Part 5 - Let Me Go

8.8K 342 12
                                    

Santa Barbara, 24 Mei 2017

Lagi-lagi ia disekap dalam sebuah ruangan kosong usai kekerasan yang didapatnya. Hannah mengusap pipinya yang memerah dan perih. Cahaya lampu dari luar merambat masuk ke dalam ruangan yang gelap gulita itu. Mungkin sekarang tak ada lagi cara untuk kabur dari tempat tersebut. Hannah tak memukul-mukul pintu atau berteriak meminta tolong karena tentu saja tidak ada yang bisa menolongnya.

Hannah menghela napas, merutuki kekejaman Leopold. Sebenarnya apa yang mereka inginkan? Hannah merasa tidak pernah berusan dengan keluarga Russell atau orang-orang terdekat mereka.

Tubuhnya menyender pada pintu, memikirkn jalan keluar untuk mencari pertolongan. Hannah beranjak mendekati jendela di ruangan itu. Ketika ia mengintip, beberapa orang suruhan Leopold berlalu lalang untuk berjaga di bawah. Sulit menemukan akses untuk kabur malam ini.

Samar-samar terdengar langkah kaki seseorang mendekati ruangan tempat Hannah disekap. Ia menegakkan tubuhnya, menanti kedatangan sosok tersebut. Akhirnya, pintu ruangan itu terbuka lebar dan sepasang sepatu kulit berjalan mendekati Hannah. Ia mengenali siluet tubuh pria itu.

"Aku akan membebaskanmu dengan satu syarat, ikut aku ke kantor polisi!" Leopold menarik tengkuk Hannah kemudian berucap tepat di wajahnya.

"Bebaskan Justin!" Perintahnya dengan pandangan menusuk. Hannah ikut membalas pandangan mata Leopold dengan tatapan menantang dan benci. Tak ada ketakutan yang tersirat dalam matanya.

"Tidak akan!" Sinisnya. Leopold mendorong tubuh Hannah hingga menghimpit dinding, lantas mencekik lehernya.

"Jika kau tidak menuruti perintahku, lihat apa yang sedang terjadi pada Agatha." Leopold menunjukan ponselnya yang menampilkan rekaman cctv di ruang perawatan Agatha. Nampak dalam rekaman tersebut, seorang pria berpakaian serba hitam sedang berdiri di samping Agatha yang berbaring koma.

"Ini urusan kita berdua, Leopold! Jangan pernah libatkan orang-orang terdekatku!" Hannah mencengkram kedua tangan Leopold yang semakin keras mencekik lehernya.

"Aku tidak akan pernah membebaskan Justin!" Hannah menggeram marah. Kakinya langsung menendang barang berharga milik pria itu hingga Leopold tersungkur.

Cekikan pada leher Hannah terlepas karena Leopold mengaduh kesakitan seraya memegangi aset berharganya. Hannah berniat menggunakan kesempatan itu untuk berlari kabur. Tetapi, keberuntungan kembali tak memihaknya karena dua bodyguard mencegat Hannah ketika hampir melewati ambang pintu.

"Listen slut! Aku memberimu dua pilihan, memihak kami atau tetap kukuh dengan rencanamu? Sekarang juga aku bisa saja memerintahkan orang itu untuk mencabut alat penunjang kehidupan adikmu! Bagaimana?" Leopold kembali memperingati Hannah dari tempatnya tersungkur.

Ancaman Leopold membuat Hannah tertegun. Masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan Agatha. Ia hanyalah anak remaja yang sedang terbaring koma di rumah sakit. Tangannya terkepal kuat hingga kuku tanganya memutih. Ia menahan segala emosinya yang telah terkumpul. Hatinya bergemuruh marah dan wajahnya memerah. Hannah memejamkan kedua matanya untuk meredam amarah. Dirinya perlu menjernihkan otak untuk menghadapi manusia sekelas Leopold. Kelopak mata Hannah terbuka dan memperlihatkan pada Leopold mata birunya yang setajam elang.

'Egle eyes?!' Jauh di dalam lubuk hati kecil Leopold terkesiap saat melihat mata Hannah yang mengingatkannya kembali akan sahabat masa kecilnya, Clinton de Luca.

'Ancaman pria itu hanya sebuah tipuan untuk menggertakku karena itulah aku tidak mempercayainya!' Hannah berujar pada dirinya sendiri.

"Kau pikir aku takut padamu?!" Perkataan Hannah menyebabkan Leopold mendelik marah dan memancing pria itu untuk bangkit dengan penuh murka.

The Billionaire's Secret [END]✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum