Part 9

28.4K 1.6K 36
                                    

cover versi cetak...

happy reading all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


happy reading all.
Love.

Part 9

Leana memasukkan beberapa pakaian dan kebutuhannya ke dalam koper besar yang terbuka di tengah ranjang. Hari ke dua pernikahannya, ia tidak merasa lebih baik. Melepas keperawanan yang selama ini ia jaga baik-baik pada pria keji yang ia benci adalah hal yang paling menyakitkan.

Tapi ia terpaksa melakukan semua ini. Demi untuk membalas dendam...

Leana meletakkan barang yang ingin ia bawa ke dalam koper, lalu duduk di pinggir ranjang. Matanya menatap sedih sebuah foto berbingkai indah yang terpajang di atas nakas dekat ranjang.

Leana menghela napas berat. Tangannya terulur meraih foto yang menampilkan gambar dua orang gadis muda tersenyum manis.

Leana mengelus bingkai tersebut. Tepatnya pada wajah salah satu gadis yang ada di foto. Seketika matanya terasa memanas. Bertahun-tahun sudah berlalu, namun kesedihan ini masih sama membelenggunya, menyisakan rasa benci, yang entah sejak kapan berubah menjadi dendam.

Davian...

Leana menyebut nama Davian di dalam hati dengan bibir bergetar. Davian akan membayar mahal perbuatannya di masa lalu. Perbuatan yang membuat Leana dan keluarganya kehilangan seseorang yang sangat disayang. Dicintai.

Dalam tangisnya, Leana tersenyum ironis.

Pria tampan itu terlihat cerdas, tapi sebenarnya naif. Bagaimana mungkin Davian memercayai ceritanya begitu saja? Pria itu bahkan setuju menikah dengannya dalam waktu sepuluh menit dan menjadi miliknya dalam waktu seminggu.

Atau sebenarnya Davian bukan naif? Tapi patah hati telah melunturkan kecerdasannya?

Leana sengaja mempercepat hari pernikahan mereka agar Davian tidak sempat menyeledikinya. Tidak ada kekasih yang kabur dengan janda beranak lima. Tidak ada calon mempelai yang kabur saat hari pernikahan sudah di depan mata.

Semuanya rekayasa.

Awalnya Leana pesimis Davian akan percaya. Namun sepertinya patah hati benar-benar membuat saraf berpikir pria itu putus hingga menelan bulat-bulat semua yang ia katakan.

Davian setuju menjadi mempelai pengganti. Bahkan memberinya uang untuk membayar semua keperluan resepsi mereka—membuat Leana bersyukur. Sebagai perancang busana dan penata rias terkenal, tentu saja ia punya banyak uang, tapi membiayai sendiri pernikahannya bukanlah hal yang menyenangkan.

Resepsi pernikahan mereka tidak besar-besaran. Leana hanya mengundang kerabat dan teman dekat saja. Semuanya serba mendadak. Ia baru memesan gedung pernikahan dan lain se-bagainya saat Davian setuju untuk menikah dengannya. Untung saja gaun pengantinnya sudah tersedia.

Seminggu ia bekerja keras. Seminggu itu juga ia harus tertekan melihat ekspresi tidak setuju di wajah kedua orangtuanya. Leana mengerti dengan keberatan orangtuanya. Kini hanya dirinya yang mereka miliki. Leana tak punya saudara sekandung yang lain lagi setelah kejadian itu...

Leana mengedipkan mata saat kenangan lama berkelebat, membuat beberapa tetes kristal bening berlomba menuruni pipi mulusnya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembusnya pelan.

Leana menguatkan hati. Pengorbanannya tidak akan sia-sia. Kini Davian telah menjadi suaminya. Kesempatannya untuk membalas perbuatan pria itu di masa lalu semakin terbuka lebar.

Leana hanya harus bersabar menjalani prosesnya. Proses yang memakan waktu sedikit lebih lama tapi hasilnya akan sangat memuaskan.

Leana segera memasukan foto tersebut ke dalam koper tatkala mendengar suara pintu dibuka pelan.

"Sudah selesai?" suara Davian terdengar di ambang pintu.

Leana mengangguk tanpa menoleh. Secepat kilat ia menghapus air matanya. Davian tidak boleh tahu ia menangis atau akan timbul banyak pertanyaan yang tidak ingin Leana jawab.

"Bagus. Kita harus segera pulang. Aku ada janji makan malam dengan teman-temanku dan kau juga ikut."

Leana kembali mengangguk tanpa menoleh. Lalu pintu terdengar tertutup membuat Leana menarik napas panjang. Berusaha mengisi kembali oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-parunya. Menangis membuat dadanya terasa sesak.

Leana meraih tisu yang tersedia di atas nakas, lalu menghapus air mata dan membersihkan hidungnya yang tersumbat. Setelah itu, ia menutup koper dan menarik kancingnya, lalu melangkah keluar sambil menyeret koper berisi barang-barangnya itu.

Pengorbanan memang terasa menyakitkan. Tapi Leana yakin, akhir dari pengorbanan ini akan manis.

***

Bersambung...

Jangan lupa vote dan komen ya all. Thank you.

Love,

Evathink

Repost, 9 maret 2019

Terperangkap Dendam dan Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang