☆[S2] Chapter 12 : Kunjungan Rumah☆

Comenzar desde el principio
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Raiga? Ada temanmu yang datang, dia sudah duduk di ruang tamu, ayo, temanilah dia." Felis bersuara dari balik pintu dengan mengetuk-ngetuk pintu kamar Raiga.

"Siapa namanya?" tanya Raiga tidak peduli dengan mengusap-usap punggung Chogo. "Bilang padanya, aku sedang tidak mau diganggu."

"Namanya Zelila Yuna Birikawa," balas Felis dengan bisik-bisik. "Kalau kau tidak mau diganggu, aku akan katakan padanya."

Brak!

Raiga langsung membuka pintu kamarnya dan berlari keluar, melewati Felis menuju ruang tamu. Raiga tidak percaya, Yuna berkunjung ke rumahnya, padahal dia sama sekali tidak pernah memberitahu alamat kediamannya pada gadis itu.

Setelah sampai di ruang tamu, Raiga terkejut. "Mana Yuna?" Dia tidak melihat Yuna di ruang tamu, yang ada hanyalah seorang perempuan gemuk berambut biru yang pipinya kotor karena terlalu banyak memakan kue. "Dan siapa kau?"

Raiga belum tahu kalau perempuan gemuk yang duduk di ruang tamu adalah Yuna sendiri, dia terlalu banyak melahap kue hingga badannya membesar sangat cepat.

"Oh, Raiga? Akhirnya kau datang juga!" ucap Yuna dengan senang, dia berusaha untuk berdiri, walaupun tubuhnya gemetaran karena tidak mampu untuk menopang berat badannya. "Aku kebetulan datang ke sini untuk mengajakmu--"

"Kubilang, siapa kau?" Raiga tidak mendengarkan ucapan Yuna, dengan tampang tidak pedulinya, dia malah bertanya kasar pada gadis gemuk itu.

"Ak-aku Yuna!" jawab Yuna dengan meringis sedih melihat Raiga menatapnya dengan sinis. "Apa kau telah melupakanku, Raiga?"

"Hah?" Raiga memasang muka malas. "Yuna kau bilang?"

☆☆☆

Kemudian, Yuna menceritakan alasan mengapa tubuhnya menjadi gemuk seperti kudanil, dan akhirnya, Raiga paham dan meminta maaf atas perlakuan kasarnya tadi.

"Aku minta maaf, Yuna." ucap Raiga dengan duduk di hadapan Yuna, kue yang sebelumnya menumpuk di meja sudah ludes di makan gadis itu, dia melakukannya untuk memberikan kenyamanan saat mengobrol, walau resikonya tubuhnya membesar.

"Ahaha, tidak apa-apa, aku sudah biasa, kok!" Bahkan, suara Yuna pun sudah berbeda. Raiga merasa dirinya sedang mengobrol dengan orang asing, tapi dia harus menghargai usaha Yuna karena telah menghabiskan kue itu, jadi yang harus disalahkan di sini adalah Felis, ibunya sendiri.

"Sebelum itu, aku akan mengembalikan tubuhnya ke bentuk semula." Tiba-tiba Felis datang, dia membawa sebuah jarum suntik, kemudian dia duduk berdampingan dengan Yuna. "Jangan takut, ini tidak terasa sakit, kok."

Raiga hanya menguap lebar, dia tidak peduli pada apa yang akan dilakukan ibunya, sementara Yuna kaget. "Eh? Mengembalikan tubuhku ke bentuk semula? Memangnya Anda bisa?"

"Tentu saja, dengan suntikan ini, semua hal yang rusak akan kembali menjadi semula." timpal Felis dengan tersenyum hangat.

Yuna tidak tahu harus bagaimana, senang karena tubuhnya bisa kembali atau tersinggung karena secara tidak langsung, Felis mengatakan kalau dia rusak, memangnya dia itu apa, barang rongsokan?

Felis telah menyuntikkan jarum mungil itu ke lengan Yuna, dan ternyata benar, tubuh gadis itu perlahan-lahan mengecil seperti balon yang mengempis.

Yuna akhirnya kembali seperti sebelumnya, membuat Raiga tersenyum. "Nah, ini baru Yuna yang kukenal." ucap Raiga dengan memalingkan muka. "Jadi, ada apa kau datang kemari, Yuna?"

Sadar bahwa pembicaraan mereka sudah dimulai, Felis pun beranjak pergi ke dapur, tidak ingin mengganggu obrolan putranya dengan Yuna.

Yuna pun bicara setelah Felis pergi. "Kemarin, aku ditugaskan lagi oleh pihak sekolah untuk turun ke Bumi, Raiga."

Mendengarnya, Raiga sedikit tertarik. "Jadi, kita sama, ya?" Raiga mengunyah sisa-sisa keripik yang ada di meja. "Aku juga ditugaskan untuk turun ke sana lagi, tapi ada yang berbeda."

"Berbeda?" Padahal Yuna senang sekali saat mendengar Raiga pun mengalami hal yang sama, tapi dia penasaran mengapa ada yang berbeda. "Apa itu?"

"Aku akan menjalankan tugas bersama Guntara Melios Locky, teman sekelasku, berambut pirang, bertubuh pendek seperti kurcaci dan suka marah-marah."

Yuna menutup mulutnya karena menahan tawa. "Maksudmu, kau tidak sendirian seperti sebelumnya? Bukankah itu bagus? Aku bisa berkenalan dengan temanmu itu."

"Mustahil," kata Raiga dengan mata yang sayu. "Melios sulit diajak bicara, dia itu seperti kucing mungil yang suka mencakar."

"Hahaha! Ya ampun, kedengarannya dia lucu sekali."

Raiga menghela napas. "Terus, apa kau sudah bertemu dengan Zapar?"

"Aku belum bertemu dengannya, katanya sih, rumah Zapar berada di tempat-tempat elit."

"Hah?" Raiga tidak percaya. "Kau bergurau, ya?"

Yuna mengembungkan pipinya. "Tapi kan itu hanya desas-desus saja, aku juga tidak langsung percaya, sih, sebelum aku menemukan ini." Yuna mengeluarkan sebuah koran kecil dan memberikan benda itu pada Raiga.

Tampaknya, Raiga terkejut setelah membaca berita yang tertera di koran mungil tersebut. "Jadi, begitu," kata Raiga sambil menganggukkan kepalanya. "Ternyata Zapar itu anak dari Tuan Garelio, seorang malaikat elit tingkat kesembilan."

Yuna setuju mendengarnya. "Ya, siapa sangka kalau selama ini kita bergaul dengan putranya Tuan Garelio yang terkenal dengan kekayaannya yang melimpah."

"Hm," Tapi, entah kenapa, Raiga merasakan aura jahat di sekeliling rumahnya. "Yuna, ikut aku!"

Tiba-tiba, Raiga pergi keluar rumah, membuat Yuna yang masih duduk di kursi terkaget. "Ada apa, Raiga?"

☆☆☆

Sosok bayangan hitam yang misterius itu kini sedang ada di atap rumah Raiga, dia menyeringai senang. "Tinggal menunggu hari hingga kau bersama teman-temanmu dihancurkan olehku, Kuruga Raiga Bolton."

Dan sosok itu langsung lenyap diterpa angin, meninggalkan aura jahat yang mencekam di rumah Raiga.

BERSAMBUNG ...

RAIGA Chapter 12 UPDATE!

Yoyosha! Akhirnya, Raiga update lagi!

Semoga dengan ini, penantian kalian terpuaskan.

Kalau begitu, sampai jumpa di chapter berikutnya!

#RAIGAChapter12

RAIGA (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora