What you see isn't what you know

3.7K 206 2
                                    

Apalagi yang sahabat bisa lakukan ketika melihat sahabatnya sedang dirundung duka selain ikut menangis sesenggukan bersamanya? Itulah yang dilakukan Tania. Ia menangis sesenggukan sehari semalam sampai pingsan meratapi peristiwa yang menimpa Nurmala.

"Lo mau nangis sampai jam berapa, Tan?" tanya Nayra khawatir.

"Lo nggak tau sih rasanya jadi Nurmala. Coba lo jadi dia, apa dunia lo nggak hancur?" ujar Tania disela isak tangisnya, sementara Nurmala jadi ikut kebingungan menenangkanTania.

"Gue nggak nyangka Ranto sejahat itu sama lo," ratap Tania lagi.

"Sudah, Honey. Nurmala juga butuh istirahat. Ayo kita pulang dulu. Dia akan baik-baik aja. Ada Sekar dan Nayra di sini," ajak Yakhsa berkali-kali, namun Tania tak mau mendengarkan.

Sroot... ia menarik ingusnya naik. "Kamu juga, sebagai laki-laki nggak berperasaan banget sih! Apa laki- laki di dunia ini semua sama aja?" Giliran Yakhsa yang kena semprot.

"Aku nggak apa-apa kok, Tan. Really. Kamu pulanglah, kasihan Yakhsa," bujuk Nurmala dengan mata sembab. Tania menatap dalam kedua mata sahabatnya tersebut, serta merta ia memeluk Nurmala erat, lalu jatuh pingsan.

Begitulah Tania akan segera menjadi seorang ibu. Berkat kepingsanannya malam itu, terkuak bahwa ia sedang mengandung tiga bulan. Suasana yang tadinya sedih menjadi sedikit terobati. Kata orang, jika kau pernah melihat mentari bersinar di saat hujan, maka kau akan tahu rasanya tersenyum di saat sedang bersedih.

"Pantas saja ia begitu emosional," bisik Nayra pada Sekar.

"Kita akan segera punya anak," ujar Nurmala tersenyum.

Keceriaan baru mulai mengisi hidup Nurmala yang sempat gelap gulita. Namun berkat ketiga sahabat tersayangnya, Nurmala mampu melewati masa- masa sulit dalam hidupnya. Mereka selalu berada di sisi Nurmala untuk menggenggamnya erat.

-0-0-0-

Kriit...

Pintu mesjid yang berderit membuat Nurmala menoleh agak ketakutan. Pasalnya hanya ia yang berada di mesjid seluas ini di jam- jam sepi seperti ini. Tetiba ia teringat dengan film horror yang menceritakan tentang pulangnya keranda mayat. Kuduknya seketika meremang.

"Assalamu'alaikum," sapa seseorang.

"Wa'alaikum salam," sahut Nurmala lega.

Ia celingukan mencari sumber suara, tapi tak ada seorang pun di sana. Nurmala mulai merinding lagi, dan kali ini ia bergegas merapikan mukena dan Al- Qur'annya, lalu meninggalkan mesjid dengan terburu-buru.

"Hosh.. hosh.., " Nurmala mendengus- dengus sesampainya di rumah. Tadi ia berlari dengan masih menggunakan mukenanya, padahal hari masih siang.

"Kamu siang-siang ngapain lari-lari pakai mukena gitu, Nduk," tegur ibunya heran melinhat anak semata wayangnya tersebut.

"Itu, Bu. Heuh.. tadi... ada hantu di mesjid," ujarnya tersengal.

Sang ibu tertawa dibuatnya. "Mana ada setan siang- siang. Di mesjid pula," kekeh ibunya.

Nurmala manyun setelah berhasil menguasai diri dengan meneguk segelas air putih.

"Hantunya laki apa perempuan?" tanya sang ibu lagi.

"Suaranya sih tadi laki, Bu. Dia bilang 'assalamu'alaikum', hiiii," Nurmala bergidik.

"Bukan setan kali. Bisa jadi dia calon suamimu," canda ibunya seraya mengirisi bawang merah.

Deg. Hati Nurmala beku seketika mendengar kata calon suami. Setelah kegagalan pernikahannya waktu lalu, Nurmala bahkan tak ingin lagi memikirkan tentang pernikahan. Meskipun begitu, Ciwi- ciwi selalu menyemangatinya agar bangkit kembali.

"Arisan kita belum selesai, Mala. Ayolah, masih banyak kesempatan untuk masa depan percintaanmu," bujuk Nayra.

"Yups. Apa lo nggak kasihan pada kita yang sedang menanti giliran juga?" timpal Sekar melirik Nayra.

"Lanjut saja ke giliran Nayra," lirih Nurmala sambil tersenyum.

Nayra menggeleng, dan digenggamnya tangan Nayra di depan dada. "Gue nggak akan menikah sebelum lo," ujar Nayra tulus.

Nurmala diam. Ia masih belum ingin memikirkan tentang pernikahan. Luka di hatinya masih menganga selebar-lebarnya. Akankah mampu ia tutupi walau sebagian saja?

-0-0-0-

Dentuman musik yang memekakkan telinga tidak menganggu keasikan Sekar yang sedang menikmati minuman di tangannya. Sudah lama ia tak merasa sebebas ini. Perjalanan dinas yang membawanya ke Bali dimanfaatkannya juga untuk bersenang- senang. Satu jam sudah ia meliuk- liukkan badan di tengah pesta. Setelah lelah, ia kembali bergabung dengan rekan – rekan kerjanya.

Lipstick merah di bibir tebalnya yang mulai pudar menunjukkan berapa banyak minuman yang telah ia habiskan semalaman ini. Berpasang- pasang mata menikmati indah pahanya yang banyak terbuka. Dress merah ketat yang menempel di tubuhnya nampak begitu sepadan dengan stiletto hitam yang membalut kakinya.

Seorang pria di sisinya menarik paksa gelas yang masih berada dalam genggaman Sekar, seolah memberi tanda bahwa wanita mabuk di sisinya  harus berhenti minum sekarang.

"One more time," desah Sekar seraya merebut kembali gelas terakhirnya.

Drrttt.. drttt... sebuah panggilan masuk di ponselnya.

"Ya, halo?" sapa Sekar berusaha mengalahkan dentuman musik yang menggelegar.

"Lo udah sampai Bali? Berisik banget gini," ujar suara di seberang.

"Udaaah. Iyaa, gue lagi di pertemuan bisnis. Nanti gue telepon balik, oke?" seru Sekar mulai mabuk.

Klik. Sambungan terputus tepat di saat ia jatuh ke lantai dansa.

Pria yang sedari tadi mendampinginya segera membopong Sekar ke kamar hotel yang memang sudah dipesankan kantor untuknya.

"Kamar atas nama Sekar Drastiya?" pinta Lucky yang dengan susah payah membopong Sekar. Tak lama kemudian, ia mendapatkan kuncinya.

-0-0-0-

Syalalala... update lagi..nggak yakin ini cerita bakal kelar di halaman ke 200. wkwk

ARISAN NIKAH (Completed)Where stories live. Discover now