Part 1 - Percakapan

49.3K 729 2
                                    

"Evdooo, kamu di dalem?"

Suara Saira yang melengking terdengar dari luar rumah Evdo. Ia nampak kerepotan membawa beberapa tumpuk buku ditangannya.

"Masuk aja, Ra. Evdonya lagi mandi!" teriak Rino dari dalam.

Saira melongok ke dalam rumah dan mendapati Rino sedang duduk santai di ruang tamu.

Rino yang melihat Saira kepayahan langsung beranjak berdiri mendekati cewek manis itu. "Sini gue bantu. Buat apaan nih semua?"

Saira menyerahkan tumpukan buku itu pada Rino dan mengikutinya ke ruang tamu. "Buat tugas paper. Lagi-lagi gue sekelompok sama adek lo itu," sungut Saira.

Rino tersenyum miring. "Alahh, bukannya lo seneng tiap hari sama dia mulu?" godanya iseng.

Saira mengernyit. "Sejujurnya gue bosen, tau."

"Tapi nggak bosen pas lagi in the hot ya, Ra?" goda Rino lagi yang berhasil membuat pipi Saira memerah.

Ya, memerah. Sudah berapa kali ia dan Evdo terpergok oleh Rino yang sedang melakukan making love.

"Apaan, sih," sanggah Saira sambil menata buku-bukunya di atas meja.

"Kenapa kalian nggak jadian aja, sih? Kalian udah barengan sejak masih ingusan. Gue tau kalo kalian saling sayang."

Saira terdiam. Kenapa mendadak Rino jadi membahas soal itu? Bahkan terpikir mau mencari pacar pun tidak.

Saira berdeham. "Iya, kami emang saling sayang, tapi cuma sebatas temen. Saudara."

"Temen? Saudara? Lo yakin?" tanya Rino sangsi kemudian mencondongkan sedikit bahunya. "Denger, ya. Temen atau saudara nggak mungkin ngelakuin itu hampir tiap hari."

Jantung Saira berdegup kencang. Ternyata selama ini Rino mengetahui semuanya. Tentang pergumulannya dengan Evdo.

"Gue nggak pingin ikut campur, tapi Evdo adek gue dan gue berhak nanyain ini ke lo. Apa lo nggak ada pikiran buat ngejalanin hubungan serius sama dia?"

Saira menoleh. "Kami masih kuliah dan-"

"Ah, ayolah. Semua orang juga pasti bakalan mikir kalo kalian itu pacaran. Atau kalian yang nggak nyadar tentang perasaan kalian masing-masing?"

"Perasaan apa? Serius bener." Tiba-tiba Evdo datang dengan handuk yang tersampir di bahunya. Dia hanya mengenakan celana pendek.

Melihat itu, Saira memalingkan wajahnya. Ia merasa darahnya selalu berdesir cepat ketika melihat dada bidang itu.

"Nggak. Katanya Saira mau nikah sama lo," ujar Rino iseng sambil memainkan game di ponselnya.

Saira mendelik. "Enak aja! Usil amat sih dari tadi."

Evdo mengernyit. "Kenapa? Kamu nggak mau nikah sama aku?"

"Kunyukk!" umpat Saira ganas dan Evdo hanya nyengir kuda.

"Ya, gue denger apa yang lo omongin, Kak. Tapi sori kita nggak ada pikiran buat melangkah lebih jauh. Gue sama Saira cuma... cuma..." Evdo kehilangan kata-katanya.

"Partner seks, puas??" sahut Saira kesal.

Rino dan Evdo mendelik kaget mendengar ucapan Saira. Tak lama sebuah tawa meledak dari mulut Rino.

"Gue nggak habis pikir, kalian emang pasangan yang aneh. Terserah kalian ajalah, gue mau keluar dulu," kata Rino setelah selesai tertawa dan beranjak pergi keluar rumah.

Evdo menatap Saira lurus-lurus dan duduk di sebelahnya.

"Apa?!" sosor Saira galak.

"Kenapa ngomong kayak gitu? Aku nggak suka," timpal Evdo dengan menunjukkan ekspresi ketidaksukaannya.

My Friend, My Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang