malu setiap ada siswa yang melihat diriku hanya diam saja dan tidak berlatih terbang. Mungkin aku harus mencari Nana-sensei!

  "Tidak perlu memanggil Nana-sensei!" Ucap seseorang di sampingku. Siapa ini? Tidak mungkin ini Devine atau pun Miyoku lantas jika bukan mereka berdua lalu siapa? "Aku bisa membantumu, Anthea," Lanjutnya lagi. Dia mengetahui namaku? Mungkin dia adalah murid di kelas ini. Aku pun menatap gadis bersurai hitam di sampingku. "Kau pasti tidak tahu cara mengeluarkan sayap iya 'kan'?" Tanyanya. "Benar" Jawabku singkat. "Tunggu, siapa namamu?" Tanyaku. "Oh, namaku Navisa, kamu bisa memanggilku Visa." Jawabnya. "Aku bisa membantumu. Tapi itu pun jika mau," Tawarnya. Apakah dia bercanda? Tentu saja aku mau! "Tentu saja aku mau!" Jawabku.

  "Baiklah jika kamu mau. Pertama tarik nafas dalam dalam dan lafalkan mantra__" Dia pun lebih memilih untuk membisikkan mantra itu tepat di telingaku. "Kau mengerti 'kan'?" Tanyanya. "Tentu" Aku sedang berusaha untuk mengingat mantra itu. "Oh iya, kalau tentang cara terbang kamu harus berfikir sendiri."

  "Tidak masalah, terimakasih ya, Visa atas bantuannya." Ucapku. "Sama - sama, aku pergi dulu ya, waktuku tidak banyak, aku harus pergi sekarang." Pamitnya. Aku tidak mengerti bukankah masih banyak waktu untuk berlatih di sini? Tetapi pada akhirnya aku menjawab, "Iya!" Setelah aku berkata begitu, dia pun langsung saja berlari ke tepi lapangan. Mungkin dia ingin segera berlatih terbang?

  Aku pun mencoba untuk fokus dan merapalkan mantra yang Visa ajarkan padaku. Benar saja, aku merasa ada sesuatu yang menempel di punggungku dan liontinku pun ikut bercahaya. Oh iya, untuk bentuk sayap kami di sini berbeda - beda, ada yang seperti sayap kupu - kupu dan ada yang seperti sayap malaikat, untuk sayapku sendiri berbentuk seperti sayap malaikat dan berwarna putih. Sebenarnya aku sedikit kecewa, karena aku mendapat sayap seperti malaikat, tapi sudah takdir, mau bagaimana lagi?

  Aku mencoba memfokuskan diri agar bisa mengendalikan sayapku. Aku merasakan sayapku berlahan - lahan mulai mengepak, aku mencoba untuk naik namun, karena aku takut, aku lebih memilih untuk menutup mataku. Setelah kurasa semua baik - baik saja, aku pun segera membuka mata. Dan...,

  Wow, aku tidak bisa percaya ini, aku melayang beberapa cm diatas tanah. Lucu, padahal aku tidak pernah percaya tentang hal - hal berbau dongeng seperti terbang contohnya.

  Aku kembali memfokuskan diri dan mencoba untuk naik lebih tinggi. Untung saja aku berhasil, aku melayang sekitar kurang lebih 2 m diatas tanah. Namun tiba - tiba,

Brukk...

  "Aww!" Rintihku. Mengapa tadi harus ada angin kencang? Sekarang, aku jadi jatuhkan! Kemudian aku berusaha bangun dan sayapku pun sudah menghilang dengan sendirinya. Saat aku sudah berada dalam posisi berdiri, rasa nyeri pun mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terutama pada bagian kepala dan tangan kiriku yang aku jadikan tumpuan saat terjatuh tadi.

  Tunggu, aku mencium bau anyir darah... tapi darah siapa ini? Aku pun melihat ke seluruh tubuhku, namun tidak ada yang berdarah hanya luka goresan saja.

  Beberapa menit kemudian aku merasa ada cairan hangat yang menetes ke bibirku. Dan...., benar saja, ternyata darah itu berasal dari hidungku, padahal aku sama sekali tidak merasa sakit di daerah situ.

  Huft.... aku tidak bawa tissue lagi! Menyebalkan sekali!! Bagaimana ini?! "Kamu tidak apa - apa?" Tanya seseorang di belakangku refleks aku pun langsung menoleh ke sumber suara. Rupanya hanya Miyoku. "Tentu saja, aku tak apa!" Jawabku ketus. Jika kalian bertanya mengapa? Maka jawabannya adalah, kalian masih ingat kejadian kemarin? Jika kalian masih ingat, maka itulah alasan mengapa aku kesal ( Chapter 2: Magic Academy ), lagi pula sudah tahu aku jatuh dan hidungku saat ini berdarah masih saja bertanya apakah aku baik - baik saja, sudahlah lupakan! Aku sedang tidak ingin membicarakan ini hal itu.

AntheaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon