☆[S2] Chapter 13 : Mewah dan Megah☆

Start from the beginning
                                    

"KAU PIKIR KAU BISA MEMBELI BAYI INI DENGAN PERMINTAAN MAAF!?" Pria misterius itu jadi tontonan warga, rasa malu telah membantai pantatnya hingga memerah.

☆☆☆

"Apa dia yang selama ini mengikuti kita?" tanya Yuna pada Raiga saat dia melihat seorang pria diamuk oleh wanita yang membawa kereta bayi di belakangnya.

"Sepertinya memang dia," Raiga juga menoleh sesaat, dan dia kembali memandang ke depan, tidak peduli pada apa yang sedang terjadi di belakangnya. "Yuna, ayo kita lari, sebelum pria itu mengikuti kita lagi."

Akhirnya, Raiga dan Yuna berhasil kabur dari pandangan sang pria misterius, mereka telah terbebas dari intaian orang yang mencurigakan, membuat pernapasan lelaki berambut perak itu sedikit lega.

"Tidak buruk juga, kan?" kata Raiga dengan senyum tipis pada Yuna, walau mukanya masih saja seperti orang yang mengantuk.

Yuna menggeleng ketika dia menyadari kalau tempat yang saat ini mereka pijakki adalah wilayah kekuasaan para malaikat berandalan, terbukti ketika ada gerombolan remaja bersayap hitam yang keluar dari gang sepi untuk menghampiri mereka.

"Raiga, ini buruk! Ini buruk!" Yuna memukul-mukul bahu Raiga dengan cemas saat matanya memandang kedatangan dari para malaikat berandalan yang membawa celurit, pedang, gir, hingga lipstik.

Raiga tidak tahu karena posisinya menghadap ke arah Yuna, sedangkan para malaikat berandal sedang berjalan mendekati punggung lelaki itu, alias ada di belakangnya.

"Hah?" Raiga mengenyitkan dahi tidak paham. "Bukannya ini tidak buruk karena sudah tidak diuntit oleh pria misterius?"

"Tapi, sekarang ada yang lebih buruk dari seorang penguntit!"

Raiga terpaksa menolehkan pandangannya ke belakang karena risih melihat Yuna gelagapan. Dan tidak terduga, bukannya takut, resah atau kaget, Raiga malah menyeringai saat sadar kalau dia sedang dihampiri oleh pasukan berandalan.

"Oh? Kukira apa, ternyata hanya cecunguk-cecunguk payah saja."

Yuna terkejut melihat Raiga tidak ketakutan sama sekali walaupun tahu ada banyak remaja yang menghampirinya dengan membawa senjata-senjata tajam dan juga lipstik.

"Raiga? Kenapa kau--"

"Oi! Raiga! Lama tak jumpa!" Saat para berandalan itu sudah ada di depan mereka, salah satu dari pasukan remaja berandal itu menyapa Raiga dengan senyum lebar.

"Oh? Apa kabar, semuanya?" Raiga malah bergabung bersama mereka, meninggalkan Yuna yang masih terdiam kaku karena ketakutan. "Kalian sehat-sehat saja, kan?"

"Tentu saja! Hahah! Tapi, sepertinya kau sedang membawa kekasihmu jalan-jalan, ya? Maaf, kalau kami mengganggu, Raiga."

Mendengarnya, Raiga mendengus. "Bukan, dia bukan kekasihku," balas Raiga dengan polos. "Dia Yuna, dia bilang, kalian semua keren, dia juga penasaran mengapa kalian membawa senjata-senjata tajam itu?"

Jantung Yuna hampir meledak mendengar kebohongan yang diucapkan Raiga, membuat semua mata dari semua malaikat berandalan itu mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.

"Oh? Benarkah?" tanya salah satu dari mereka pada Yuna. "Kau menyebut kami keren? Wah, baru kali ini ada gadis yang menyebut kami keren! Haha! Ini mengejutkan! Kau tidak perlu takut melihat kami membawa senjata dan juga lipstik ini, benda-benda ini kami gunakan untuk bekerja, bukan untuk membunuh."

Yuna bingung mau merespon apa, karena dia sudah terlanjur takut melihat mereka. "O-oh, ja-jadi begitu, ya? Syukurlah jika itu benar."

Raiga melirik Yuna dengan tersenyum jahil, dia sedang senang karena usahanya dalam mengerjai temannya telah berhasil.

"Yah, hanya segitu saja," Raiga pun menarik tangan Yuna untuk segera pergi dari hadapan para berandalan itu. "Kalau begitu, kami permisi, teman-teman!"

Raiga dan Yuna telah berpamitan pada malaikat-malaikat bermuka seram itu.

"Jaga kekasihmu baik-baik, Raiga!"

"Jangan buat dia salah paham karena penampilan kami, Raiga!"

"Kalau kalian menikah, undang-undang kami, Raiga!"

"Salam kenal juga, Yuna!"

Teriakan demi teriakan dilayangkan pada Raiga dan Yuna dari para berandal itu, mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan, sementara Raiga tidak menyahutnya, dia malah berjalan santai seperti biasanya.

"Hey, Raiga! Kenapa kau bisa mengenal mereka?" Yuna mencengkram punggung Raiga agar lelaki itu berhenti jalan. "Kau tahu kan? Mereka itu menyeramkan? Kalau aku jadi kau, aku pasti tidak mau berteman dengan para berandalan seperti mereka."

"Yuna," panggil Raiga dengan santai. "Jangan menilai orang lain dari penampilannya saja."

Tiba-tiba, Yuna terbelalak, dia terkejut mendengar perkataan itu. Sementara Raiga kembali berjalan lesu seperti biasanya.

"Ka-kau benar," Yuna mulai merenung. "Aku ... hanya--"

"Sudahlah, jangan dipikirkan," Raiga menatap Yuna. "Lebih baik, kita tanyakan pada orang lain, apakah memang ini tempat tinggal Zapar?"

Tanpa disadari, ternyata mereka sudah sampai di depan sebuah rumah mewah yang sangat megah dan besar, bahkan gerbangnya saja terbuat dari emas yang mengkilau, dan para penjaganya saja mengenakan pakaian seragam berwarna merah, membuat para penjaga itu terlihat keren.

"Se-sepertinya, ini memang rumahnya Zapar." Yuna meneguk ludah tidak percaya karena memandang sebuah rumah yang benar-benar sangat indah.

"Ngomong-ngomong," ucap Raiga dengan malas. "Bagaimana caranya kita masuk? Jujur saja, terlalu banyak penjaga membuatku mual."

Yuna tersenyum memandang Raiga. "Itu mudah, serahkan padaku, Raiga!"

BERSAMBUNG ...

RAIGA Chapter 13 UPDATE!!

Yoyosha! Raiga telah update! Semoga kalian terhibur dengan chapter ini!

Sampai jumpa di chapter berikutnya!

#RAIGAChapter13

RAIGA (TAMAT)Where stories live. Discover now