Rebel Heart - ٣

26 5 1
                                    

الجزء الثالث
- Part 3 -

اليوم الأول للتعذيب
"First Day of Torture"

***

SEJAK satu jam yang lalu, tak ada yang bisa Alisha lakukan selain diam meresapi kenyataan gila yang baru saja menghantam hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SEJAK satu jam yang lalu, tak ada yang bisa Alisha lakukan selain diam meresapi kenyataan gila yang baru saja menghantam hidupnya. Semuanya terjadi begitu cepat hingga sulit sekali dipercaya.

Tak ada yang salah dari pagi ini ketika Alisha terbangun. Matahari cerah, sarapan nasi goreng Mbok Sum yang sangat lezat, dan mandi dengan bathbomb barunya yang berwangi lavender. Semuanya sempurna.

Lalu sekarang apa?

Berkali-kali ia menyugesti dirinya bahwa semua ini hanya mimpi buruk, tapi tentu saja, usaha itu gagal total.

She's doomed.

Dengan mata sembab, Alisha menatap plafon yang mulai menguning. Kepalanya pening dan tenggorokannya kering karena terlalu banyak menangis. Namun nyatanya, untuk bangkit mengambil air minum saja ia tak mampu. Tidak ketika jiwanya seolah tercabut dari raga seperti ini.

Jujur, Alisha masih tak habis pikir. Bagaimana bisa orang tuanya tega membuang satu-satunya anak gadis yang mereka punya? Apakah Alisha sebegitu buruknya hingga mereka tak mau lagi menganggapnya sebagai anak? Is she such a shame?

Air mata itu lolos lagi. Bayangan saat Amara dan Firdaus meninggalkannya di tempat asing ini membuat Alisha benar-benar merasa terbuang. Tersisih. Dan... sendirian.

Ya. Alisha tak akan malu mengakui dirinya sebagai anak manja dan cengeng. Hidupnya terbiasa dikelilingi oleh orang-orang yang ia sayang.

And now? She has no one.

God, sekarang, dia bahkan sudah sangat merindukan 3 sahabatnya yang gesrek itu.

Saking larutnya mencerna kenyataan yang ada, Alisha tak sadar pintunya diketuk.

Si pengetuk yang tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya berinisiatif untuk memutar kenop.

"Uhm... afwan, uthi gak mau makan malam?" Kepala seorang gadis terjulur takut-takut dari balik pintu.
(Afwan= maaf; uthi= panggilan untuk saudara perempuan)

Alisha, dengan mata sembabnya, menoleh tak berminat pada sosok yang menganggu waktu berdukanya.

"Mau apa?!" teriakannya tersekat di ujung. Efek kebanyakan menangis membuat ekspresi galaknya (yang didramatisir dengan efek maskara luntur), malah jadi tampak konyol.

Sambil menahan tawa melihat ekspresi sangar Alisha yang gagal, gadis yang sepertinya lebih muda dari Alisha itu menjawab, "Makan malam. Ukhti gak mau? Udah malam lho. Emangnya gak lapar? Masakan Umi Lulu enak banget kok. Apalagi hari ini menunya oseng tempe! Nyesel kalo gak nyoba!"

Rebel HeartWhere stories live. Discover now