E N A M

5K 98 4
                                    

Part ini ada smut nya kawannnn

Jangan dibaca kalo takut dosa okehh

Inget tuuu dosaaaa

Awasss jangan dibaca

Sorry ya kalo smutnya kurang hot wkwk

•••

EMILY

Aku berusaha mendorong tubuhnya dengan sekuat tenaga, tapi tetap saja, tenaganya jauh lebih kuat dariku.

Ia menggigit bibir bawahku agar aku membuka mulutku.

BRAK!

"Brengsek!" Teriak seseorang yang berhasil mendobrak pintu yang telah dikunci.

Dan kusadari Cam sudah tidak menciumku lagi. Saat aku membuka mata, aku malah melihat Shawn.

Iya, Shawn. Shawn Mendes.

Shawn menarik tanganku dan membawaku ke kamar lain.

Astaga. Apa-apaan ini. Apa Shawn mau melakukan hal yang sama seperti Cam tadi?

Yaampun, aku tidak boleh berpikiran negatif seperti itu. Ingat, Shawn yang menolongku tadi.

Shawn mengunci pintu kamarnya. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Kenapa pintunya harus dikunci?

"S-shawn t-terima kasih."

"For what?"

"Kau kan tadi sudah menolongku dari Cameron. Jadi aku-- mphhhh."

Belum selesai aku bicara, Shawn sudah mencium bibirku lembut.

Lama kelamaan ciuman Shawn menjadi panas. Tangan nakalnya meremas payudaraku yang masih tertutup dress.

"Mphhh Shawnnn..." Desahku saat kurasakan Shawn meremas bokongku.

Ciuman Shawn turun ke leherku. Ia membuat kiss mark disana.

"Ahhh"

Dress yang kupakai sekarang sudah jatuh kelantai karena tangan nakal Shawn yang membuka resleting dress ku.

Seharusnya aku menghentikan ini. Tapi entah kenapa, aku malah menginginkan lebih.

"I wanna see every inch of you." Katanya lalu tersenyum miring.

Ini tidak benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini dengan orang yang baru kukenal!

"Shawnn...hentikann.." aku kesulitan bicara karena tangannya yang berusaha membuka pengait braku.

Sekarang hanya celana dalam yang tersisa ditubuhku.

Shawn masih menciumi leherku. Tapi tangannya tidak bisa diam. Tangannya meremas pelan payudaraku.

"Ahhh Shawnn..."

Tidak, aku tidak boleh melanjutkan ini.

Kalau sampai benar-benar terjadi, keluargaku akan membenciku.

Aku berusaha mendorongnya sekuat tenaga. Tapi tenaganya kuat sekali.

Sekarang ia mencium bibirku lagi. Tangan kanannya meremas-remas bokongku.

"Enghhh...henti..kannn..ahhh"

Shawn melepaskan ciumannya. Lalu ia menyuruhku untuk mengalungkan tanganku dilehernya.

Percaya atau tidak, tapi aku menurut. Aku mengalungkan tanganku dilehernya. Lalu aku melingkarkan kakiku dipinggangnya.

Shawn menjatuhkanku diranjang. Ia membuka seluruh pakaiannya dan menyisakan boxer nya.

Dan kami benar-benar melakukannya.

***

"Hoammm..." Aku menguap.

Ya ampun, jam berapa sekarang?

Terasa ada tangan besar diatas perutku. Aku terkejut setengah mati.

Aku melihat ke sebelahku.

WTF!

Aku mengecek tubuhku yang tertutupi selimut.

Astaga! Bahkan aku tidak mengenakan apa-apa!

Bukankah kemarin aku memakai dress pemberian Kelly dan Ana? Sekarang, kemana perginya dress sialan itu?

Pakaian dalamku juga hilang entah kemana. Apa yang terjadi semalam?

OH IYA, AKU BARU INGAT!

***
IVAN

"Dimana adikku?" Tanyaku kepada Jacob.

"Mana aku tahu? Yang kutahu, semalam semua orang mabuk."

Aku panik sekarang. Kalau sampai terjadi apa-apa padanya, orang tuaku bisa marah besar padaku.

Aku ini bodoh sekali. Sebagai kakak, harusnya aku menjaga dan melindunginya.

Aku menuju ruang tengah. Kulihat teman-temanku terkumpul disana bersama pacar-pacar mereka.

Semuanya ada disana. Hanya Shawn dan Emily yang tidak ada diruang tengah.

Sial! Jangan-jangan..

"Kau kenapa, van? Ada masalah?" Tanya Samantha.

"Emily hilang. Shawn juga, kan? Bagaimana kalau kita mencari mereka?"

Nash dan Kelly mengikutiku dari belakang. Aku akan memeriksa seluruh kamar dirumah ini.

Aku sudah mengecek 3 kamar dirumah ini. Dan aku tidak menemukan mereka berdua.

"Van, ada 1 kamar lagi. Didekat toilet." Ucap Nash.

Kami berjalan dengan buru-buru kekamar itu. Tapi aku tidak bisa membuka pintunya, karena dikunci dari dalam.

"Hey! Buka pintunya!" Aku berteriak sambil mengetuk pintu.

Emily's POV

"Hey! Buka pintunya!"

Sial. Itu suara Ivan.

Aku tidak akan membiarkan Ivan mengetahui hal ini. Aku akan menutup-nutupinya sebisa mungkin.

"Shawn, bangun.." aku membangunkan Shawn dengan mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"Hmm." Ia tidak membuka mata. Tapi ia malah menarikku kedalam pelukannya.

"Shawn..bangunnn..."

Shawn membuka matanya. Ia terkejut melihatku.

"A-apa kita..."

"Sstt, diam, jangan berisik. Ya, kita melakukan itu karena kau mabuk." Bisikku.

Aku tidak berani bangun dari ranjang. Karena aku hanya tertutup selimut.

"Shawn, jangan beritahu siapa-siapa ya?"

Ia mengangguk. Ia menyingkap selimut lalu mengambil dress dan celana dalamku yang berserakan dilantai. Ia tidak mengambil braku karena semalam ia melempar braku, dan sekarang braku hilang entah kemana.

Untung Shawn sudah memakai boxernya. Yah, walaupun aku sudah pernah melihatnya tanpa sehelai benang pun ditubuhnya.

Shawn memberikan pakaian itu padaku. "Pakai ini."

Aku ingin berganti baju disini. Karena tidak ada kamar mandi didalam kamar ini.
"B-baiklah, tapi kau menghadap kesana, ya!"

Shawn membelakangiku, agar ia tidak melihat tubuhku, karena aku mau berganti baju.

Selesai. Tapi aku tak memakai bra karena bra ku hilang entah kemana.

"Shawn, cepat pakai bajumu! Kakakku ada diluar."

Ia mengangguk dan segera memakai pakaiannya.

"Shawn! Emily! Apa kalian ada didalam?" Tanya Ivan dari luar kamar.

Sebelum membuka pintunya, aku meminjam jaket Shawn untuk menutupi kiss mark yang diberikan Shawn dileherku.

Aku pun membuka pintu kamarnya.

•••

Ada typo ga?

Maaf ya kalo ada


Lights On (S.M)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang