Sebuah cerita yang menceritakan tentang seorang pengacara dingin bernama Kim Soo Hyun. Pria yang memiliki masa lalu yang kelam. Pria yang pada akhirnya kembali merasa dikhianati oleh wanita yang ia cintai. wanita yang awalnya telah mengubah sifatnya...
"Anak itu benar benar keterlaluan, ia kabur dari rumah dan sekarang ia benar benar pergi ke London tanpa pengawalan. Ya! Kim Soo Hyun! Dengarkan abeoji!" Jong Hyun berteriak memanggil nama putranya, Eun Jung melangkahkan kakinya mendekati Soo Hyun.
"Bicaralah baik baik pada ayahmu," bisik Eun Jung sambil menyerahkan smartphonenya pada Soo Hyun.
Soo Hyun mengangguk lalu menerima smartphone milik ibunya itu.
"Aboeji.." Suara Soo Hyun terdengar bergetar, ia sebenarnya takut untuk berbicara pada ayahnya saat ini.
"Kim Soo Hyun, dengarkan aboeji. Aku memperbolehkanmu untuk tinggal bersama ibumu selama seminggu, setelah itu kembalilah ke Seoul. Anggap ini hadiah ulang tahun untukmu. Tapi ingat!! Jangan pernah bertindak sesuka hatimu seperti ini. Aboeji dan Hyungmu sangat mengkhawatirkanmu," Soo Hyun menghela napasnya setelah mendengar ucapan ayahnya tadi, ia merasa sedikit tenang saat ini.
"NeAboeji, Gomawo."
"Ehmm ya, kembalikan smartphone yang kau pegang kepada pemiliknya," ujar Jong Hyun dengan nada sedikit memerintah.
Dengan kesal, Soo Hyun mengembalikan smartphone yang ia pegang kepada ibunya yang masih duduk disebelahnya. Eun Jung menerima smartphone miliknya sambil tersenyum.
"Jagalah Soo Hyun baik baik. Ah ya, jangan lupa selalu mengingatkan Soo Hyun untuk meminum vitaminnya. Dan ingat, putramu itu sangat keras ke--"
"Kau juga sangat keras kepala, Kim Jong Hyun-ssi. Aku mengerti, aku ini seorang dokter," ujar Eun Jung memotong pembicaraan mantan suaminya itu.
"Ya sudah, aku akan selalu menelponmu untuk menanyakan keadaan Soo Hyun."
"Ya," Eun Jung memutuskan panggilan telepon, ia meletakkan kembali smartphone miliknya di atas meja kerjanya.
***
Lee Ji Eun berdiri kaku di depan meja kerja ayahnya, gadis berusia 16 tahun itu menatap tajam punggung sang ayah yang saat ini sedang membelakangi. Pria paruh baya dihadapannya itu sedang memandangi pemandangan kota seoul dibalik jendela kaca besar di hadapannya.
"Kembalilah ke London," ujar ayah Ji Eun dingin.
"Appa, aku hanya ingin menemui eomma sebentar saja. Apa aku tidak boleh menemui ibuku sendiri ?" tanya Ji Eun hampir menangis, ia mengepalkan tangannya di samping minj dress berwarna kuning yang dipakainya saat ini.
Ayah Ji Eun membalikkan kursi kerjanya, ia menatap tajam putri tunggalnya itu.
"Eommamu sibuk, ia juga tidak ingin bertemu denganmu." Kata ayah Ji Eun masih dengan nada dinginnya.
"Bohong!!" seru Ji Eun sedikit berteriak, ia sudah gerah dengan sikap ayahnya itu. Ia tak percaya jika ibunya tidak mau bertemu dengannya.
"Lee Ji Eun! Jaga sikapmu!" sontak ayah Ji Eun bangkit dari kursi kebesarannya, pria yang usianya belum genap 40 tahun itu menatap tajam bola mata putri tunggalnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Wae ?? Waeyo ??" Ji Eun terlihat menantang pria yang tingginya 20 centi diatasnya itu.
"Sekretaris Hwan, bawa gadis pembangkang ini ke apartementnya. Besok antarkan dia ke bandara," Ayah Ji Eun membalikkan badannya, ia kembali memandangi kota seoul dibalik jendela kaca besar dihadapannya itu.
Ji Eun menatap tajam punggung ayahnya itu. Raut wajahnya memerah menahan amarah, kedua tangannya terkepal semakin erat di sisi tubuhnya.
Sekretaris Hwan memasuki ruangan ayah Ji Eun, wanita berusia 23 tahun itu membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada sang atasan, lalu ia menggenggam kedua bahu Ji Eun dan mengajak gadis itu keluar dari ruangan tersebut.
Ji Eun tak memberontak, ia sudah lelah dengan sikap ayahnya. Selama bertahun tahun ia berdiam diri dan memilih untuk tinggal di London sesuai dengan keinginan kedua orang tuanya. Diusianya yang sudah 16 tahun, ia tidak pernah sama sekali bertemu dengan ibunya. Ia hanya bisa melihat foto foto ibunya.
"Eonni, apa kau tahu dimana ibuku sekarang ? Aku benar benar ingin bertemu dengan eomma," ujar Ji Eun dengan nada suaranya yang terdengar pasrah dan tidak bersemangat, ia duduk di kursi panjang di depan ruang kerja ayahnya.
"Saya tidak tahu, nona Ji Eun," Sektetaris Hwan duduk di sebelah Ji Eun.
"Eonni, kumohon. Beritahu aku dimana ibuku sekarang. Aku hanya ingin bertemu dengannya, aku hanya ingin memeluknya sebentar saja," Ji Eun menatap Sekretaris Hwan sendu, wanita yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu sebenarnya tak membalas tatapannya. Sekretaris Hwan memalingkan pandangannya.
Ji Eun meraih kedua telapak tangan Sekretaris Hwan.
"Eonni, kumohon.."
Perlahan Sekretaris Hwan membalikkan pandangannya, ia menatap bola mata Ji Eun yang sejak tadi sudah berair, ia yakin gadis itu akan menangis sebentar lagi.
"Eomma mu ada di London. Eomma mu di rawat di St Mary's hospital. Beliau mengidap penyakit kanker paru paru stadium akhir..." Ujar Sekretaris Hwan, ia terlihat berat untuk mengatakan kebenaran tersebut, kebenarannya yang selama ini ia sembunyikan dari putri tunggal atasannya itu.
Ji Eun menggelengkan kepalanya tak percaya. Bulir bulir air matanya mengalir bebas membasahi pipi mulusnya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ji Eun, gunakanlah kartu nama ini jika kau ingin menemui eomma mu," Sekretaris Hwan memberikan kartu nama miliknya kepada Ji Eun, ia yang selalu diutus untuk mengurusi keperluan ibu Ji Eun di rumah sakit membuatnya memiliki kuasa penuh untuk mengujungi ibu dari gadis dihadapannya itu. Dengan kartu namanya, ia yakin pihak rumah sakit akan membiarkan Ji Eun untuk menemui ibunya.
Ji Eun menerima kartu namanya itu sambil tak henti hentinya menangis. Punggungnya bergetar, ia menangis sesegukan. Tangisannya membuat Sekretaris Hwan memeluknya tanpa ragu. Sekretaris Hwan menepuk punggung Ji Eun perlahan, ia berusaha menenangkan gadis yang berusia 7 tahun di bawahnya itu.
"Gomawoeonni, terima kasih sudah mau memberitahuku sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan ini," gumam Ji Eun lirih.
***
Pagi readers.. Aku kembali nihhh.. Dibaca ya, jangan lupa vote and comment. Ngasih saran dan kritik juga boleh kok.