2. ꜱᴄᴀʀ ᴏɴ ʜɪꜱ ꜱᴋɪɴ

Start from the beginning
                                    

Batinnya berperang dengan logika. Saling melempar bisikan pada Anha yang kini beralih menuju lemari di sudut kamar. Ingin sekali gadis itu mengakhiri hubungan asmaranya bersama Taehyung, namun satu bagian dari hati kecilnya selalu meronta dan berusaha keras untuk memertahankan lelaki itu. Anha hanya bisa diam sembari mengenakan piyama merah jambu miliknya dengan manik yang memanas kala menemukan beberapa baju Taehyung terselip di antara baju miliknya.

An, Ibu ingin kau segera menikah dengan Taehyung. Tak baik perempuan sepertimu tinggal satu atap tapi tidak memiliki hubungan yang sakral.

Ya, itu benar. Anha dan Taehyung telah tinggal bersama selama kurang lebih dua tahun, kendati hubungan yang mereka tak lebih dari sepasang kekasih yang terkadang bertengkar hanya karena masalah sepele. Keduanya seakan tuli saat mendengar bisik-bisik dari penghuni sebelah yang merupakan janda beranak satu. Bibirnya yang berpoles gincu mencolok itu selalu mengudarakan berita tak enak untuk didengar sebagai pembuka hari baru. Dengan jemari yang dibingkai cincin emas, ia akan menyindir Anha saat gadis itu keluar bersama Taehyung di sisinya.

Melirik jam yang menggantung dan menemukan jarum pendeknya berada di antara angka sepuluh dan sebelas, Anha masih belum bisa mendengar tanda-tanda bahwa Taehyung datang. Apa rapatnya selama itu?

Omong-omong, bulan Agustus nyaris berakhir beberapa hari lagi dan September akan menggantikan tugas. Pikirnya kembali berkelana jauh; memikirkan kira-kira kado apa yang akan Taehyung berikan saat dirinya beranjak dari usia dua puluh dua menuju dua puluh tiga saat pertengahan bulan nanti. Tahun lalu, lelaki itu rela menyisihkan sebagain gajinya untuk membelikan satu set jam tangan keluaran Gucci yang harganya cukup mahal. Namun, mengingat apa yang sudah terjadi belakangan ini, Anha menjadi kecil hati. Ia tak mengharapkan apa-apa selain kehadiran Taehyung di sisinya dengan satu pelukan hangat yang merangkumnya erat.

Anha harap Taehyung mengingat hari ulang tahunnya.

Ketika bulan semakin beranjak naik, Park Jimin tak lekas memejamkan mata dan hanyut dalam gelombang mimpi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika bulan semakin beranjak naik, Park Jimin tak lekas memejamkan mata dan hanyut dalam gelombang mimpi. Ia malah membuka jendela dengan semilir angin yang menerbangkan surainya pelan. Iris pekatnya dibawa menjelajah pada bintang-bintang yang membentuk rasi di atas sana. Langit terasa sangat indah malam ini, berbanding terbalik pada malam-malam sebelumnya yang hanya ada hitam dengan gemuruh yang samar-samar bergema dan hujan mendadak turun dengan derasnya.

Jujur, menetap dan terperangkap dalam ruangan ini kerap kali membuat pemuda Park itu merasa ia tak lagi dihargai, tak lagi dicintai, dan tak lagi diinginkan. Jimin kesepian di tengah masalah yang silih berganti menyerangnya. Terkadang, ia iri saat beberapa pasien dijenguk oleh sanak familinya. Berbagi pelukan atau kecupan singkat sebelum akhirnya harus kembali pulang karena jam besuk sudah berakhir. Lantas, Jimin yang melihat hanya bisa terdiam dengan hati yang terluka dan mata yang memanas.

Enigma, The Shadow [Re-write] | ✔Where stories live. Discover now