A New Life is like a First Leaf Fall

3.9K 223 1
                                    

Tania masih tetap tak habis pikir dengan semua yang terjadi pada kedua sahabatnya tersebut. Baginya itu semua tak masuk akal, walaupun kini ia mengerti siapa yang paling bersalah dalam hal ini. Tania menyesal telah menampar Nayra di hari pernikahannya.

Akibat peristiwa mengenaskan itu, kedekatan keempatnya menjadi renggang untuk pertama kalinya. Tak ada lagi kumpul bersama, tak ada lagi canda tawa. Sekar pindah ke luar kota, Tania sibuk mengurus bayinya, Nayra ikut Adnan pindah ke Seoul, sementara Nurmala bingung harus menghubungi siapa. Hanya Tania yang bisa ia kunjungi saat ini.

Seoul, Oktober 2016

"Annyeong," sapa Nayra.

"Sudah bangun?"

Nayra mengangguk.

"Mau ikut aku jalan-jalan ke suatu tempat hari ini?" tanya Adnan menatap istrinya datar.

Nayra menggeleng, lalu tersenyum, "Pergilah, aku lagi nggak mood kemana- mana hari ini," sahutnya.

"Kamu sudah nggak mood kemana-mana sejak enam bulan yang lalu. Ayolah, dulu kamu pengen banget ke sini. Sekarang kita tinggal di sini dan kamu nggak pengen kemanapun," ujar Adnan.

Nayra tak menanggapinya. Ia hanya duduk menatap ke luar jendela sambil menyeruput secangkir kopi panas yang selalu Adnan sediakan untuknya tiap pagi. Saat ini raganya memang di Seoul, tempat yang ia impikan, tapi jiwanya masih tertinggal di Indonesia sejak hari keberangkatannya kemari.

"Pergilah, nanti kamu terlambat," desah Nayra. "Oh, ya, boleh aku membereskan kamarmu hari ini? tampaknya sudah sudah seminggu kamu nggak beresin kamar," imbuhnya meminta persetujuan Adnan.

"Kamu masuk ke kamarku ya?" goda Adnan.

"Eung..., enggak kok," Nayra gelagapan, "aku cuma lewat tadi," lanjutnya. Ia memang melewati kamar Adnan yang terbuka tadi.

Adnan tertawa ringan, "As you want," katanya sambil menyambar tas kerjanya, lalu bergegas menuju pintu.

Tak lama kemudian, Nayra sudah berada di dalam kamar Adnan yang berantakan.

"So messy," keluhnya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.

Keduanya tidur di kamar terpisah sejak hari pernikahan mereka. Nayra tak ingin sekamar dengan pria yang tak ia cintai walaupun sudah menikahinya. Adnan hanya menyetujui apapun permintaan Nayra tanpa syarat. Pria itu benar- benar memperlakukan Nayra bak putri raja dan mau melakukan apapun untuknya walaupun ia tak pernah meminta apapun selain pembagian kamar.

Saat itu Adnan hanya bertanya, "Waeyo?"

"Kita menikah karena kita sama- sama membalas dendam pada orang yang kita cintai, kan?" jawab Nayra.

Adnan bingung antara ingin menyetujui atau menyangkal pernyataan Nayra, jadi ia hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi ujaran Nayra tersebut. Lalu dari waktu ke waktu akhirnya Adnan pun menyadari bahwa apa yang Nayra katakan adalah benar. Pernikahan mereka terjadi karena keduanya ingin membalas dendan pada Lucky dan Sekar, itu saja.

Setelah menyelesaikan tugas rumah lainnya, Nayra mulai membersikan kamar Adnan dengan mengelap debu-debu di atas lemari kamarnya.

"Cih," dengus Nayra saat menyentuh foto pernikahan mereka yang Adnan letakkan di dekat meja televisi. "Si bodoh ini untuk apa menyimpan foto pernikahan kita?"

Nayra sendiri tidak memajang foto pernikahannya, karena baginya pernikahan ini bukanlah pernikahan yang ia inginkan. Ia lalu melanjutkan membereskan barang-barang di meja kerja Adnan. Ada banyak berkas yang diletakkan begitu saja di atas meja kerjanya. Nayra menempatkannya satu per satu ke dalam folder agar rapi.

"Heol," Ia mendengus untuk kedua kali saat menemukan foto dirinya terselip diantara dokumen-dokumen. "Darimana lagi dia dapetin foto gue?" gumam Nayra, tapi mengembalikan foto tersebut ke dalam dokumen seperti semula.

Lalu ia melanjutkan membersihkan tempat tidur dengan mengganti seprainya dengan yang baru, merapikan bed covernya, mengganti kain jendela serta mengelap seluruh kaca jendela hingga kinclong. Setelah itu ia membersihkan kamar mandi Adnan yang wangi.

"Daebak, kamarnya seberantakan ini tapi kamar mandinya bersih dan wangi," ujar Nayra antara memuji dan mengejek kondisi kamar suaminya.

Nayra bertugas mencuci pakaian Adnan serta memasak untuknya, juga membersihkan rumah yang mereka tinggali. Tapi baru kali ini ia menawarkan diri untuk membersihkan kamar Adnan. Nayra melakukan itu semua untuk membalas budi pada adnan yang kini menanggung biaya hidupnya. Nayra tak ingin jadi orang yang hanya memanfaatkan kebaikan orang saja, jadi ia berinisiatif melakukan sesuatu untuk Adnan, meskipun awalnya Adnan protes dan memaksa untuk menyediakan Nayra seorang pembantu rumah tangga, tapi Nayra menolaknya.

Setelah semuanya tersusun rapi, Nayra menghenyakkan diri di kasur empuk milik Adnan. "Huaah, lelah juga," gumamnya merilekskan diri.

Perlahan ia memejamkan mata dan membawa dirinya hanyut pada kenangan enam bulan lalu di rumah Tania.

"Sungguh gue minta maaf, Nay," isak Tania di hadapan Nayra yang datang untuk berpamitan.

"Besok gue berangkat ke Seoul bersama Adnan, dan tinggal di sana untuk beberapa waktu," ujar Nayra. Ia hanya tersenyum menanggapi permintaan maaf Tania, yang lalu biarlah berlalu. Ia sudah cukup lega mengetahui Tania tidak lagi salah paham kepadanya.

"Nay," lirih Tania.

"Iya, gue yang salah kok, harusnya gue ceritain semuanya ke lo dan Nurmala sebelum gue mengambil keputusan itu. Tapi...,"

"Gue nggak nyangka Sekar setega itu sama lo," gumam Tania, "terus kenapa lo malah mengorbankan diri lo sendiri dengan menikahi Adnan, Nay? Gue tau lo kan nggak cinta sama dia," sambungnya.

Nayra hanya diam. Pertanyaan Tania menyadarkannya akan suatu hal ; ia tidak mencintai Adnan.

Ia tidak mencintai Adnan. Nayra tetiba terbangun dari tidur singkatnya. "Kangen Tania dan bayinya yang lucu," gumamnya lagi. Bukannya beranjak dari kasur Adnan, Ia malah menarik selimut, dan bergelung di dalamnya.

"Aaaaaaaaaaaaaa," Nayra menjerit histeris pada pagi berikutnya.

"Waeyo?" tanya Adnan dengan mata yang masih lengket.

"Kamu ngapain tidur di sini?" sergah Nayra galak seraya mendorong Adnan agar menjauh darinya.

"Ini kamarku," jawabnya malas- malasan lalu tidur lagi.

"Ishhh," Nayra yang baru sadar ia tertidur sejak kemarin sore beranjak dari sisi Adnan dengan gelagapan dan kembali ke kamarnya.

—————

Dictionary :

Waeyo? : Kenapa?
Daebak  : Wow, bagus.


ARISAN NIKAH (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang