Part 6 - The Beginning of The Disaster

8.6K 342 28
                                    

"Horton, kau akan kemana sepagi ini?" Sierra berlari menghampiri Horton lalu menarik lenganya.

"Ini gawat, Sierra!" Horton mengambil kuci mobilnya dan hendak membuka pintu apartment.

"Apanya yang gawat?" Sierra memandang bingung. Ia sangat penasaran, apa yang membuat lelaki itu melompat panik dari sofa.

"Seseorang pekerja di mansion Justin mengabariku jika Hannah dilarikan ke rumah sakit!"

"Apa!" Sierra terlonjak kaget.

"Aku ikut!" Ia segera mengikuti langkah lebar Horton yang telah mendahuluinya.

Mobil Horton melintasi jalanan Kota LA yang masih lenggang di pagi hari. Tiba-tiba Horton semakin mempercepat laju mobilnya tanpa memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Fokus lelaki itu sama sekali tak terganggu meski musik edm mengalun kencang di dalam mobilnya.

Tidak ada yang tahu bila sang dokter sukses nan tampan itu, dulu adalah seorang pembalap liar. Horton memulai hobinya sejak berusia 16 tahun. Jikalu Leopold tahu tentang pergaulan bebasnya di masa remaja, mungkin pria tua itu akan mematahkan leher Horton. Mulai dari balap liar, peminum, dan sex bebas. Hanya satu orang yang mengetahui masa lalunya, yaitu Hannah.

"Horton, kau bisa menghentikan detak jantungku!" Pekik Sierra yang mencengkram erat seat belt, raut wajahnya menegang.

"Kita harus segera sampai!" Horton menyalip beberapa kendaraan yang berada di depan mereka. Ia tak menghiraukan alarm polisi yang berbunyi di sepanjang jalan dan cctv yang mengambil gambar plat mobilnya ketika tidak mematuhi traffic light.

🍃🌿🍃

Justin memandangi seorang wanita yang tengah terbaring lemah dengan banyak alat penunjang kehidupan di tubuhnya. Wajahnya memucat dan suara electrocardiogram mengisi keheningan di ruangan tersebut.

Setelah melewati operasi angioplasti untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah di jantung dan pemasangan ring jantung, Hannah belum juga siuman. Jari tangan Justin menyugar rambutnya ke belakang. Ia tak tahu jika Hannah ternyata memiliki riwayat penyakit jantung koroner. Peristiwa kemarin mengakibatkan Hannah terkena serangan jantung dan beruntung tidak langsung merenggut nyawa wanita itu.

Rasa bersalah terus menyerang Justin. Dia mengelak tiap kali hatinya terasa nyeri melihat penderitaan Hannah. Tetapi, kenapa ia harus merasa bersalah jika tujuannya memang untuk menghabisi Hannah? Justin hampir saja merasa iba.

Justin mendengus kasar, menyentuh dinding kaca ruang ICU yang membatasi dirinya dengan Hannah. Ia menggertakkan gigi menahan kekesalan sembari menarik rambutnya keras. Justin semakin mebenci dirinya sendiri. Ia menekankan pada otaknya agar tidak menghiraukan Hannah separah apa pun keadaannya dan menangkis rasa asing pada hatinya.

Batinnya berdeklarasi bahwa dirinya tak memiliki hati dan yakin jika cinta itu mustahil. Para wanita hanya memburunya karena paras dan uang. Mereka juga sering menawarkan kemolekan tubuh dan menggodanya untuk menjadikan mereka partner one night stand. Sehingga Justin mengambil kesimpulan bahwa uang membuat kau hidup tak peduli seberapa banyak cinta yang kau dapat kerena semua itu hanya omong kosong.

Pria itu tersenyum puas, bersorak dalam hati atas informasi baru yang didapatnya. Ia telah mengetahui riwayat penyakit dan kelemahan wanita itu. Sepertinya menggunakan Agatha de Luca sebagai senjata tidak berhasil membuat Hannah tunduk padanya.

Justin hanya perlu menyiapkan segala rencana untuk di hari mendatang. Mulai dari penikahan dan hasil akhir yang ditunggu-tunggu olehnya. Ternyata menjinakan wanita itu tak semudah menarik mantan-mantan one night standnya ke atas ranjang.

The Billionaire's Secret [END]✔Where stories live. Discover now