☆[S2] Chapter 17 : Pertengkaran☆

Comenzar desde el principio
                                    

Terserah kau masih ingin menganggapku musuh atau apalah, yang jelas, detik ini, kau sudah tercatat menjadi teman baruku, kawan!

Itu adalah suatu kalimat yang mampu menggetarkan jiwa Melios dalam sesaat, sungguh, baru kali ini dia bertemu dengan orang semenarik Zapar.

Dia agak menyesal karena menantangnya bertarung, padahal, dia masih belum tahu kepribadian Zapar seperti apa. Setelah kejadian ini, Melios berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menilai orang dari statusnya saja.

Zapar berstatus temannya Raiga. Dan Raiga adalah musuh Melios, karena hal itulah, lelaki pirang ini langsung menilai kalau Zapar adalah musuhnya hanya karena pemuda konyol itu berteman dengan Raiga.

Padahal seharusnya dia tidak boleh begitu, semua orang punya kepribadian yang berbeda-beda, dan tentu saja, tidak semua orang menjadi musuhmu hanya karena mereka bergaul dengan musuh bebuyutanmu.

Tapi tunggu dulu, Melios juga hampir mengingat sesuatu soal Raiga dari Felis, ibu kandung musuhnya. Felis pernah mengatakan padanya kalau Raiga itu sebenarnya anak baik walau terlihat pemalas dan acuh tak acuh.

"Aku pikir, selama ini aku berjalan di jalan yang salah," kata Melios dengan mata yang sayu. "Apakah aku harus meminta maaf pada mereka? Tapi ...."

☆☆☆

BELEDAR! BUAG! CETAR!

Suara-suara tabrakan antara serangan Raiga dan Tuan Garelio memenuhi rumah Zapar, tepatnya di ruang tamu. Sementara Yuna masih tergeletak di lantai dengan darah yang mengucur dari mulutnya.

Istri Tuan Garelio yang mengenakan pakaian pelayan hanya bisa mengintip pertarungan itu dari jendela sambil memanjatkan doa agar pertumpahan darah itu bisa berakhir.

Dia cemas jika rumahnya hancur karena pertarungan sepele itu.

"Ini gawat sekali! Kumohon, ya Tuhan! Akhirilah pertikaian itu! Aku tidak kuat lagi melihat rumahku berantakan."

Di dalam, Raiga terus memberikan pukulan-pukulan pada Tuan Garelio, tapi sayangnya, serangan-serangan yang dia berikan selalu berhasil ditahan atau dihindari oleh lawannya, membuatnya semakin kesal saja.

Sayap biru yang melebar di punggung Raiga menandakan kalau saat ini dia adalah seorang malaikat yang ingin membalaskan demdamnya pada musuh. Mungkin Raiga tidak tahan melihat Yuna jatuh pingsan di hadapannya, seakan-akan hidupnya hancur begitu saja, membuatnya melakukan tindakan ceroboh untuk memulai pertarungan melawan malaikat elit tingkat ke sembilan.

"WUAAAARGH!" Raiga melayangkan pukulan pada pipi Tuan Garelio, tapi lagi-lagi dia gagal karena malaikat elit itu dapat menghindarinya dengan sangat mudah.

Sama seperti Zapar melawan Melios. Pertarungan antara Raiga dan Tuan Garelio juga berat sebelah, bayangkan saja, anak SMP bertarung melawan pasukan elit? Tentu saja mustahil untuk memenangkan pertarungan bagi anak SMP, tapi sangat mudah bagi pasukan elit.

Sampai sekarang pun Tuan Garelio masih menahan diri, jika dia mau serius, mungkin dari awal Raiga sudah tewas oleh serangan dahsyatnya.

"Jangan menahan diri! Malaikat sialan! Keluarkan semua kemampuanmu untuk melawanku!" teriak Raiga dengan mata yang sudah memerah marah.

Saat ini, jiwa Raiga hampir dikuasai oleh iblis. Balas dendam, adalah salah satu sifat iblis yang bisa muncul di setiap makhluk, termasuk malaikat.

Seharusnya sayap Raiga berwarna putih cerah, tapi karena hatinya sedang keruh akibat ingin melakukan pembalasan dendam, akhirnya sayap miliknya ternodai dengan warna biru.

Jika dibandingkan dengan Zapar, sayap Raiga lebih parah dari pemuda berambut merah itu. Merah dan biru adalah lambang seorang malaikat yang mulai kerasukan iblis, tapi lebih menakutkan warna biru karena itu bisa membuat malaikat itu berpindah menjadi seorang iblis.

"HENTIKAN! PAPA! RAIGA!" Zapar langsung muncul di ambang pintu sambil membawa pria misterius tadi menggunakan tali khusus hewan peliharaan. "Papa! Hentikan! Dan Raiga! Kendalikan emosimu sekarang, kawan!"

Raiga dan Tuan Garelio terkejut dan menoleh untuk melihat Zapar yang sedang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah kekhawatiran.

"Cih! Seingatku, kau sudah diusir olehku, mengapa kau berani sekali menginjakkan kakimu di rumah ini, Zapar?"

Zapar tersenyum mendengarnya. "Karena aku adalah anakmu, Papa."

"Anakku? Aku tidak pernah ingat kalau aku punya Anak bodoh sepertimu, semua keturunanku harus berkualitas, karena itulah, kau tidak berguna untuk menjadi anakku, Zapar," kata Tuan Garelio dengan mendengus sebal. "Sekarang, angkatkan kakimu ke luar! Anak tidak berguna."

Zapar menundukkan kepalanya.

Ibunya yang melihat pertengkaran itu menangis di balik jendela, dia tidak tahan lagi memandang perpecahan yang terjadi di keluarga kecilnya.

BERSAMBUNG ...

RAIGA Chapter 17 UPDATE!!

Yoyosha! Akhirnya aku bisa melanjutkan cerita ini dengan cepat! Semoga kalian tertarik untuk membaca kelanjutannya!

Penasaran?

Tunggu kelanjutannya, ya! ^^

Sampai jumpa!

#RAIGAChapter17

#RAIGASeason2

RAIGA (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora