Empat

194 9 0
                                    

Aku masih memperhatika raut wajah Al. Ia sangat berbeda sejak bersama ayahnya, terlihat lebih datar dan dingin. Ahjussi menarik perhatianku tertuju padanya.

"Mei, gimana kalo kamu tinggal di rumah om. Bersama Al juga? " badanku menegang sesaat. Apa yang baru saja ku dengar bukan ilusi. Aku heran apa dulu aku dan ahjussi sangat dekat? Apa ia teman ayah? Rasanya aku belum pernah melihatnya bersama ayah tapi memang wajahnya sangat familiar.

" Makasih om, tapi aku baru pindah ke apartemen jaraknya lumayan dekat dengan sekolah" ucapku cepat tapi tidak dengan kata 'om'. Ahjussi itu kembali tertawa.

"gak apa Mei, panggil apa aja terserah kamu. Kamu kan tinggal sendiri gak baik gadis tinggal tanpa pengawas dari orang tua. Kamu sekarang di Jakarta, sangat berbeda dengan di Seoul atau Busan"

Perkataan Ahjussi sangat terdengar seolah ia mengenal ku sangat baik dan sangat dekat . Tapi kenapa aku tidak mengingatnya.

"Tapi, apa ayah aku tau, aku di sini?” pertanyaan ku tidak langsung terjawab Ahjussi diam sejenak menimbang apa yang aku katakan.

“oke, Om akan usahakan ayah kamu gak tau. Ini rahasia di antara kita, asalkan kamu tinggal di sini bersama kami?” memang niat baik ahjussi perlu di sambut dengan sangat baik pula tapi, apa Al setuju aku tinggal di sini, dirumahnya? Pandanganku berganti menatap Al, Al pun berbalik menatapku seolah mengatakan 'ada apa ' ahjussi langsung membuka suara.

“Kamu setuju kan Al?” Al tidak langsung menjawab, ia menatapku dan ayahnya bergantian. Raut wajahnya susah diartikan, apa maksud tatapannya itu?

“Terserah!” jawab Al lalu hilang menuju lantai dua, mungkin menuju kamarnya, entahlah.

“Al...” ucapanku terpotong oleh ahjussi “ gak usah di pikirkan, jadi sepakat ya sama perjanjian di awal?” ucapnya tersenyum seolah sikap Al sudah biasa. Aku mengangguk dan tersenyum untuk mewakilkannya.

“Oke” Ahjussi menarik napas panjang lalu berdiri melihat jam dinding hitam pekat terpaku di atas perapian rumah “sudah sore sebaiknya kamu pulang nanti balik lagi, mulai malam ini kamu tinggal di sini” lagi-lagi aku di buat menegang olehnya.

Belum aku berkata sesuatu Ahjussi sudah memanggil Al. Al menghampirinya dari balik meja bar di ujung ruangan. Bukankah tadi dia ke atas? Kenapa bisa di dapur? “ Al kamu antar Mei ke Apartemen lalu bawa Mei lagi ke rumah ini” Al menaikan alisnya sebelah lalu menatap ku sekilas, dan hilang di balik pintu.

“Al ingat, ke rumah ini” ucap Ahjussi tersenyum misterius pada ku. Aku mengerutkan keningku sebisa mungkin untuk tetap senyum “ Al, dengan selamat!” ucapannya kali ini membuatku bingung, dengan cepat ku membungkuk sopan menyusul Al yang sudah jauh.

===

Di dalam mobil Al masih mengunci bibirnya. Sesekali aku tatap dengan raut wajah bertanya tapi enggan untuk bersuara, ia belum membalas tatapanku. Sampai mobil berhenti aku masih menatapnya.

“ Udah sampe, gak cape liatin gua mulu?” ah sudah berapa kali aku di buat malu oleh diriku sendiri, aku pasti terlihat bodoh olehnya.

Ku usahakan untuk menutupi wajahku yang bodoh ini. “ Apartemen lu yang ini kan?” tanyanya membuatku memperhatikan sekitar. Benar ini apartemen tempat ku tinggal, dari mana dia tau? Aku mengangguk.

Lalu Al keluar, dengan segera ku mengikutinya.
“ Ayo Al”
Aku berjalan lebih dulu menuju kamarku. Ketika sampai di depan pintu aku masukan password kamarku hingga berbunyi 'bib' lalu pintu terbuka, aku mempersilahkan Al untuk masuk dan duduk di sofa.

Keheningan ada di antara aku dan Al. Aku memecah keheningan itu dengan pertanyaan yang sudah berputar-putar di kepalaku. “ Al, aku boleh tanya?” Al yang sedang berkeliling kamarku yang di dominasikan oleh kaca. tepat di jendela balkon ia berhenti lalu berbalik menghadapku.

Ia tak mengangguk atau menggeleng ku anggap diamnya adalah setuju. “ Kamu tau apartment aku dari siapa? Dan...” pertanyaan ku terpotong oleh Al “ kayanya pertanyaan lu banyak. Apa malem ini Kita di sini aja Kali ya...” ucapnya yang tidak lagi datar seperti tadi sore di rumahnya.

“ Al gimana sama ayah Kamu...”

“gak usah di pikirin” ucapnya lalu berpindah tidur di ranjangku “ disini enak juga, emang gak besar tapi nyaman”  aku mulai menyiapkan semua bajuku Dan barang-barang lainya.

Waktu sudah semakin larut, Al pun sudah tertidur di ranjangku. Semua keperluanku juga sudah selesai di kemas.

Malam seperti ini paling enak untuk membersihkan badan, ya Mandi. Mandi malam sangat menyegarkan apalagi dengan keadaan kota Jakarta yang sangat panas.

Selesai mandi aku duduk di balkon kamarku yang lumayan luas dengan merefresh kan pikiranku melihat pemandangan kota Jakarta.

Entah apa yang sedang ku pikirkan, semua terasa semu. Ragaku di sini tapi pikiranku terbang entah kemana mencari sebuah tempat nyaman yang belum pernah ada orang yang mengetahuinya. Disana aku akan menangis sesukaku, berteriak, bahkan berguling-guling sekalipun.

Aku seperti orang bodoh yang tidak tau apa-apa. Mereka menganggapku masih gadis kecil mereka, ya orang tua ku. Aku berfikir ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari ku. Tentang perusahaan ayahku, bagaimana bisa perusahaan yang sudah bangkrut dalam kurang dari setahun kembali melegit. Tentang siapa orang-orang bertubuh kekar Dan menyeramkan di sekitar rumahku. Dan mengapa aku di pindahkan di asrama. Sejak saat itu mereka jarang sekali menjengukku.

Aku kesepian apa kalian tau?

Suasananya mulai dingin, angin berhembus kencang, mungkin sudah sangat malam sebaiknya aku masuk.

Saat ku membalikan tubuhku, Al sedang bersender pada jendela melipat kedua tangannya di belakang tubuhnya. Ia terlihat berantakan terlebih rambutnya tetapi tetap terlihat tampan.

“ Ngapain lu di luar?” aku tersenyum sebenarnya menahan tawa melihatnya berantakan seperti itu. Tiba-tiba Al mendekat menyelimutiku dengan selimut. Aku menegang sesaat, sekarang aku bisa melihat wajahnya sedekat ini. Terlihat dengan jelas lentik bulu matanya karena aku lebih pendek darinya, mungkin hanya sepundaknya.

“ malam ini dingin banget, lu cuma pake piyamah kaya gitu apa gak dingin?"

Apa dia khawatir sama aku? Mengapa sikapnya berubah-ubah? Tadi sangat datar dan cuek lalu sekarang sangat perhatian. Tapi aku suka diri mu yang misterius.

"makasih Al, kok kamu bangun? " kini aku dan dia bersampingan memandang langit jakarta.
" udah biasa" aku memandangnya penuh tanda tanya,  aku tidak paham apa maksud perkataannya.

Waktu cepat berlalu, kami lewati hanya memandang langit jakarta. Langit yang mendung, tidak bagus, sepertinya akan turun hujan karena anginnya sangat dingin malam ini.

Aku masuk ke kamar karena waktu sudah dini hari. Al hanya mengangguk, pandangannya pun tak teralihkan saat ku bilang ingin masuk ke kamar.

***

Pagi hari ini sangat sejuk, mungkin semalam hujan. Entah aku sangat lelah jadi tidurku sangat nyenyak.

Setelah ku selesai mandi aku terbiasa meminum teh hijau hangat kesukaanku. Terlebih saat di korea musim dingin akan sangat mematikan, teh inilah obatku.

Belum sempat ku meminumnya aku teringat bahwa Al ada di sini bersama ku. Dengan sedikit berlari ku kembali kekamar tapi ia tak ada. Lalu ku cari di balkon, ternyata di sana. Tidur dengan posisi terduduk, ah pasti sangat sakit jika bangun.

Aku tidak tega untuk membangunkannya tapi jika kelamaan akan semakin sakit pasti. Sedikit  ku goncangkan tubuhnya ia belum sadar. Refleks ku memegang tangannya ternyata sangat dingin. Kembali ku berlari mengambil teh hijau hangat dan menempatkannya di tangan Al yang dingin.

Beberapa detik kemudian, Al bangun kesakitan dengan lehernya. “Al kenapa tidur di luar?”  pertanyaanku tidak di jawab ia langsung meminum teh nya sampai habis. Padahal itu teh ku.

“Lu kunci pintunya gimana bisa gua masuk?” seingat ku, aku tidak pernah mengunci pintu balkon

“tapi Al pintunya gak aku kunci” ucapku lalu Al berdiri menuju pintu dan membukanya

“ini, kenapa gak bisa di buka? ” aku datang menghampirinya sembari menahan tawa melihat tingkah dan muka Al yang lucu

“bukanya di tarik Al” dan 'clek' pintu terbuka. Ku lihat Al bingung. Sesaat kemudiam ia tersenyum. Sangat lucu.
“sory, gua aneh. Hehe”
aku hanya membalas senyumannya.

Mei, 1998 [Slow Update] Where stories live. Discover now