...

Seorang yeoja cantik memasuki sebuah kamar yang terlihat gelap dan menghampiri sebuah ranjang yang ditempati Chulwoo yang tengah terlelap. Yeoja itu mendudukan diri disisi ranjang seraya mengusap rambut lurus berwarna coklat milik Chulwoo.

"Kenapa kau mabuk, eoh? Kau ingin merusak tubuhmu? Kumohon jangan lakukan seperti ini, Chulwoo-ah." Sebuah tangan menahan lengan yeoja itu yang hendak beranjak dari duduknya dan berguman lirih.

"Jangan tinggalkan aku, Fany-ah. Aku masih sangat mencintaimu." Chulwoo beranjak dari tidurnya dan menatap sendu Tiffany didepannya.

"Maafkan aku, Chulwoo-ah."

"Siapa?"

"Apa maksudmu, Chulwoo-ah?"

"Siapa namja yang akan dijodohkan denganmu?"

"J-jung Yunho... maafkan aku, Chulwoo-ah." Tiffany segera meninggalkan Chulwoo yang menatapnya tak percaya setelah mengatakan hal itu.

"Jung Yunho? Yunho hyung? Hah! Aku tidak percaya ini!" Chulwoo berdesis tak percaya seraya beranjak dari ranjangnya dan menuju kamar mandi dengan perasaan panas. Terdengar geraman keras dari arah kamar mandi disertai pecahan kaca.

Tiffany yang mendengar hal itu dibalik pintu kamar hanya menutup mulutnya menahan tangis seraya menggigit bibirnya keras sebelum pergi meninggalkan apartemen Chulwoo dengan air mata yang membasahi pipinya.

...

Jaejoong tengah menatap pantai dihadapannya dengan tatapan kosong. Angin kencang yang menerbangkan rambutnya serta membelai keras wajah cantiknya dengan aroma air asin yang terasa menenangkan. Jaejoong mulai memejamkan matanya menikmati suasana pantai.

9 Years Ago

"Jihyo-ah! Kim Jihyo!" teriak seorang namja paruh baya pada Jihyo yang tengah memasak di dapur

"Ada apa kenapa kau berteriak?"

"Cepat kita harus ke rumah sakit."

"Ada apa?"

"Pabrik tempat Heejun bekerja kebakaran. Heejun terkena luka bakar yang cukup parah dan sedang ditangani di rumah sakit."

"A-apa?" Jihyo segera berlari mengikuti rekan kerja suaminya menuju sebuah mobil yang terparkir di halaman rumahnya setelah mematikan kompor di dapur yang masih menyala.

...

Terlihat seorang namja belia tengah berlari di lorong rumah sakit sambil menatap papan nama disetiap ruangan yang dilewatinya. Dan terhenti di depan sebuah ruangan paling pojok. Perlahan dibuka pintu itu perlahan dan mulai melangkah perlahan medekati ranjang yang berisi seorang namja paruh baya yang tengah terbaring dengan beberapa bagian vital yang tertutup perban serta alat elektrokardiograf yang terus berbunyi nyaring seolah menghatui tiap orang yang mendengarnya.

"Joongie-ah..." Ujar Jihyo seraya mengangkat kepalanya dan menatap sang anak yang tengah berjalan gemetar menuju ranjang dengan wajah penuh air mata.

"Umma... appa kenapa? Appa... appa..." Lirih Jaejoong seraya mengusap tangan sang appa yang tertutup perban seraya menggoyangkan lengan itu untuk membangunkannya dan mulai menangis sendu.

"Uljima, Joongie... uljima..." Jihyo segera memeluk tubuh sang anak dengan erat dan tanpa sadar ikut meneteskan air matanya kembali.

...

Mata bulat itu memerah dan membengkak ketika melihat abu sang appa yang ditebar olehnya ke laut sambil menahan isakan yang hendak keluar. Dan memberikan guci yang berisi abu Heejun kepada seorang namja paruh baya disampingnya dan menghampiri sang umma yang melemas dipelukan ajumma Kwon, tetangganya. Dipeluk tubuh Jihyo yang terus menangis seraya menatap lautan yang mulai mendung seolah mengantarkan kepergian Heejun.

Setelah dirawat selama tiga hari akhirnya Heejun menyerah dan meninggalkan seorang istri dan satu putra dengan beberapa tunjangan yang dipersiapkan untuk keduanya. Di umur yang bari menginjak enambelas tahun, Jaejoong telah kehilangan seorang appa.

7 Years Ago

Sudah dua tahun semenjak Heejun meninggal. Jaejoong dan Jihyo tinggal dengan mengandalkan sisa tunjangan yang tersisa sangat sedikit bahkan Jihyo telah menambahnya dengan usaha kue. Setiap pagi Jaejoong akan membawa kue buatan sang umma untuk dijual di sekolah tempatnya menimba ilmu.

Namun pagi ini terlihat sangat sepi tanpa suara alat dapur yang saling beradu. Jaejoong menatap dapur yang sepi dengan bingung sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar sang umma. Dibukanya pintu itu perlahan yang menghasilkan bunyi derit kecil dan menatap gumpalan selimut yang membungkus Jihyo. Disikapnya selimut itu dan menatap sang umma yang tengah menggigil dengan keringat yang terus keluar membasahi seluruh tubuhnya.

Dengan panik Jaejoong mengambil sebaskom air hangat serta parcetamol. Dibantu tubuh Jihyo untuk duduk dan meminumkan obat serta mengganti pakaiannya yang basah lalu direbahkan kembali tubuh itu dan meninggalkan sang umma untuk membuat bubur. Sepertinya hari ini dia harus membolos sekolah untuk menemani sang umma yang tengah sakit.

Sudah dua hari panas Jihyo tidak turun juga hingga Jaejoong dikejutkan dengan darah yang mengalir di hidung Jihyo. Dengan terburu-buru Jaejoong mengetuk pintu rumah ajumma Kwon.

"Jumma! Kwon jumma!"

"Ada apa Joongie?" seorang namja paruh baya membuka pintu itu dan menatap Jaejoong dengan bingung.

"Kwon jusshi, tolong umma Joongie..."

...

Jaejoong menatap ummanya yang sedang diperiksa dengan tatapan cemas ditemani ajusshi dan ajumma Kwon yang menatap kearahnya sendu. Diusapnya bahu kecil Jaejoong lembut oleh ajumma Kwon seolah menguatkan tubuh rapuh itu. Hingga seorang dokter menghampirinya dengan tatapan lemah.

"Maafkan aku, tapi Mrs.Kim tidak bisa diselamatkan. Beliau menderita demam berdarah sejak empat hari yang lalu dan hari ini adalah finalnya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun tubuh beliau tidak kuat menahannya." Dokter itu meninggalkan Jaejoong yang melemas dalam dekapan ajumma Kwon. Sedangkan ajusshi Kwon menatap tubuh Jihyo yang mulai ditutup oleh kain sebelum melangkah meninggalkan ruangan itu untuk mengurus administrasi.

...

Untuk kedua kalinya Jaejoong menaburkan abu di laut. Namun kali ini tidak ada air mata yang mengalir, hanya saja tatapan mata itu sangat kosong seolah tidak ada jiwa yang menghinggapi raga itu. Jaejoong terlalu lelah menangis semalaman, bahkan matanya sudah sangat membengkak dan sedikit perih. Sebuah lengan memeluk tubuhnya erat seraya menaruh kepala remaja itu dibahunya. Jaejoong menikmati usapan lembut ajumma Kwon yang menatap sendu kearahnya seraya membisikan beberapa kata untuk menguatkan Jaejoong.

Sebuah tepukan dibahu mengejutkan Jaejoong dan terlihat Minami menatapnya khawatir seraya membawa sebuah minuman kaleng lalu mendudukan diri di sampingnya.

"Kenapa kau menangis, Joongie?" tanya Minami seraya mengusapkan air mata yang membasahi pipi pualam namja cantik itu.

"E-eoh?" Jaejoong mengusap pipinya yang basah dan menatap Minami dengan senyum tipis.

"Apakah kau mengingat Yunho?" tanya Minami hati-hati.

"Tidak. Aku tak apa, kau tidak perlu khawatir, Nami-chan." Jaejoong tersenyum manis kepada yeoja itu dan mulai meminum jus manga dari kaleng yang dipengangnya seraya menatap bintang yang mengiasi langit malam. Ternyata dia terlalu lama di pantai hingga tak sadar jika hari sudah gelap.

"Kajja... kita kembali, anginnya semakin kencang." Jaejoong menarik lengan Minami dan mulai melangkah riang disertai canda menuju sebuah bangunan kecil didekat pantai seraya melambaikan tangan kearah yeoja paruh baya yang tersenyum pada mereka.

Tbc

Secret LoverWhere stories live. Discover now